"Rey…."
"Ada apa?"
"Bisakah nanti malam aku pergi dengan Olivia?" tanya Suci meminta izin.
Rey sedang duduk membaca di ruang perpustakaan dalam kastil saat Suci masuk ke dalam sana menemuinya.
"Kamu mau kemana dengannya?" Rey meletakkan buku, meminta istrinya duduk di atas pangkuan dia.
Suci mendekat dengan patuh, melingkarkan tangannya ke leher Rey.
"Kami hanya akan belanja dan makan malam saja Rey. Sudah lama kami tidak pernah lagi keluar berjalan-jalan bersama."
Rey mengangguk, mengusap lembut rambut panjang wanitanya. "Apa perlu aku menemanimu?"
"Tidak perlu, nanti setelah kamu selesai melakukan tugas malammu mengecek para Klan yang berjaga. Kamu bisa menyusulku kesana kalau kamu mau."
"Baiklah kalau begitu, aku akan mengutus beberapa Klan-ku untuk pergi denganmu
Maafin author kemarin gak sempat up... Dukung terus karya author, yah 🤗 Jangan lupa vote Terima kasih 🌹
"Capek sekali, kakiku sampai sakit berkeliling mall ini." Olivia duduk di dekat Joseph yang sama menggerutunya dengan kekasihnya.Pria itu membawa hampir sepuluh tas belanjaan di tangan, hasil perburuan Olivia di dalam toko-toko yang mereka masuki."Lain kali aku tidak mau menemanimu belanja lagi!" Joseph berucap dengan wajah yang terlihat lelah.Semua belanjaan Olivia dia letakkan begitu saja di lantai dekat meja restoran di mana mereka duduk."Aku tidak menyuruhmu menemaniku, kan? Kamu yang memaksa ingin ikut, jadi berhenti protes kepadaku!" sahut Olivia sedikit tersinggung dengan ucapan Joseph barusan."Iya, iya … aku yang salah. Harusnya aku tidak mengikuti kalian berdua malam ini!" Olivia mendengus, melipat tangannya di depan dada.Telinganya juga sudah sakit mendengar keluhan dari bibir Joseph sejak tadi. Pria itu juga sempat tidak ma
"Apa yang terjadi Auntie?" Rey datang dengan wajah yang khawatir.Pria itu belum lama dihubungi oleh pamannya Aaric, saat dia masih memeriksa penjagaan diujung kota.Rey langsung kembali ke kastil dengan cepat mendengar Suci ada bersama dengan bibi dan pamannya."Istrimu pingsan Rey, dia hampir saja dibawa oleh kaum hitam tadi…," sahut Selena duduk di pinggir ranjang di mana Suci terbaring."Apa, kaum hitam?!" kaget Rey."Iya, aku tidak sengaja bertemu dengan mereka saat kaum hitam akan membawa Suci ke dalam lift," terang Selena menjelaskan kronologi ketika mereka berada di dalam satu mall yang sama."Kenapa kau bisa membiarkan Suci berjalan sendirian tanpa penjagaan Rey? Kau lupa kaum hitam masih terus mengejar istrimu?!" sambung Selena menatap tajam keponakannya.Meski baru beberapa kali bertemu dengan Suci saat makan
Masuk ke dalam kastil, Michael mengikuti Rajanya begitu selesai melaksanakan tugas yang diberikan Rey.Pria bermanik mata biru itu menunggu Michael di ruang kerja dalam kastil, dan sedang berdiri di depan jendela, menatap keluar dengan pandangan mata penuh kebencian."Di mana bajingan itu berada Michael?!" Rey bersuara setelah tahu asistennya sudah masuk di dalam ruangan bersamanya."Sepertinya dia sedang bersembunyi di suatu tempat. Kami tidak menemukan dia di rumahnya. Dia pasti sudah tahu kaum hitam yang membawa Ratu telah gagal melakukan tugasnya, dan memilih kabur sebelum ditangkap oleh kita."Rey mengepalkan tangannya kuat, kecurigaannya tempo hari ternyata benar. Dia tidak menyangka Joseph akan bergerak hari ini disaat Suci lepas dari pengawasannya."Tapi Rey, darimana kamu tahu pria itu adalah salah satu dari kaum hitam?" tanya Michael masih penasaran de
"Thomas memberi hormat…." Kaum hitam kepercayaan King baru saja tiba di kerajaannya setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan.Pria berbadan tegap itu membungkuk, dengan suara seraknya yang khas."Kau sudah tiba?" sahut King berbaring diatas ranjang kamarnya."Iya, Tuan. Aku membawa beberapa tanaman obat herbal yang berhasil aku temukan di negara bagian lain."King mengangguk, berusaha bangkit dari atas ranjangnya. Tubuh pria itu semakin pucat dan lemah, King mulai kehabisan obat-obatan penunjang hidupnya."Berbaringlah Tuan, jangan memaksakan tubuhmu…," tahan Thomas tidak tega.Dia sedih melihat keadaan pemimpin terakhir mereka, yang mungkin tidak akan lama lagi bertahan jika dia terlambat kembali ke Kerajaan Kaum Hitam.Dibelakang Thomas datang seorang tabib yang berjalan terburu-buru membawa s
"Kau yakin menyetujui pertukaran yang diminta anak Olympus itu, Tuan?"King mengangguk. "Hanya itu satu-satunya cara agar kita bisa mendapatkan bibit tanaman herbal yang tersisa, Thomas. Kita tidak mungkin melewatkan kesempatan bagus seperti ini…," ucapnya penuh keyakinan."Tapi, Tuan. Aku masih bisa mencurinya dari kastil Olympus. Tongkat Tuan Heinze sangatlah berharga, aku yakin pria licik itu punya rencana yang tidak baik untuk kaum kita setelah mendapatkannya…!" sahut Thomas tidak terima.Semua orang tahu bagaimana kuatnya sihir yang ada dalam tongkat milik Tuan Heinze. Thomas yakin Fourd sengaja menggunakan kesempatan ini untuk mencari keuntungan dari keadaan pemimpinnya."Kau tidak perlu melakukannya Thomas. Nyawamu dan kaum kita lebih berharga dibanding tongkat itu. Aku tidak mau ada yang mati sia-sia lagi hanya untuk obat-obatku!" King terdengar memohon namun setengah meme
Bunyi pintu yang dibuka dari luar membuat Rey mendongak dari balik meja kerjanya. Wanita bermata sipit dengan rambut panjang hitamnya, masuk mendekati Raja Vampire itu."Kamu tidak ke kantor Rey?" tanya Suci melirik jam dinding di samping kiri suaminya.Sudah jam delapan pagi dan pria itu masih berleha-leha di dalam ruang kerjanya."Tidak My Lady, aku sudah meminta Michael menggantikan aku mengurus perusahaan sementara waktu."Suci mengernyit. "Kenapa? Apa terjadi sesuatu?" tanyanya khawatir.Rey menggeleng. "Tidak ada My Lady, aku hanya ingin terus di kastil saja menemanimu," jawabnya.Rey memang tidak mau meninggalkan istrinya sendirian sekarang. Hampir kehilangan Suci tempo hari membuat Raja Vampire itu takut dan resah. Rey akan terus disamping Suci setidaknya sampai Joseph ditangkap oleh Klan Vampire-nya"Kamu berbicara se
"Pak Michael, ini daftar yang Bapak minta tadi." Olivia meletakkan sebuah berkas ke atas meja kerja asisten Raja Vampire."Kamu sudah menyelesaikan apa yang aku minta?" tanya Michael tanpa melihat ke arah Olivia."Sudah, Pak. Aku sudah meminta party planner untuk mengatur acara perusahaan Minggu depan. Semua desain yang kita bicarakan juga sudah aku kirimkan pada mereka.""Bagus, kali ini kamu bekerja dengan cekatan tanpa perlu diminta." Olivia terdiam, ini pertama kalinya pria yang dia kenal dingin dan terkadang jutek padanya itu memujinya.Entah Michael tulus atau tidak, tapi hati Olivia sedikit senang mendengar ucapan Michael barusan."Pergilah kembali ke tempat dudukmu. Jangan berdiri di depanku seperti patung!" sambung Michael masih sibuk dengan pekerjaannya di depan laptop.Olivia seketika berdecak tidak jadi bahagia. Michael memang paling tahu ba
Olivia turun ke lantai bawah, pergi menemui Joseph yang menunggunya di gang dekat kantor.Gang itu dulunya pernah dilalui Suci saat tidak sengaja bertemu dengan kaum hitam dan Rey.Joseph duduk di atas motor besarnya dengan kacamata hitam bertengger di hidung. Begitu melihat Olivia mendekat, Joseph turun menyambut wanitanya dengan pelukan hangat."Aku merindukanmu, Liv…," bisik Joseph dengan suara parau.Olivia yang ingin marah tidak bisa melakukannya begitu mendengar suara Joseph yang berbeda dari biasanya. Dia yakin ada sesuatu yang sedang terjadi pada kekasihnya."Maafkan aku tidak menghubungimu beberapa hari ini, Liv. Ada sesuatu yang harus aku urus sebelumnya." Joseph melepaskan pelukan mereka, mengusap pipi Olivia lembut."Apa yang terjadi, Jo? Kamu bersikap aneh." Olivia menatap dalam pria yang masih memakai kacamata hitamnya.