Home / Romansa / Jerat Gairah Cinta Rahasia / Bab 3 Hasrat Terlarang

Share

Bab 3 Hasrat Terlarang

Author: LuciferAter
last update Last Updated: 2025-09-30 12:30:31

“Hahh… ahhh… ahhh…” aku terengah setiap kali merasakan hentakan keras itu menghantamku dari belakang. Pinggangku dipaksa mengikuti irama yang semakin dalam, setiap dorongan membuatku hampir kehilangan suara.

Di saat itu, tangan kekar yang mencengkeram pinggulku erat, merambat naik ke punggungku, untuk kemudian memaksa tubuhku menunduk. Kecupan basah yang diikuti gigitan pelan didaratkan di leherku, membuat tubuhku bergidik saat merasakan napas panasnya membakar tengkukku.

“Ahhh…” lenguhanku pecah tanpa bisa kutahan.

Tiba-tiba, sebuah tangan besar mencengkeram rahangku. Dengan tegas, kepalaku dipaksa menatap lurus ke cermin yang ada di dinding.

Bisikan berat dan dalam menyusup ke telingaku. “Lihat ke depan, Ariella. Jangan berpaling. Lihat bagaimana aku mengisi tubuhmu.”

Tubuhku merinding, tapi sesuai perintah, mataku menatap pantulan di kaca. Diriku ada di sana, terguncang, basah, merona, dengan bibir terbuka menjerit kenikmatan.

Kemudian, pandanganku beralih, ingin melihat sosok pria di belakangku….

Dan saat kulihat rahang tegas dan sorot mata gelap itu, seluruh tubuhku seakan membeku.

Pria itu adalah…

Dominic?!

“Ahh!”

Teriakanku bergema nyaring dalam ruangan seiring aku terbangun dari mimpi itu.

Napasku terengah, dadaku naik turun, dan aku pun langsung berusaha mendudukkan diri tegak di atas ranjang.

Mulai bisa berpikir jernih, lekas aku memaki diriku sendiri, ‘Gila kau, Ella! Bagaimana bisa kau memimpikan Dominic seperti itu?!’

Mengusap keningku yang dipenuhi keringat, aku pun berniat turun dari tempat tidur untuk segera mencuci muka, menyadarkan diriku yang masih mampu merasakan sisa-sisa dari mimpi terlarang itu.

Akan tetapi, baru saja ingin melangkah, aku merasakan sesuatu yang lengket di bawah sana.

Saat menyadari apa yang mengakibatkan hal tersebut, spontan ekspresiku berubah merah padam. 

Bukan hanya mimpi, ternyata … aku mimpi basah?! Dengan memimpikan Dominic di dalamnya?!

Sial, sial, sial!’ makiku, melangkah cepat ke lemari untuk mengganti pakaian bersih.

Maxwell Carter!!! Ini semua karenamu!’ gerutuku dengan rona merah di wajah yang semakin menyala.

Andai saja Max tidak mengundangku ke apartemennya dan membuatku berpikiran tidak-tidak, atau paling tidak, andai dia menuntaskan hasratku, mungkin aku tidak akan jadi sehaus ini!

Tapi, terlepas dari betapa pun aku ingin menyalahkan Max, aku juga harus menyalahkan diriku sendiri karena tidak bisa mengendalikan nafsu pribadi dalam diri!

Setelah mengenakan pakaian bersih, aku segera keluar dari kamar untuk mencuci pakaian dalamku yang kotor. 

Untungnya, Dominic sudah tidak ada di rumah. Jaketnya, yang biasanya tergantung di ruang tamu setiap kali dia di kamarnya, sudah tidak ada. Pertanda dia telah pergi, entah ke mana. 

Baguslah…’ batinku. ‘Dengan begitu, aku bisa menghindari suasana canggung dengannya.

Ketika aku selesai mencuci dan sedang menggantung pakaianku, tiba-tiba ponselku bergetar di atas meja. 

Aku langsung mengangkatnya. “Halo?”

“Pagi, Ariella Quinn! Sahabat cantikku!” suara riang Lily—sahabat baik yang kukenal di ibu kota—langsung memenuhi telingaku. “Sudah siap untuk menghabiskan Sabtu yang indah ini bersamaku?”

Aku mengerjap, bingung. “Hah? Memangnya … kita ada janji?”

Nada suara Lily langsung meninggi. “Ya Tuhan, Ella! Aku sudah ajak kau bertemu sejak sebulan lalu! Bagaimana mungkin kau bisa lupa?!”

Aku menggigit bibir. Memang lupa. Proyek besar kantor yang baru saja kudapatkan membuatku tidak memiliki kesempatan untuk memikirkan hal lain, bahkan di hari libur.

“Kau sebaiknya jangan beralasan malas atau sibuk, karena aku tidak akan terima!” cecar Lily, seakan bisa membaca pikiranku.

Memaki dalam hati, aku pun membalas dengan senyum dipaksakan, “T-tidak, tidak. Tenang Lily, aku tidak akan membatalkan janji.” Lalu, aku menambahkan, “Tapi, kita di rumah saja, oke? Aku terlalu lelah untuk pergi keluar.”

“Oke, tidak masalah! Satu jam lagi aku akan sampai di rumahmu. Kau sebaiknya siap untuk menjamu tamu terhormat ini, Nona Sibuk!”

Panggilan pun terputus, membuatku menghela napas. 

Dasar, Nona Lily Dean ini memang tidak ada lawannya.

Karena sudah berjanji, aku pun lekas mandi. Tidak mungkin aku menerima tamu tanpa membersihkan diri terlebih dahulu.

Berdiri di depan shower, air hangat mengalir di atas tubuhku, mengusir semua ketegangan yang tadi sempat ada. Namun, tanpa bisa kuhentikan, pikiranku kembali pada kejadian semalam. 

Pada bayangan Dominic yang sedang memuaskan hasratnya dengan wanita asing itu. Bagaimana tubuh tegapnya menghantam wanita itu tanpa ampun, juga otot punggungnya yang menegang setiap kali ia mendorong lebih dalam. Suara napasnya berat, serak, bercampur dengan lenguhan tinggi wanita itu yang terdengar penuh kepuasan.

Sekejap, inti tubuhku berdenyut. Aku menggigit bibir, tubuhku bergetar. Kenapa aku malah…

Tanganku bergerak sendiri, menyentuh bagian yang paling peka. Sontak, napasku terengah, bahuku menegang.

“Ahh…” desah lirihku lolos, membuatku cepat-cepat menahannya dengan gigi yang menekan bibir. Tubuhku bergetar hebat, terbuai dalam gelombang sensasi yang semakin meninggi seiring aku mengulang adegan di dalam mimpi.

Bagaimana dia menyentuhku, membuaiku, juga menghentakku dengan begitu dalam!

“Hnng!!”

Tak butuh lama, akhirnya aku mencapai puncak. Tubuhku sedikit merosot, tapi telapak tanganku menahan dinding shower. 

Napasku kacau, kepalaku pening, dan … kesadaran tentang apa yang baru saja kulakukan menghantamku dengan sangat keras.

Apa aku baru saja menyentuh diriku sendiri selagi membayangkan Dominic!?

Ariella Quinn, dasar kau gadis sinting! Bukan hanya mimpi basah tentangnya, aku juga menjadikannya materi untuk—

Ini gila. Benar-benar gila!

Dengan panik aku membasuh tubuh, mencoba menghapus sisa sensasi dan rasa bersalah sekaligus. Tapi baru saja aku mematikan keran dan keluar dari area shower, suara engsel pintu berderit.

Aku menoleh…

Pintu kamar mandi yang lupa kukunci terbuka, dan Dominic berdiri di sana, menatapku yang tidak terlindungi sehelai benang pun dengan terkejut.

LuciferAter

*Face palm* bisa-bisanya ...

| 1
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nova Silvia
ini temen ella apa turunan dean ceo kejam
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jerat Gairah Cinta Rahasia   Bab 28 Dia Kekasihku

    Mendengar pernyataan Max, selama sesaat otakku seakan berhenti bekerja. Sebelum kemudian, ekspresiku berubah keruh selagi dua tanganku menepis tangannya kuat.“Lepaskan aku!” ucapku dengan suara tertahan, berusaha menahan emosi agar tidak menarik perhatian orang lain. “Kita sedang di kantor, kegilaan apa yang kau pikir sedang kau laku—”Namun, mata Max memancarkan amarah seiring dirinya kembali menekan pundakku ke pintu.“Jawab dulu!” bentaknya. “Siapa dia? Siapa laki-laki itu?!”Meringis karena tekanan yang dia berikan, aku pun menggertakkan gigi selagi membalas, “Bukan urusanmu.”“Jadi benar?! Kau sungguh sudah memiliki kekasih lain?!” tukasnya, terdengar sangat tidak terima. “Apa itu pria yang terakhir mengganggu percakapan kita?!”“Kita sudah tidak ada hubungan apa-apa, Max,” jawabku tajam. “Jadi, pun aku memiliki hubungan dengan orang lain, itu adalah urusanku dan bukan lagi urusanmu!” Kutepis lagi dua tangannya selagi menambahkan, “Sadar dirilah bahwa kau memiliki seorang tunang

  • Jerat Gairah Cinta Rahasia   Bab 27 Beraninya kau!

    “Waw, Ella! Kau sudah menyelesaikan rancangan presentasi untuk proyek Escaban Digital?!”Suara Jeff menggema dari seberang bilik, membuatku mendongak dari layar laptop.“Kau sedang bersemangat sekali ya?!” katanya dengan wajah tak percaya, membuatku hanya bisa tersenyum tak berdaya sebagai balasan.Melihat ini, Jeff menggeleng-gelengkan kepala selagi menghela napas tak berdaya.“Haah … aku jadi merasa sia-sia sudah mengkhawatirkan kesehatanmu sejak sebelum libur.”Ucapan Jeff membuatku mengerjap bingung. “Hah? Maksudmu?”Jeff pun menaikkan alis kanannya. “Terakhir kau izin setengah hari karena tidak enak badan, ingat?” katanya, tampak sedikit bingung karena aku tidak mengerti maksudnya.Sontak aku mengerjap, sungguh lupa dengan kebohongan di hari itu. “O-ohh!! Ya, ya! Ha ha ha,” balasku selagi menggaruk kepala yang tidak gatal. “Jangan khawatir, aku sudah lebih baik sekarang.”Mendengar itu, Jeff menghela napas lega. “Ya, baguslah kalau memang begitu. Jadi, kau tidak perlu takut terke

  • Jerat Gairah Cinta Rahasia   Bab 26 Apa Aku Benar Cinta?

    Mencerna omongan Lucien, aku terdiam dan berpikir keras. Kalau mengingat kejadian tadi, tepat ketika Helena melukaiku dan Dominic berusaha menarikku ke dalam pelukannya, aku memang merasakan tubuhnya bergetar hebat saat menyadari adanya luka di wajahku. Tapi, itu hanya sesaat, karena setelahnya Dominic lepas kendali dan bersikap kasar pada Helena, melawan prinsipnya yang tidak pernah menyakiti wanita.Apa … aku begitu penting baginya sampai dia melakukan semua itu?‘Aku menginginkanmu, Ariella … sangat menginginkanmu ….’Mengingat kalimat Dominic tadi, jantungku berdebar kencang. Perasaan hangat spontan menyelimutiku, dan tak sadar sudut bibirku pun terangkat.Karena aku terdiam tanpa memberikan tanggapan berarti, Lucien melirikku cepat ketika lampu lalu lintas berubah merah. Ekspresinya pun berubah melihat senyuman di bibirku, seakan aku aneh dan kehilangan kewarasan. Lalu—PLAK!“Ah!” seruku merasakan tamparan ringan pada belakang kepalaku. Aku langsung menoleh pada Lucien. “Apa yan

  • Jerat Gairah Cinta Rahasia   Bab 25 Seorang Dominic, Takut?

    Saat pertanyaan itu melambung, aku langsung mematung. “H-hah?”Pandangan Lucien masih mengarah ke bibirku. “Ini, Ella. Bibirmu bengkak juga! Apa tadi—”“Kak Lu!” seruku seraya menurunkan tangan Lucien dari wajahku. “Tenangkan sedikit dirimu!”Dibentak seperti itu, Lucien agak terkejut. “H-hah? Oh … ya,” balasnya, ling-lung. Tapi beberapa detik kemudian, rasa penasarannya kembali menyala. “Hei! Tapi tidak, aku serius! Bibirmu itu bengkak! Apa jangan-jangan kau makan nanas dan kena alergi? Kalau ya, cepat makan obatmu!” celotehnya dengan lantang, membuatku merona merah lantaran ada begitu banyak tamu berlalu-lalang yang berakhir memerhatikan perdebatan konyol kami.Cepat kutarik tangan Lucien agar dia membungkuk dan mendengar bisikanku. “Berhenti berteriak dan kecilkan suaramu! Atau paling tidak, kalau kau masih waras dan ingin menjaga reputasi adikmu, ayo kita pulang dulu baru bicarakan hal ini, bisa!?” desisku sembari mencengkeram tangannya dengan gemas.Ucapanku refleks membuat Lucie

  • Jerat Gairah Cinta Rahasia   Bab 24 Tunggu Aku

    Walau kesal karena mendapatkan info tersebut, aku berusaha bersikap tenang agar Maya tidak curiga. “Oke,” ucapku sembari memaksakan senyuman, “aku akan segera turun. Tolong minta Kak Lucien tunggu sebentar.”Maya mengangguk pelan. Setelah itu, ia pamit dan melangkah pergi menjauh dari ruangan Dominic dan turun ke lantai bawah.Usai kepergian Maya, aku pun menutup pintu, dan keheningan langsung kembali mengisi udara. Menarik napas saat menatap pintu itu beberapa detik, aku perlahan berbalik pada Dominic.Dengan ekspresi menyayangkan, aku pun berkata, “Sepertinya, percakapan kita harus ditunda.”Dominic terdiam sesaat, meraih tanganku dan mengikatkan jarinya di sana. “Kau bisa tinggal,” ucap pria itu tiba-tiba. Dia mencium punggung tanganku dan melanjutkan, “Aku bisa memintanya untuk pulang.”Jantungku berdebar keras satu kali saat mendengarnya mengatakan itu. Tidak menyangka seorang Dominic, yang lebih sering menyuruhku pulang, akan memintaku untuk tetap tinggal.Namun, terlepas betapa

  • Jerat Gairah Cinta Rahasia   Bab 23 Kenapa Sekarang?

    Dominic menautkan alis, tampak bingung dengan pernyataanku. “Apa maksudmu?” tanyanya pelan. “Bukankah tadi pagi kau yang berkata ingin melupakan semuanya?”Pertanyaan itu membuat dadaku seketika menegang. Aku menggigit bibir, mencoba menahan debar yang tiba-tiba datang.“Itu tadi… sebelum aku berpikir jernih,” ucapku pelan, membuat kerutan di dahinya semakin dalam. “Sekarang, setelah kupikirkan baik-baik, aku merasa… itu tidak adil.”“Tidak adil?” ulang Dominic, nada suaranya datar tapi tajam.Aku mengangguk, menatapnya dengan keberanian yang hampir goyah. “Tadi pagi aku bilang ingin kita melupakannya. Tapi sebenarnya… itu hanya karena aku tidak ingin Kak Lucien tahu.”Aku menelan ludah, menatap Dominic lurus. “Kalau dia tahu, bukan cuma aku yang akan kena akibatnya, tapi juga Kak Dom… Nocturne… dan semua orang di dalamnya.”Cepat aku menunduk, jemariku meremas erat pakaianku selagi otakku berusaha merangkai kata berikutnya dengan hati-hati.“Tapi, di sisi lain… aku tidak bisa berpura-

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status