Share

Bab 2 Cinta Pertama

Penulis: LuciferAter
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-30 12:29:23

‘Ah … ini sungguh gila …” batinku seraya menutup seluruh wajahku dengan dua tangan.

Kini, aku sudah terduduk di sofa ruang tamu. Tubuhku gelisah, kepalaku menunduk, sementara isi pikiranku terus mengulang apa yang baru saja terjadi.

Setelah tadi memergoki Dominic berhubungan intim dengan seorang wanita asing di ruang tamu, aku berniat untuk langsung memutar tubuh dan meninggalkan tempat tersebut. 

Sayangnya, Dominic telah terlebih dahulu bersuara.

Selagi memisahkan diri dan meraih pakaiannya yang berserakan, dengan suara tegas, Dominic menyuruh wanita yang sedang bersamanya itu untuk berpakaian dan pulang. 

Hebat, sekarang aku yang menghancurkan kesenangan orang lain,’ batinku, saat mengingat bagaimana wanita seksi berambut pirang yang tadinya sedang mengejar kenikmatan itu menatapku tajam, penuh kebencian, sebelum akhirnya keluar usai membereskan diri dengan membanting pintu keras.

Usai wanita pirang itu pulang, Dominic, yang sudah mengenakan kembali celananya, mengalihkan pandangannya padaku. “Setelah mandi, tunggu di sini. Kita perlu bicara,” katanya dingin, sebelum bergegas masuk ke kamarnya.

Dan sekarang, setelah aku selesai mandi dan beberes, aku pun duduk di ruang tamu sesuai perintah dan menunggu dirinya yang mandi setelahku.

Urgh … ini benar-benar mimpi buruk,’ batinku lagi.

Bagaimana tidak? Aku baru saja memergoki bukan hanya sahabat baik kakakku, tapi juga pria yang merupakan cinta pertamaku, melakukan hal semacam itu dengan wanita lain!

Ya, sejujurnya, Dominic adalah cinta pertamaku sejak sebelum diriku bahkan masuk sekolah.

Aku ingat, pertama kali kami bertemu adalah ketika Dominic baru saja pindah dari ibu kota ke Greenwood. Itu adalah minggu pertamanya di sekolah, dan entah bagaimana caranya, dia langsung berteman dekat dengan Lucien, hingga kakakku itu membawanya pulang ke rumah.

“Namaku Dominic Black, senang berkenalan denganmu, Ella ….”

Senyum hangat yang terlukis di wajah tampannya ketika memperkenalkan diri membuatku yang semasa itu masih begitu belia tersipu. Dan saat itu juga, aku tahu aku jatuh cinta.

Semenjak hari itu, aku akan melakukan segala cara untuk melihat Dominic. Entah dengan ikut masuk ke dalam kamar Lucien ketika Dominic berkunjung, atau dengan beralasan ingin pulang bersama kakakku itu setelah aku masuk sekolah dasar.

Lalu, ketika aku di kelas lima sekolah dasar, entah memiliki keberanian dari mana, aku pun menyatakan perasaanku pada Dominic.

“Kak Dom, jadi pacarku!” ucapku dengan bersemangat, menggunakan cara paling sederhana yang kumengerti untuk menyampaikan perasaanku.

Namun, Dominic hanya tertawa. “Ella, kau bahkan belum mengerti apa itu cinta. Tunggu dirimu dewasa, baru kita bicarakan ini lagi, oke?”

Aku menggembungkan pipi. “Tapi aku sungguh-sungguh.”

Ia terkekeh kecil, lalu mengusap kepalaku. “Kalau sungguh-sungguh, buktikan saja dengan lulus sebagai siswa terbaik. Saat itu, mungkin aku akan pertimbangkan kembali pernyataan cintamu.”

Aku terdiam. Waktu itu aku tidak benar-benar mengerti apa maksudnya. Namun, yang kutahu, aku diberi kesempatan. Jadi, aku terus berjuang, belajar dengan giat, hingga berhasil lulus SMA lebih cepat sebagai murid terbaik, di usia enam belas tahun. 

Namun, tahu apa yang terjadi setelah semua itu?

Dominic memiliki seorang kekasih.

Dan saat aku menuntut janjinya, Dominic hanya berkata, “Ariella, sampai kapan pun kau hanya adik kecil untukku. Jadi, carilah pria lain dan jangan kejar aku lagi, mengerti?”

Setelah kejadian itu, Dominic dan Lucien pergi ke ibu kota, meninggalkanku yang masih melanjutkan kuliah di Greenwood. 

Lalu, tak terasa empat tahun berlalu. Aku lulus dari kuliah dengan predikat cum laude, dan memutuskan untuk merantau ke ibu kota untuk mencari peluang karir yang lebih baik.

Namun, sebagai satu-satunya anak perempuan dalam keluarga, orang tuaku tidak tenang membiarkanku tinggal sendiri di ibu kota. Alhasil, aku diwajibkan untuk tinggal bersama dengan Lucien … yang tinggal bersama dengan Dominic.

Yah, jujur saja, menghadapi cinta pertama yang menolakmu itu tidaklah mudah. Tapi, ketika diriku dipaksa bersikap dewasa, dan Dominic juga bersikap biasa saja, seakan tidak ada yang pernah terjadi di antara kita, seiring waktu kami berakhir nyaman saja dengan satu sama lain, terutama karena jarang bertemu juga.

Dan setelah aku menjalin hubungan dengan Max, aku pun yakin sepenuhnya telah melupakan Dominic.

Tapi, siapa yang menyangka aku malah akan memergokinya berbuat hal semacam itu malam ini?!

“Bagaimana aku akan menghadapinya setelah ini …?” gumamku setengah menangis, meratapi nasib sialku hari ini.

Tepat di saat itu, aku pun mendengar suara pintu kamar mandi terbuka. Aku menoleh, lalu melihat Dominic keluar dari sana dengan kaos putih tanpa lengan dan celana pendek rumah. Sederhana, tapi… justru itu yang membuatku semakin sulit mengalihkan pandangan.

Otot lengannya tampak jelas, berlekuk menggoda. Bahunya bidang, dadanya kekar, dan bahkan melalui kaus tipis itu aku bisa membayangkan betapa padat tubuhnya. 

Celana pendeknya pun menggantung santai, memperlihatkan paha berotot yang membuat darahku kembali berdesir, terlebih setelah melihat apa yang tersembunyi di balik celana—

“Kenapa menatapku seperti itu?”

Mendengar suara Dominic mengudara, aku langsung tersentak dan cepat-cepat menunduk. ‘S-sial! Ariella! Apa yang kamu pikirkan!?!’ seruku dalam hati seraya meremas jemariku di pangkuan.

Karena aku tidak menjawab, Dominic pun menghela napas dan menjatuhkan tubuhnya ke sofa di hadapanku. Matanya menatapku tajam, dalam, membuatku makin gelisah.

“Jadi,” katanya, suaranya berat. “Kenapa kau mendadak pulang? Bukannya kau bilang akan menginap di rumah temanmu?”

Aku sedikit terperanjat. Kupikir Dominic akan menyinggung soal apa yang baru saja kulihat, tapi ternyata… dia justru menanyakan hal lain.

“Eh…” aku berdeham gugup, mencoba menata suara. “Temanku… ada urusan mendadak, jadi dia harus pergi. Aku tidak enak menumpang tanpa pemilik rumah, jadi… aku putuskan tetap pulang menggunakan taksi.”

Itu jelas kebohongan, tapi … mau bagaimana lagi? 

Sebagai yang termuda dan satu-satunya perempuan di rumah ini, aku harus meminta izin kepada Lucien dan Dominic untuk berbagai hal, termasuk menginap di luar rumah—suatu aturan yang dititipkan oleh kedua orang tuaku kepada mereka. 

Dan karena tidak mungkin aku mengaku bahwa kekasihku mengajakku bermalam bersama, aku pun beralasan ingin menginap di rumah salah satu teman perempuanku.

Sekarang, walau rencana itu batal, tapi aku harus tetap melanjutkan kebohongan itu. Karena kalau antara Lucien atau Dominic, yang sama protektifnya dengan kakakku itu, tahu kebenarannya, mereka jelas akan membunuhku!

Tidak ingin berkutat di topik ini, aku pun buru-buru berkata, “Maaf, Kak Dom… aku tidak bermaksud mengganggumu. Aku benar-benar tidak sengaja. Kalau aku tahu kau sedang bersama kekasihmu, aku pasti tidak akan masuk.”

Sekilas, bisa kulihat rahang Dominic menegang mendengarku mengubah pembahasan ke arah sana. Dia mengalihkan pandangan, lalu menutup setengah wajahnya dengan satu tangan dan menghela napas kasar.

Sepertinya, dia sangat malu karena telah menunjukkan hal tidak senonoh padaku, adik sahabatnya sendiri.

Tapi, kemudian aku dengar dia berkata, “Bukan kekasihku.”

Aku mengangkat kepala, sedikit tersentak melihat dirinya menatapku dalam dan lurus “Apa?”

Tatapannya tidak goyah. Dengan nada lebih tegas, dia mengulang, “Wanita tadi… bukan kekasihku.”

Aku mengerjapkan mata, bingung kenapa Dominic malah menjelaskan itu padaku. Apa penting menjelaskan hal tersebut padaku? 

Tapi, kemudian pikiran lain muncul di benakku. ‘Ah, memang dasar casanova.’ 

Semenjak dulu Dominic menolakku, aku mendengar rumor dari berbagai sumber bahwa Dominic sering menjalin hubungan dengan wanita berbeda. Ada yang bilang, dia berganti wanita seperti berganti pakaian setiap harinya. 

Sekarang, mendengarnya mengatakan itu, aku jelas mengerti bahwa dia tidak ingin aku menyebar rumor bahwa dirinya punya pacar. Kalau seperti itu, dia pasti akan kesulitan mendapat mangsa nanti.

Memerhatikan wajahnya yang tampan, aku menghela napas. 

Sungguh, dunia tidak adil. Bukan hanya diberkahi wajah memesona, tapi dia juga cerdas dan kaya, tidak heran para perempuan itu tergila-gila padanya.

Aku pun pernah… dulu ….

Di saat itu, Dominic terdengar berdeham seraya berkata, “Intinya, lupakan apa yang kau lihat malam ini. Anggap tidak ada yang terjadi. Mengerti?”

Aku mengangguk cepat. “Ya, aku mengerti, Kak Dom.”

Dominic pun beranjak dari sofa. “Kalau begitu, kembalilah ke kamar. Sudah larut, tidur dan istirahatlah.”

Aku menurut, lalu berdiri dan mulai melangkah menuju kamarku. 

Tepat saat aku sudah di ambang pintu, sebuah suara berat menghentikanku.

“Maaf.”

Aku tersentak sesaat, lalu menoleh. Kulihat Dominic berdiri di tengah ruangan, menatapku lurus dengan sorot mata yang sulit kutebak.

“Aku tidak bermaksud membuatmu melihat… hal semacam itu,” katanya. Suaranya rendah, namun tegas.

Aku menelan ludah, lalu memaksakan senyum. “Tidak apa-apa, Kak. Aku sudah cukup dewasa untuk paham. Selamat malam.”

Tanpa menunggu jawaban, aku segera masuk dan menutup pintu rapat-rapat.

Yakin bahwa Dominic tidak lagi bisa mendengarku, aku langsung merosot ke bawah hingga jatuh terduduk di lantai. 

Kedua tanganku bergetar, napasku kacau.

Karena baru saat itu aku sadar… betapa basahnya diriku di bawah sana.

‘Sial … kenapa otakmu begitu kotor, Ariella Quinn?!’

LuciferAter

Ariella ... jaga sikap. Kamu kelihatan banget hausnya ....

| 1
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jerat Gairah Cinta Rahasia   Bab 28 Dia Kekasihku

    Mendengar pernyataan Max, selama sesaat otakku seakan berhenti bekerja. Sebelum kemudian, ekspresiku berubah keruh selagi dua tanganku menepis tangannya kuat.“Lepaskan aku!” ucapku dengan suara tertahan, berusaha menahan emosi agar tidak menarik perhatian orang lain. “Kita sedang di kantor, kegilaan apa yang kau pikir sedang kau laku—”Namun, mata Max memancarkan amarah seiring dirinya kembali menekan pundakku ke pintu.“Jawab dulu!” bentaknya. “Siapa dia? Siapa laki-laki itu?!”Meringis karena tekanan yang dia berikan, aku pun menggertakkan gigi selagi membalas, “Bukan urusanmu.”“Jadi benar?! Kau sungguh sudah memiliki kekasih lain?!” tukasnya, terdengar sangat tidak terima. “Apa itu pria yang terakhir mengganggu percakapan kita?!”“Kita sudah tidak ada hubungan apa-apa, Max,” jawabku tajam. “Jadi, pun aku memiliki hubungan dengan orang lain, itu adalah urusanku dan bukan lagi urusanmu!” Kutepis lagi dua tangannya selagi menambahkan, “Sadar dirilah bahwa kau memiliki seorang tunang

  • Jerat Gairah Cinta Rahasia   Bab 27 Beraninya kau!

    “Waw, Ella! Kau sudah menyelesaikan rancangan presentasi untuk proyek Escaban Digital?!”Suara Jeff menggema dari seberang bilik, membuatku mendongak dari layar laptop.“Kau sedang bersemangat sekali ya?!” katanya dengan wajah tak percaya, membuatku hanya bisa tersenyum tak berdaya sebagai balasan.Melihat ini, Jeff menggeleng-gelengkan kepala selagi menghela napas tak berdaya.“Haah … aku jadi merasa sia-sia sudah mengkhawatirkan kesehatanmu sejak sebelum libur.”Ucapan Jeff membuatku mengerjap bingung. “Hah? Maksudmu?”Jeff pun menaikkan alis kanannya. “Terakhir kau izin setengah hari karena tidak enak badan, ingat?” katanya, tampak sedikit bingung karena aku tidak mengerti maksudnya.Sontak aku mengerjap, sungguh lupa dengan kebohongan di hari itu. “O-ohh!! Ya, ya! Ha ha ha,” balasku selagi menggaruk kepala yang tidak gatal. “Jangan khawatir, aku sudah lebih baik sekarang.”Mendengar itu, Jeff menghela napas lega. “Ya, baguslah kalau memang begitu. Jadi, kau tidak perlu takut terke

  • Jerat Gairah Cinta Rahasia   Bab 26 Apa Aku Benar Cinta?

    Mencerna omongan Lucien, aku terdiam dan berpikir keras. Kalau mengingat kejadian tadi, tepat ketika Helena melukaiku dan Dominic berusaha menarikku ke dalam pelukannya, aku memang merasakan tubuhnya bergetar hebat saat menyadari adanya luka di wajahku. Tapi, itu hanya sesaat, karena setelahnya Dominic lepas kendali dan bersikap kasar pada Helena, melawan prinsipnya yang tidak pernah menyakiti wanita.Apa … aku begitu penting baginya sampai dia melakukan semua itu?‘Aku menginginkanmu, Ariella … sangat menginginkanmu ….’Mengingat kalimat Dominic tadi, jantungku berdebar kencang. Perasaan hangat spontan menyelimutiku, dan tak sadar sudut bibirku pun terangkat.Karena aku terdiam tanpa memberikan tanggapan berarti, Lucien melirikku cepat ketika lampu lalu lintas berubah merah. Ekspresinya pun berubah melihat senyuman di bibirku, seakan aku aneh dan kehilangan kewarasan. Lalu—PLAK!“Ah!” seruku merasakan tamparan ringan pada belakang kepalaku. Aku langsung menoleh pada Lucien. “Apa yan

  • Jerat Gairah Cinta Rahasia   Bab 25 Seorang Dominic, Takut?

    Saat pertanyaan itu melambung, aku langsung mematung. “H-hah?”Pandangan Lucien masih mengarah ke bibirku. “Ini, Ella. Bibirmu bengkak juga! Apa tadi—”“Kak Lu!” seruku seraya menurunkan tangan Lucien dari wajahku. “Tenangkan sedikit dirimu!”Dibentak seperti itu, Lucien agak terkejut. “H-hah? Oh … ya,” balasnya, ling-lung. Tapi beberapa detik kemudian, rasa penasarannya kembali menyala. “Hei! Tapi tidak, aku serius! Bibirmu itu bengkak! Apa jangan-jangan kau makan nanas dan kena alergi? Kalau ya, cepat makan obatmu!” celotehnya dengan lantang, membuatku merona merah lantaran ada begitu banyak tamu berlalu-lalang yang berakhir memerhatikan perdebatan konyol kami.Cepat kutarik tangan Lucien agar dia membungkuk dan mendengar bisikanku. “Berhenti berteriak dan kecilkan suaramu! Atau paling tidak, kalau kau masih waras dan ingin menjaga reputasi adikmu, ayo kita pulang dulu baru bicarakan hal ini, bisa!?” desisku sembari mencengkeram tangannya dengan gemas.Ucapanku refleks membuat Lucie

  • Jerat Gairah Cinta Rahasia   Bab 24 Tunggu Aku

    Walau kesal karena mendapatkan info tersebut, aku berusaha bersikap tenang agar Maya tidak curiga. “Oke,” ucapku sembari memaksakan senyuman, “aku akan segera turun. Tolong minta Kak Lucien tunggu sebentar.”Maya mengangguk pelan. Setelah itu, ia pamit dan melangkah pergi menjauh dari ruangan Dominic dan turun ke lantai bawah.Usai kepergian Maya, aku pun menutup pintu, dan keheningan langsung kembali mengisi udara. Menarik napas saat menatap pintu itu beberapa detik, aku perlahan berbalik pada Dominic.Dengan ekspresi menyayangkan, aku pun berkata, “Sepertinya, percakapan kita harus ditunda.”Dominic terdiam sesaat, meraih tanganku dan mengikatkan jarinya di sana. “Kau bisa tinggal,” ucap pria itu tiba-tiba. Dia mencium punggung tanganku dan melanjutkan, “Aku bisa memintanya untuk pulang.”Jantungku berdebar keras satu kali saat mendengarnya mengatakan itu. Tidak menyangka seorang Dominic, yang lebih sering menyuruhku pulang, akan memintaku untuk tetap tinggal.Namun, terlepas betapa

  • Jerat Gairah Cinta Rahasia   Bab 23 Kenapa Sekarang?

    Dominic menautkan alis, tampak bingung dengan pernyataanku. “Apa maksudmu?” tanyanya pelan. “Bukankah tadi pagi kau yang berkata ingin melupakan semuanya?”Pertanyaan itu membuat dadaku seketika menegang. Aku menggigit bibir, mencoba menahan debar yang tiba-tiba datang.“Itu tadi… sebelum aku berpikir jernih,” ucapku pelan, membuat kerutan di dahinya semakin dalam. “Sekarang, setelah kupikirkan baik-baik, aku merasa… itu tidak adil.”“Tidak adil?” ulang Dominic, nada suaranya datar tapi tajam.Aku mengangguk, menatapnya dengan keberanian yang hampir goyah. “Tadi pagi aku bilang ingin kita melupakannya. Tapi sebenarnya… itu hanya karena aku tidak ingin Kak Lucien tahu.”Aku menelan ludah, menatap Dominic lurus. “Kalau dia tahu, bukan cuma aku yang akan kena akibatnya, tapi juga Kak Dom… Nocturne… dan semua orang di dalamnya.”Cepat aku menunduk, jemariku meremas erat pakaianku selagi otakku berusaha merangkai kata berikutnya dengan hati-hati.“Tapi, di sisi lain… aku tidak bisa berpura-

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status