Share

Bab 2 Cinta Pertama

Penulis: LuciferAter
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-30 12:29:23

Sekarang, aku terduduk di sofa ruang tamu. Tubuhku kaku, kepalaku menunduk, sementara di depanku Dominic Black berdiri dengan rambut masih basah. Butiran air menetes dari ujung helainya, turun ke lehernya yang kekar.

Setelah tadi tersadar aku memergokinya berhubungan intim dengan seorang wanita di ruang tamu rumah ini, Dominic langsung menghentikan segalanya. Selagi memisahkan diri dan meraih pakaiannya yang berserakan, dengan suara tegas, dia menyuruh wanita yang sedang bersamanya itu untuk berpakaian dan pulang.

Alhasil, wanita seksi berambut pirang yang tadinya sedang mengejar kenikmatan itu menatapku tajam, penuh kebencian, sebelum akhirnya keluar usai membereskan diri dengan membanting pintu keras. 

Hebat, sekarang aku yang menjadi penghancur kesenangan orang lain.

Ketika Dominic sibuk ‘mengamankan situasi’, aku sendiri berniat untuk segera masuk ke kamarku, menghilang, berpura-pura tak pernah melihat apa pun. 

Tapi, Dominic malah menahanku. 

“Setelah mandi, tunggu di sini. Kita perlu bicara,” katanya dingin, sebelum bergegas masuk ke kamarnya.

Saat aku selesai mandi dan beberes, aku duduk di ruang tamu dan menunggu sesuai perintah. 

Bisa kudengar suara air mengalir dari kamar mandi, hingga akhirnya Dominic keluar dalam kondisi sudah mengenakan pakaian. Sekarang, ia mengenakan kaos putih tanpa lengan dan celana pendek rumah. Sederhana, tapi… justru itu yang membuatku semakin sulit mengalihkan pandangan.

Otot lengannya tampak jelas, berlekuk menggoda. Bahunya bidang, dadanya kekar, dan bahkan melalui kaus tipis itu aku bisa membayangkan betapa padat tubuhnya. Celana pendeknya pun menggantung santai, memperlihatkan paha berotot yang membuat darahku kembali berdesir, terlebih setelah melihat apa yang tersembunyi di balik—

Sial! Ariella! Apa yang kamu pikirkan!?!’

Aku buru-buru menunduk, meremas jemariku di pangkuan.

Dominic menjatuhkan tubuhnya ke sofa di hadapanku, duduk dengan sikap santai seakan tak terjadi apa-apa, padahal aku sendiri hampir tak bisa bernapas dengan normal. Matanya menatapku tajam, dalam, membuatku makin gelisah.

“Jadi,” katanya, suaranya berat dan dalam. “Kenapa kau mendadak pulang? Bukannya kau bilang akan menginap di rumah temanmu?”

Aku sedikit terperanjat. Kupikir Dominic akan menyinggung soal apa yang baru saja kulihat, tapi ternyata… dia justru menanyakan hal lain.

“Eh…” aku berdeham gugup, mencoba menata suara. “Temanku… ada urusan mendadak, jadi dia harus pergi. Aku tidak enak menumpang tanpa pemilik rumah, jadi… aku putuskan tetap pulang menggunakan taksi.”

Itu jelas kebohongan.

Lucien dan Dominic sebenarnya sudah tahu aku berpacaran dengan Max. Bahkan, mereka pernah beberapa kali bertemu langsung dengannya. Tapi, bagaimana mungkin aku mengakui kenyataan bahwa Max mengajakku bermalam dan aku berniat menyerahkan kesucianku padanya? 

Bukan hanya Lucien, tapi Dominic yang sama protektifnya dengan kakakku itu … jelas akan membunuhku kalau tahu hal tersebut!

Oleh karena itu, aku pun beralasan sudah minum terlalu banyak dan berniat menginap di rumah teman. 

Lebih baik mereka mengira aku baru saja membatalkan janji dengan seorang teman, daripada tahu aku baru saja dipermalukan oleh pacarku sendiri, terlebih karena setelahnya … aku malah memergoki Dominic melakukan apa yang paling kuharap kulakukan dengan Max malam ini!

Menepis pikiran itu, aku buru-buru berkata, “Maaf, Kak Dom… aku tidak bermaksud mengganggumu. Aku benar-benar tidak sengaja. Kalau aku tahu kau sedang bersama kekasihmu, aku pasti tidak akan masuk.”

Menundukkan kepala karena takut menatap wajahnya, kudengar helaan napas kasar Dominic. Sepertinya, dia sangat stres dan malu karena telah menunjukkan hal tidak senonoh padaku, adik sahabatnya sendiri.

Tapi, kemudian aku dengar dia berkata, “Bukan kekasihku.”

Aku mengangkat kepala, sedikit tersentak melihat dirinya menatapku dalam dan lurus “Apa?”

Tatapannya tidak goyah. Dengan nada lebih tegas, dia mengulang, “Wanita tadi… bukan kekasihku.”

Aku mengerjapkan mata, bingung kenapa Dominic malah menjelaskan itu padaku. Apa penting menjelaskan hal tersebut padaku? 

Tapi, kemudian pikiran lain muncul di benakku. ‘Ah, memang dasar casanova.’ 

Dominic jelas tidak ingin aku menyebar kenyataan bahwa dia punya pacar kalau-kalau ada wanita lain mendekatinya. Dia pasti takut akan sulit mendapatkan mangsa nanti.

Sejak dulu, aku tahu reputasi Dominic yang selalu bergonta-ganti pacar seperti dia mengganti pakaian. Itu tidak aneh, lagi pula dia mempunyai semua hal yang dikejar oleh para wanita. Tampan, keren, cerdas, dan—yah, kaya, kepemilikan rumah di ibu kota ini adalah buktinya.

Perempuan mana yang tidak tergila-gila pada pria seperti itu?

Aku pun pernah… dulu ….

Entah sejak kapan Dominic masuk ke dalam kehidupanku. Akan tetapi, yang jelas dia adalah pria ketiga paling penting bagiku setelah ayah dan kakakku. Dibandingkan dua orang tercintaku itu, patut kuakui bahwa Dominic bahkan lebih menawan, dengan segala perhatian dan kelembutannya padaku yang hanya teman adiknya.

Saat aku sakit, Dominic rela membawakan bubur dan memastikan aku minum obat. Di lain hari ia menjemputku dengan payung besar di tengah hujan deras. Bahkan saat aku menangis karena nilai jeblok, dia dengan sabar menemaniku belajar hingga larut malam.

Bagaimana bisa aku tidak jatuh cinta padanya?

Akan tetapi, setiap kali aku memberanikan diri menyatakan perasaan, Dominic hanya tertawa dan berkata kalau ia tidak tertarik pada anak kecil. Sejak saat itu, aku belajar mati-matian dengan harapan saat memasuki bangku kuliah aku bisa dianggap cukup dewasa… sama sepertinya.

Tapi, setelah aku berhasil lulus SMA lebih cepat, di usia enam belas tahun, tahu apa yang dia katakan setelah semua itu?

“Ariella, sampai kapan pun kau hanya adik kecil untukku. Jadi, carilah pria lain dan jangan kejar aku lagi, mengerti?”

Dan… sebagai seseorang yang memiliki kebiasaan untuk mengerti dan mengalah … itulah yang kulakukan. 

Mencoba melupakannya.

Empat tahun kujalani dengan menenggelamkan diri dalam tugas kuliah, pertemanan, dan peluang karier. Yang mengejutkan, aku benar-benar berhasil melupakannya. Bahkan saat lulus kuliah dan harus tinggal dengannya setelah merantau ke ibu kota mengikuti Lucien, aku masih bisa bersikap seolah tidak pernah ada apa-apa.

Yah, walau satu-dua bulan pertama sedikit canggung, tapi seiring waktu kami berakhir nyaman saja dengan satu sama lain, terutama karena jarang bertemu juga.

Dan setelah aku menjalin hubungan dengan Max, aku pun yakin sepenuhnya telah melupakan Dominic.

Tapi, siapa yang menyangka aku malah akan memergokinya berbuat hal semacam itu malam ini?!

Tepat di saat itu, Dominic berdeham dan berkata, “Intinya, lupakan apa yang kau lihat malam ini. Anggap tidak ada yang terjadi. Oke?”

Aku mengangguk cepat. “Oke.”

Dominic beranjak, berdiri dengan gerakan santai seperti biasa. “Kalau begitu, kembalilah ke kamar. Sudah larut, tidur dan istirahatlah.”

Aku menurut, melangkah menuju kamarku. 

Tepat saat aku sudah di ambang pintu, sebuah suara berat menghentikanku.

“Maaf.”

Aku menoleh. Dominic berdiri di tengah ruangan, menatapku lurus dengan sorot mata yang sulit kutebak.

“Aku tidak bermaksud membuatmu melihat… hal semacam itu,” katanya, suaranya rendah namun tegas.

Aku menelan ludah, lalu memaksakan senyum. “Tidak apa-apa, Kak. Aku sudah cukup dewasa untuk paham. Selamat malam.”

Tanpa menunggu jawaban, aku segera masuk dan menutup pintu rapat-rapat. Punggungku langsung menempel pada kayu pintu, seolah butuh penyangga agar aku tidak terjatuh.

Namun tak lama, tubuhku merosot perlahan hingga terduduk di lantai. Kedua tanganku bergetar, napasku kacau.

Karena baru saat itu aku sadar… betapa basahnya diriku di bawah sana.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jerat Gairah Cinta Rahasia   Bab 8 Aku Menginginkanmu

    “Lepaskan aku!” seruku, berusaha menarik lenganku dari genggaman Dominic yang terus menyeretku keluar dari kelab. Namun, sia-sia. Cengkeramannya bagaikan borgol baja.Langkah Dominic begitu lebar, sampai aku harus berlari kecil untuk mengimbanginya agar tidak terjatuh. Hal itu, ditambah dengan seruanku, membuat orang-orang yang tadinya sibuk berpesta kini menoleh memperhatikan.Bisik-bisik mulai terdengar.“Itu Dominic Black….”“Bukankah dia salah satu pemilik Nocturne, kelab malam besar di tengah kota itu? Kenapa dia menyeret seorang gadis keluar seperti itu?”Panas menjalari wajahku. Malu bercampur kesal karena sekarang diriku menjadi tontonan semua pengunjung kelab. Dari awal, sudah kuduga akan begini jadinya kalau ada di antara Dominic dan Lucien yang menemukanku. Lagi pula, keduanya sudah berkecimpung di bisnis malam ibu kota semenjak beberapa tahun dan menjadikan Nocturne—kelab mereka, salah satu kelab ternama tengah kota. Oleh karena itu, sengaja aku memilih untuk datang ke ke

  • Jerat Gairah Cinta Rahasia   Bab 7 Melanggar, Berarti Hukuman

    Duniaku seakan berhenti berputar saat mendengar kalimat Amelia. Bertunangan minggu lalu?Setelah menjalin hubungan denganku selama dua tahun, pria itu ternyata bertunangan dengan wanita lain minggu lalu!?Aku menatap Max. Diriku ingin menjerit, melempar semua dokumen yang berhamburan di lantai, dan menghajarnya habis-habisan. Namun kenyataannya … aku hanya berdiri terpaku.Max berusaha meraihku, wajahnya panik. “Ella, dengar aku—”“Jangan sentuh aku!” bentakku, suaraku pecah di udara.Amelia mengerjap, jelas tidak mengerti. Dia hanya berdiri di sana dengan cincin yang berkilau di jarinya, seolah menertawakan kebodohanku selama dua tahun terakhir.Ada dorongan kuat dalam hatiku untuk melampiaskan semuanya pada Amelia, untuk berteriak bahwa aku adalah pihak yang paling dikhianati di sini. Namun, melihat sorot matanya yang polos, wajah mudanya yang masih diliputi kebingungan, aku tahu dia juga tidak bersalah. Sama sepertiku, dia hanyalah korban dari seorang pria yang tidak bertanggung j

  • Jerat Gairah Cinta Rahasia   Bab 6 Kenyataan Pahit

    Ucapanku memantul di udara, menghantam dinginnya ruangan. Dominic terdiam sesaat, rahangnya mengeras, sorot matanya berubah sekilas. Antara marah dan… terluka?“A-aku … bukan maksudku—” Aku sendiri tercekat dengan kata-kataku, tapi gengsi membuatku tak menariknya kembali.Di sisi lain, ekspresi Dominic menjadi semakin dingin. Aku tidak pernah melihatnya menatapku dengan air muka yang begitu gelap.Lalu, pria itu berujar, “Aku memang bukan siapa-siapa bagimu, tapi … di rumah ini, kalimatku dan Lucien adalah aturan. Jadi, kalau ingin tetap di sini, sebaiknya kau ikuti aturanku. Kalau tidak,” tatapannya menajam, membuat tubuhku menggigil, “maka kau akan kupulangkan ke Greenwood.”**Dua minggu berlalu dalam sekejap mata setelah pertengkaranku dengan Dominic. Selama dua minggu ini, aku berakhir benar-benar menuruti perintahnya, pulang sebelum jam delapan malam. Dan yang mengejutkan, dia selalu ada di rumah, seakan menunggu kepulanganku, baru kemudian berangkat bekerja.Namun, bukannya me

  • Jerat Gairah Cinta Rahasia   Bab 5 Kau Bukan Apa Pun Bagiku

    “Berbohong agar bisa bermalam di apartemen kekasihmu? Hebat sekali kau, Ella ….”Aku duduk dengan kepala tertunduk, wajah pucat seperti seorang bocah yang baru saja ketahuan melakukan kesalahan fatal.Dalam hati, aku sempat membatin, rasanya baru kemarin berada di posisi ini setelah memergoki Dominic dengan wanita pirang itu. Tapi sekarang, aku sudah kembali berada di posisi yang sama.Tadi, setelah Dominic melontarkan ancaman padaku dan Lily, dengan pasrah kami menyatakan semua kebenarannya. Alhasil, usai pengakuan kami selesai, Dominic marah besar dan meminta Lily pulang.Aku sempat memohon padanya untuk tidak mengirim Lily pulang lantaran baru sesaat sahabatku itu menghabiskan waktu denganku, tapi ….“Ini hukuman untuk kalian agar belajar untuk tidak berbohong dan berbuat hal konyol,” tegasnya dengan pancaran dingin yang langsung membuat Lily dan aku ciut.Hanya saja, tidak kuduga, saat mengantar Lily ke depan gerbang, sementara Dominic tetap duduk di sofa ruang tamu, sahabatku itu

  • Jerat Gairah Cinta Rahasia   Bab 4 Tidak Ada yang Terjadi

    “Aahh!”Dengan panik aku menjerit, menyambar handuk yang tergantung di dekatku dan menutup tubuh seadanya. Wajahku memanas, jantungku seperti mau copot.Dominic tidak segera pergi. Sorot matanya yang gelap menatapku. Rahangnya mengeras, jelas dia juga tidak menyangka akan melihatku seperti ini.Sepersekian detik yang terasa seperti selamanya berlalu, sampai akhirnya ia menarik napas kasar. “Kunci pintu lain kali,” katanya datar, suaranya berat namun tegas.Lalu pintu tertutup dengan suara keras, meninggalkanku berdiri terpaku dengan tubuh gemetar.Aku menatap pantulan diriku di kaca. Wajahku merah, mataku lebar, napasku masih kacau.Tak elak, aku membatin, ‘Bukannya dia pergi?! Kenapa bisa tiba-tiba muncul seperti tadi?!’Selesai mengenakan pakaianku lagi, aku memberanikan diri keluar dari kamar mandi.Di ruang tamu, Dominic duduk di sofa, satu lengan bertumpu pada sandaran, posturnya santai tapi sorot matanya langsung terarah padaku saat aku muncul.“Kau sudah selesai?” tanyanya sing

  • Jerat Gairah Cinta Rahasia   Bab 3 Hasrat Terlarang

    “Hahh… ahhh… ahhh…” aku terengah, tubuhku terhuyung setiap kali hentakan keras itu menghantamku dari belakang. Pinggangku dipaksa mengikuti irama yang semakin dalam, setiap dorongan membuatku hampir kehilangan suara.Tangan kekar mencengkeram pinggulku erat, lalu merambat naik ke punggungku. Tubuhku dipaksa menunduk, sementara napas panasnya membakar tengkukku.“Ahhh…” lenguhanku pecah tanpa bisa kutahan.Tiba-tiba, sebuah tangan besar mencengkeram rahangku. Dengan tegas, kepalaku dipaksa menatap lurus ke cermin yang ada di dinding.Bisikan berat dan dalam menyusup ke telingaku.“Lihat ke depan… jangan berpaling. Lihat bagaimana aku mengisi tubuhmu.”Tubuhku merinding. Mataku terbelalak menatap pantulan di kaca. Diriku ada di sana, terguncang, basah, wajah merah padam, dengan bibir terbuka menjerit kenikmatan.Dan di belakangku… sosok pria itu mulai terlihat. Sorot matanya gelap, rahangnya tegas, wajahnya menawan sekaligus menakutkan.Dan dia adalah ….Dominic?!“Ahh!” teriakku, tubuh

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status