Share

Bab 3

last update Last Updated: 2025-03-25 19:54:28

Di apartemen...

Maudy memutuskan untuk bangun dan menuju kamar mandi. Walaupun masih terasa nyeri, namun wanita itu harus menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Di bawah guyuran air shower yang menyegarkan, Maudy merasakan tubuhnya bergetar perlahan melepaskan ketegangan. Maudy memejamkan mata, mencoba menenangkan diri dari situasi yang sedang di hadapinya. Meski begitu, Maudy sadar bahwa dirinya harus terus berjalan dan menghadapi kenyataan, karena hidup tidak mungkin diam di tempat saja.

Setelah selesai, Maudy mengambil sejadah dan menggelarnya dengan hati-hati di atas lantai. Maudy menunaikan sholat, berusaha khusyuk meski pikirannya terus saja melayang memikirkan hari esok yang masih menjadi misteri.

“Ya Allah, mengapa takdirku harus begini? Aku tak sanggup menerima kenyataan ini,” Maudy berdoa dengan air mata yang kembali membasahi pipinya, “Walaupun rasa Cinta itu belum ada untuk Mas Arya, tapi hatiku terasa remuk menghadapi keadaan ini, Ya Allah... Bagaimana juga perasaan istrinya jika mengetahui semua ini? Aku harus bagaimana, sekarang?” Saking pilu hati yang Maudy rasakan, wanita itu hanya bisa tersungkur di atas sajadah, menangis sejadi-jadinya.

°°°°°

Setelah mengakhiri sholat, Jasmine merasa tubuhnya tiba-tiba lemas Iagi. Rasa lemas yang datang begitu mendadak membuat Jasmine hampir terjatuh. Arya, yang sadar akan kondisi istrinya, langsung merasa cemas.

“Sayang kenapa? Pusing?” Arya segera membimbing istrinya kembali tiduran di ranjang, lalu menarik selimut untuk memberikan kehangatan.

“Badanku lemes banget, Mas. Sampai gak kuat berdiri,” Suara Jasmine begitu lirih, membuat Arya semakin panik.

“Tunggu, ya. Mas buatin teh hangat dulu.”

Tanpa ragu, Arya segera turun ke bawah menuju dapur untuk membuat minuman hangat, agar bisa memberikan kehangatan pada tubuh Jasmine yang kedinginan.

Arya dengan gesit mencari teko dan memasukkan air panas ke dalamnya. Pria itu kemudian mengambil beberapa helai daun teh dari kotak penyimpanan dan memasukkannya ke dalam teko.

Arya dengan telaten menunggu teh itu mendidih, sambil sesekali memandang ke arah tangga, takut istrinya kenapa-napa.

‘Kenapa semakin hari kondisi Jasmine semakin lemah? Gak mungkin kondisinya semakin parah, kan?’ Batin Arya menebak-nebak.

Saat teh sudah siap, Arya menuangkan ke dalam cangkir dengan hati-hati. Kemudian membawa cangkir teh hangat itu ke kamar.

Baru saja masuk, Arya begitu merasa tidak tega melihat Jasmine yang setiap hari seperti ini.

Jasmine layaknya burung yang terkurung dalam sangkar, dunianya hanya rumah dan rumah sakit saja. Tanpa bisa menikmati indahnya dunia.

“Mas tiupin dulu, ya...” Ucapnya saat sudah duduk di tepi ranjang.

Jasmine hanya mengangguk sebagai jawaban, ia tatap wajah suaminya yang terlihat panik. Ada rasa bersalah yang wanita itu rasakan sekarang. Sebagai seorang istri, ia hanya bisa mengabdikan diri selama tiga bulan saja, sedangkan setelah itu suaminyalah yang merawatnya.

“Mas,” Panggil Jasmine sedikit berbisik.

“lya sayang kenapa?”

“Maafin aku ya, Mas... Belum bisa jadi istri yang baik buat kamu, maaf udah ngerepotin kamu selama ini...” Ungkap Jasmine.

Mendengar kata-kata istrinya itu, jujur saja Arya tidak suka, ia paling benci jika istrinya mengatakan kata maaf, karena entah kenapa rasanya sebuah perpisahan semakin dekat, “Enggak ada yang perlu dimaafin, karena kamu gak salah apa-apa, jangan ngomong gitu lagi. Sekarang minum dulu, tehnya udah hangat.” Ujar Arya, sembari menyodorkan cangkir tersebut ke mulut Jasmine.

Jasmine menerima setiap suapan teh hangat, merasakan hangatnya menyusup ke seluruh tubuhnya dan memberikan kenyamanan.

Dalam keheningan ruangan yang dipenuhi aroma teh, Jasmine menatap dalam-dalam sang suami, suami yang begitu ia cintai.

“Nanti kita ke rumah sakit ya... Mas gak mau kamu kenapa-napa.” Pinta Arya, khawatir.

“Mas... Aku mohon, aku mau Mas menikah lagi... Aku ingin melihat Mas bahagia...” Pinta Jasmine dengan nada penuh harap. Ia ingin memastikan bahwa wanita yang akan menggantikannya kelak, benar-benar tepat untuk Arya, Jasmine hanya menginginkan kebahagiaan bagi Arya. Karena pria itu memang layak mendapatkan kebahagiaan.

Arya menatap Jasmine dengan ekspresi bersalah, “Jangan bahas masalah ini, Mas mohon...!!” Sanggah Arya dengan suara yang hampir tercekat. Merasa terjebak dalam situasi yang rumit, ia mau menikmati Maudy, tapi masih enggan mengakuinya. Pria itu juga takut jika semua ini terbongkar, hal itu akan berdampak buruk pada kesehatan Jasmine.

°°°

Sedangkan di apartemen pagi itu, tubuh Maudy terasa seperti diseret oleh ribuan tangan tak kasat mata, menekan setiap serat otot hingga membuatnya merasa limbung dan tak berdaya. Kekuatan seolah-olah menghilang dari tubuhnya, meninggalkan rasa kelemahan yang menyeluruh. Keringat dingin mulai membentuk butiran mutiara di dahi, sementara kulitnya terasa panas seperti dipanaskan bara saat tersentuh. Namun, seluruh tulangnya merasakan menggigil yang menusuk hingga ke tulang.

“Ya Allah kenapa malah begini?” Maudy memijat keningnya yang terasa pusing, ia benar-benar tak habis pikir. Padahal semalam tubuhnya tidak kenapa-napa, tapi kenapa sekarang malah seperti ini.

Tangannya semakin kuat mencengkram selimut, takut jika kain tebal itu pergi meninggalkannya.

“Aku harus minta bantuan sama siapa? Di sini yang aku kenal hanya keluarga Paman, juga Mas Arya aja.” Gumam Maudy lirih, sendiri di kota orang memang membingungkan apalagi jika dalam keadaan seperti ini.

“Lebih baik aku tidur dulu, kalau pas bangun masih sakit, baru pergi ke klinik terdekat.” Lirih Maudy.

°°°

Pukul 09.00 wib,

Maudy terbangun dengan tubuh yang masih terasa Iemas. Dengan gerakan perlahan, ia bangkit dari ranjangnya yang nyaman dan melangkah menuju kamar mandi. Air hangat menyentuh wajahnya saat ia mencuci muka dan menyikat giginya dengan perlahan.

Setelah merasa segar, Maudy bergegas mencari baju yang akan dipakainya ke rumah sakit. Maudy memilih dengan teliti, memastikan setiap lipatan kainnya rapi dan sesuai.

Setelah berpakaian, Maudy kembali ke ranjangnya dan merebahkan diri, mengambil ponsel untuk memesan taksi online.

Sementara menunggu taksi tiba, pikiran Maudy tiba-tiba melayang ke masa lalu, “Ayah... Ibu... Andai kalian masih ada, pasti semua ini gak akan pernah terjadi...” Gumamnya.

Saat taksi yang dipesan oleh Maudy sudah dekat, wanita itu mulai bangun. Dengan langkah terburu-buru, Maudy meninggalkan apartemen dan menuju lift.

Ting!

Pintu lift terbuka, Maudy segera masuk ke dalamnya.

Dalam perjalanan singkat menuju lobi, Maudy merasa detak jantungnya semakin cepat.

Saat pintu lift kembali terbuka, Maudy bergegas keluar dan melangkah menuju taksi yang telah menunggunya.

“Maaf ya Pak, nunggunya lama.” Ujar Maudy, tak enak hati.

“Enggak apa-apa kok, Dek. Cuman tiga menit mah gak lama.” Jawab supir.

Taksi melaju sedang menuju rumah sakit, Maudy duduk dengan perasaan tegang. Tatapan kosongnya menatap jauh ke luar jendela.

‘Padahal aku udah punya suami, tapi kemana-mana tetap sendiri.’ Batin Maudy, sedih.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Jerat Pesona Istri Simpanan    Bab 4

    Tak berselang lama, wanita itu tiba di rumah sakit, Maudy segera menuju area pendaftaran untuk mendaftarkan dirinya. Dengan langkah mantap, ia mengisi formulir dan menyerahkan berkas yang diperlukan. Setelah selesai, Maudy duduk di ruang tunggu. Saat sedang duduk di ruang tunggu, pandangannya tertuju pada seorang wanita yang duduk di kursi roda. Wajah wanita itu begitu pucat, seolah kehilangan segenap warna. Maudy merasa simpati melihat keadaan wanita itu, apalagi tidak terlihat ada orang disekelilingnya.Maudy memutuskan untuk mendekati wanita itu, karena melihat ingin minum dari botol tapi kesusahan.“Biar aku bantu bukain, Kak.” Ucap Maudy, mengambil botol minum dari tangan wanita tersebut.Wanita itu menatap Maudy dengan sorot mata lelah, namun senyuman kecil terukir di bibirnya, “Terima kasih, maaf merepotkan,” jawab wanita itu pelan.Setelah berhasil membuka botol minum tersebut, Maudy meletakkan sedotan agar wanita itu mudah untuk meminumnya.“Kakak sendirian?” Tanyanya ingin

    Last Updated : 2025-03-25
  • Jerat Pesona Istri Simpanan    Bab 5

    Pukul 17.00 wib, setelah minum obat dan istirahat yang cukup, Maudy merasa tubuhnya mulai membaik, bahkan sekarang ia sudah sibuk memasak untuk dirinya sendiri. “Untungnya isi kulkas penuh, jadi aku gak perlu belanja.” Sebenarnya menjadi istri Arya cukup menguntungkan, ia tidak perlu kerja keras untuk mencari uang, namun rasa bersalah pada Kakak madunya terus menghantui pikirannya. Saat Maudy sedang sibuk membuat ayam goreng mentega, juga tumis kangkung, Maudy terlonjak kaget saat merasakan ada yang menggelung rambutnya yang tergerai bebas. “Astaghfirullah hal adzim, Mas... Kamu ngagetin aku tau,” Bagaimana tidak kaget, ia tinggal di apartemen ini sendiri, jadi saat merasakan ada yang memainkan rambutnya, Maudy langsung kaget. “Kalau lagi masak itu rambutnya di ikat, biar gak ganggu,” Maudy melepas dasinya, lalu mengikatkan dasi itu pada rambut panjang Maudy, “Kamu ngapain masak sih, emang kamu udah mendingan??” Tanya Arya, khawatir. Maudy mengangguk pelan, tak berani men

    Last Updated : 2025-03-25
  • Jerat Pesona Istri Simpanan    Bab 6

    Tiba-tiba, ponsel Arya yang terletak di nakas berbunyi. Nada deringnya yang khas, sebuah lagu romantis yang sering ia dengarkan bersama Jasmine, membuat Maudy tersentak, kembali ke kenyataan. Arya mengernyit, melihat layar ponselnya. “Istriku menelepon,” gumamnya, nada suaranya berubah, sedikit gugup. Maudy menunduk, hatinya mulai berdesir. Ia tahu, itu istri pertama suaminya, adalah sosok yang sangat penting dalam hidup Arya. Jasmine adalah wanita yang telah menemani Arya selama bertahun-tahun, wanita yang telah memberikannya cinta, kasih sayang, pada pria di sampingnya. “Saya angkat telepon dulu, kamu diam jangan bersuara!” Tegas Arya, namun ada sedikit kekhawatiran yang tersirat di dalamnya. Maudy mengangguk pelan, matanya berkaca-kaca. Entah apakah dia sudah mulai merasa cemburu atau bagaimana. Ia tahu, prioritas Arya adalah Jasmine, dan pria itu tidak ingin istri pertamanya tahu jika sedang bersama Maudy. Maudy juga tidak protes karena tidak ingin menjadi penyebab keretakan

    Last Updated : 2025-05-02
  • Jerat Pesona Istri Simpanan    Bab 7

    “Karena aku gak mau kalau sampai Mas jajan di luar sana! Bagaimana pun juga, aku gak mau nyiksa hasrat Mas. Aku gak bisa melayani Mas dan juga gak bisa memberikan anak. Jadi, aku mohon menikahlah lagi, Mas!” Pinta Jasmine. Arya terdiam, hatinya merasa bersalah. Ia merasa sangat bersyukur memiliki istri seperti Jasmine, yang begitu tulus mencintainya dan selalu mengutamakan kebahagiaannya. Arya merasa terharu dengan pengorbanan Jasmine, yang rela melepaskan kebahagiaan wanita itu demi kebahagiaan Arya. “Jasmine...” Arya tidak bisa berkata apa-apa. Merasa sulit untuk menjelaskan bahwa saat ini ia sudah menikah lagi. Namun Arya takut jika istrinya itu sebenarnya tidak siap bahkan nanti malah membuat sakit wanita itu semakin parah. “Aku mohon, Mas... Mas nikah lagi ya! Aku akan bahagia melihat Mas bahagia, asal Mas menikah dengan wanita yang juga mau menerimaku sebagai kakak madunya!” Jelas Jasmine. “Mas akan memikirkan semuanya dulu, sayang.” Jasmine mengangguk, air matanya terus m

    Last Updated : 2025-05-03
  • Jerat Pesona Istri Simpanan    Bab 8

    “Mas...” Panggil Maudy. Arya tersenyum, sebuah senyum yang penuh makna. Pria itu kemudian ikut masuk ke dalam bathtub. Air hangat membasahi tubuh keduanya, menciptakan suasana yang menggoda. Maudy yang awalnya gugup, mulai merasakan sensasi yang berbeda. Arya dengan tangannya yang hangat, menelusuri lekuk tubuh wanita itu. Maudy yang awalnya menolak, mulai merasakan ketertarikan yang sama. “Mas, stop! Jangan ke bawah!” Maudy mencegah tangan Arya yang hampir menyentuh area miliknya. “Kenapa?” Suara Arya terdengar semakin berat, gairahnya sudah memuncak. “A-Aku lagi datang bulan,” Jawab Maudy sedikit tersengal. Arya dengan tubuh yang bergetar karena hasrat, menatap Maudy dalam-dalam. Uap air hangat mengepul, membasahi kulit istri mudanya itu, semakin menonjolkan lekuk tubuh Maudy yang indah. Arya merasakan tubuhnya panas, napasnya tersengal-sengal. la merasakan sebuah gelombang keinginan yang tak tertahankan, menyerbu dirinya. “Maudy, saya_” Arya terdiam, kata-kata yang ingin i

    Last Updated : 2025-05-04
  • Jerat Pesona Istri Simpanan    Bab 9

    ~SUPERMARKET~Maudy mengambil sebuah troli dan mulai berkeliling, mencari bahan makanan yang dibutuhkan.Maudy mengambil beras yang cukup untuk dirinya selama satu bulan. Setelah itu, ia mengambil beberapa kotak telur ayam. Kemudian beralih ke bagian sayur dan buah, memilih beberapa jenis sayuran hijau dan buah lainnya.Tidak lupa Maudy mengambil beberapa jenis cemilan, juga beberapa minuman.Setelah merasa sudah lengkap, Maudy mendorong troli menuju kasir. Wanita itu menata barang-barang belanjaannya dengan rapi, menunggu giliran untuk membayar.Saat Maudy tengah mengantri, tatapannya terhenti pada seorang wanita yang duduk di kursi roda, dengan wajah pucat pasi. Maudy mengenal wanita itu, Jasmine seseorang yang ia temui di rumah sakit waktu itu.Sementara itu_Jasmine begitu terlihat lemah, tangan wanita itu gemetar, dan keringat dingin menetes di kening. Di samping Jasmine, terdapat seorang asisten rumah tangga dengan wajah panik. “Kan saya sudah bilang, Nyonya. Nyonya jangan ikut,

    Last Updated : 2025-05-05
  • Jerat Pesona Istri Simpanan    Bab 10

    Pukul 19.00 wib,Maudy tengah membuat bubur di dapur untuk Jasmine. Sesekali gadis itu mencicipi rasanya, memastikan bubur yang dibuatnya tidak terlalu hambar atau terlalu asin.“Semoga Kak Jasmine suka,” gumamnya sambil tersenyum.Setelah bubur matang, Maudy menuangkannya ke dalam mangkuk. Berjalan keluar menghampiri Jasmine yang tengah beristirahat di kamar.“Kak, buburnya udah jadi. Ini Mudy bikinin khusus buat kakak,” Ucap Maudy tersenyum.Jasmine membuka matanya perlahan, menatap gadis itu, “Makasih, Maudy. Kamu baik banget.”Maudy dengan cekatan membantu Jasmine duduk bersandar, lalu menyuapi Jasmine dengan hati-hati. Jasmine menikmati bubur yang dibuat Maudy dengan Iahap. Membuat gadis itu merasa senang.“Enak gak, kak?” Tanya Maudy menatap wanita di depannya itu, berharap Jasmine suka bubur buatannya.“Hu'um, enak banget.” Jawab Jasmine manggut-manggut sambil mengunyah.Maudy seketika tersenyum senang melihat Jasmine makan bubur itu dengan lahap.Jasmine menghabiskan bubur bu

    Last Updated : 2025-05-06
  • Jerat Pesona Istri Simpanan    Bab 11

    “Mas Arya?” Ulang Maudy, membuat Jasmine menoleh. “Nama suami kakak, Arya??” “lya, kenapa?” “Namanya mirip dengan suami aku, kak.” Jawab Maudy apa adanya. “Wah, serius? Kebetulan banget ya.” Jawab Jasmine, tak curiga sama sekali. “Iya, Kak... Maudy yakin kakak pasti sembuh, dan kakak bisa menjalani rumah tangga seperti awal menikah dengan suami kakak.” Maudy merasa iba melihat Jasmine yang terlihat merasa bersalah pada suami wanita itu, padahal ini semua juga bukan kemauan Jasmine. “Itu semua gak mungkin, Maudy. Karena sakit yang kakak alami udah stadium akhir. Bisa dibilang kakak hanya tinggal menunggu waktu.” Ungkap Jasmine dengan mata berkaca-kaca, bayangan dirinya pergi sebelum melihat suaminya menikah lagi rasanya begitu berat. “Kakak jangan ngomong gitu, kita baru kenal bahkan baru beberapa hari bersama. Maudy ingin terus mengenal kak Jasmine dan menghabiskan waktu bersama.” Maudy memeluk Jasmine, rasanya tidak mau berpisah dengan wanita itu. Walaupun yang namanya kematian

    Last Updated : 2025-05-07

Latest chapter

  • Jerat Pesona Istri Simpanan    Bab 11

    “Mas Arya?” Ulang Maudy, membuat Jasmine menoleh. “Nama suami kakak, Arya??” “lya, kenapa?” “Namanya mirip dengan suami aku, kak.” Jawab Maudy apa adanya. “Wah, serius? Kebetulan banget ya.” Jawab Jasmine, tak curiga sama sekali. “Iya, Kak... Maudy yakin kakak pasti sembuh, dan kakak bisa menjalani rumah tangga seperti awal menikah dengan suami kakak.” Maudy merasa iba melihat Jasmine yang terlihat merasa bersalah pada suami wanita itu, padahal ini semua juga bukan kemauan Jasmine. “Itu semua gak mungkin, Maudy. Karena sakit yang kakak alami udah stadium akhir. Bisa dibilang kakak hanya tinggal menunggu waktu.” Ungkap Jasmine dengan mata berkaca-kaca, bayangan dirinya pergi sebelum melihat suaminya menikah lagi rasanya begitu berat. “Kakak jangan ngomong gitu, kita baru kenal bahkan baru beberapa hari bersama. Maudy ingin terus mengenal kak Jasmine dan menghabiskan waktu bersama.” Maudy memeluk Jasmine, rasanya tidak mau berpisah dengan wanita itu. Walaupun yang namanya kematian

  • Jerat Pesona Istri Simpanan    Bab 10

    Pukul 19.00 wib,Maudy tengah membuat bubur di dapur untuk Jasmine. Sesekali gadis itu mencicipi rasanya, memastikan bubur yang dibuatnya tidak terlalu hambar atau terlalu asin.“Semoga Kak Jasmine suka,” gumamnya sambil tersenyum.Setelah bubur matang, Maudy menuangkannya ke dalam mangkuk. Berjalan keluar menghampiri Jasmine yang tengah beristirahat di kamar.“Kak, buburnya udah jadi. Ini Mudy bikinin khusus buat kakak,” Ucap Maudy tersenyum.Jasmine membuka matanya perlahan, menatap gadis itu, “Makasih, Maudy. Kamu baik banget.”Maudy dengan cekatan membantu Jasmine duduk bersandar, lalu menyuapi Jasmine dengan hati-hati. Jasmine menikmati bubur yang dibuat Maudy dengan Iahap. Membuat gadis itu merasa senang.“Enak gak, kak?” Tanya Maudy menatap wanita di depannya itu, berharap Jasmine suka bubur buatannya.“Hu'um, enak banget.” Jawab Jasmine manggut-manggut sambil mengunyah.Maudy seketika tersenyum senang melihat Jasmine makan bubur itu dengan lahap.Jasmine menghabiskan bubur bu

  • Jerat Pesona Istri Simpanan    Bab 9

    ~SUPERMARKET~Maudy mengambil sebuah troli dan mulai berkeliling, mencari bahan makanan yang dibutuhkan.Maudy mengambil beras yang cukup untuk dirinya selama satu bulan. Setelah itu, ia mengambil beberapa kotak telur ayam. Kemudian beralih ke bagian sayur dan buah, memilih beberapa jenis sayuran hijau dan buah lainnya.Tidak lupa Maudy mengambil beberapa jenis cemilan, juga beberapa minuman.Setelah merasa sudah lengkap, Maudy mendorong troli menuju kasir. Wanita itu menata barang-barang belanjaannya dengan rapi, menunggu giliran untuk membayar.Saat Maudy tengah mengantri, tatapannya terhenti pada seorang wanita yang duduk di kursi roda, dengan wajah pucat pasi. Maudy mengenal wanita itu, Jasmine seseorang yang ia temui di rumah sakit waktu itu.Sementara itu_Jasmine begitu terlihat lemah, tangan wanita itu gemetar, dan keringat dingin menetes di kening. Di samping Jasmine, terdapat seorang asisten rumah tangga dengan wajah panik. “Kan saya sudah bilang, Nyonya. Nyonya jangan ikut,

  • Jerat Pesona Istri Simpanan    Bab 8

    “Mas...” Panggil Maudy. Arya tersenyum, sebuah senyum yang penuh makna. Pria itu kemudian ikut masuk ke dalam bathtub. Air hangat membasahi tubuh keduanya, menciptakan suasana yang menggoda. Maudy yang awalnya gugup, mulai merasakan sensasi yang berbeda. Arya dengan tangannya yang hangat, menelusuri lekuk tubuh wanita itu. Maudy yang awalnya menolak, mulai merasakan ketertarikan yang sama. “Mas, stop! Jangan ke bawah!” Maudy mencegah tangan Arya yang hampir menyentuh area miliknya. “Kenapa?” Suara Arya terdengar semakin berat, gairahnya sudah memuncak. “A-Aku lagi datang bulan,” Jawab Maudy sedikit tersengal. Arya dengan tubuh yang bergetar karena hasrat, menatap Maudy dalam-dalam. Uap air hangat mengepul, membasahi kulit istri mudanya itu, semakin menonjolkan lekuk tubuh Maudy yang indah. Arya merasakan tubuhnya panas, napasnya tersengal-sengal. la merasakan sebuah gelombang keinginan yang tak tertahankan, menyerbu dirinya. “Maudy, saya_” Arya terdiam, kata-kata yang ingin i

  • Jerat Pesona Istri Simpanan    Bab 7

    “Karena aku gak mau kalau sampai Mas jajan di luar sana! Bagaimana pun juga, aku gak mau nyiksa hasrat Mas. Aku gak bisa melayani Mas dan juga gak bisa memberikan anak. Jadi, aku mohon menikahlah lagi, Mas!” Pinta Jasmine. Arya terdiam, hatinya merasa bersalah. Ia merasa sangat bersyukur memiliki istri seperti Jasmine, yang begitu tulus mencintainya dan selalu mengutamakan kebahagiaannya. Arya merasa terharu dengan pengorbanan Jasmine, yang rela melepaskan kebahagiaan wanita itu demi kebahagiaan Arya. “Jasmine...” Arya tidak bisa berkata apa-apa. Merasa sulit untuk menjelaskan bahwa saat ini ia sudah menikah lagi. Namun Arya takut jika istrinya itu sebenarnya tidak siap bahkan nanti malah membuat sakit wanita itu semakin parah. “Aku mohon, Mas... Mas nikah lagi ya! Aku akan bahagia melihat Mas bahagia, asal Mas menikah dengan wanita yang juga mau menerimaku sebagai kakak madunya!” Jelas Jasmine. “Mas akan memikirkan semuanya dulu, sayang.” Jasmine mengangguk, air matanya terus m

  • Jerat Pesona Istri Simpanan    Bab 6

    Tiba-tiba, ponsel Arya yang terletak di nakas berbunyi. Nada deringnya yang khas, sebuah lagu romantis yang sering ia dengarkan bersama Jasmine, membuat Maudy tersentak, kembali ke kenyataan. Arya mengernyit, melihat layar ponselnya. “Istriku menelepon,” gumamnya, nada suaranya berubah, sedikit gugup. Maudy menunduk, hatinya mulai berdesir. Ia tahu, itu istri pertama suaminya, adalah sosok yang sangat penting dalam hidup Arya. Jasmine adalah wanita yang telah menemani Arya selama bertahun-tahun, wanita yang telah memberikannya cinta, kasih sayang, pada pria di sampingnya. “Saya angkat telepon dulu, kamu diam jangan bersuara!” Tegas Arya, namun ada sedikit kekhawatiran yang tersirat di dalamnya. Maudy mengangguk pelan, matanya berkaca-kaca. Entah apakah dia sudah mulai merasa cemburu atau bagaimana. Ia tahu, prioritas Arya adalah Jasmine, dan pria itu tidak ingin istri pertamanya tahu jika sedang bersama Maudy. Maudy juga tidak protes karena tidak ingin menjadi penyebab keretakan

  • Jerat Pesona Istri Simpanan    Bab 5

    Pukul 17.00 wib, setelah minum obat dan istirahat yang cukup, Maudy merasa tubuhnya mulai membaik, bahkan sekarang ia sudah sibuk memasak untuk dirinya sendiri. “Untungnya isi kulkas penuh, jadi aku gak perlu belanja.” Sebenarnya menjadi istri Arya cukup menguntungkan, ia tidak perlu kerja keras untuk mencari uang, namun rasa bersalah pada Kakak madunya terus menghantui pikirannya. Saat Maudy sedang sibuk membuat ayam goreng mentega, juga tumis kangkung, Maudy terlonjak kaget saat merasakan ada yang menggelung rambutnya yang tergerai bebas. “Astaghfirullah hal adzim, Mas... Kamu ngagetin aku tau,” Bagaimana tidak kaget, ia tinggal di apartemen ini sendiri, jadi saat merasakan ada yang memainkan rambutnya, Maudy langsung kaget. “Kalau lagi masak itu rambutnya di ikat, biar gak ganggu,” Maudy melepas dasinya, lalu mengikatkan dasi itu pada rambut panjang Maudy, “Kamu ngapain masak sih, emang kamu udah mendingan??” Tanya Arya, khawatir. Maudy mengangguk pelan, tak berani men

  • Jerat Pesona Istri Simpanan    Bab 4

    Tak berselang lama, wanita itu tiba di rumah sakit, Maudy segera menuju area pendaftaran untuk mendaftarkan dirinya. Dengan langkah mantap, ia mengisi formulir dan menyerahkan berkas yang diperlukan. Setelah selesai, Maudy duduk di ruang tunggu. Saat sedang duduk di ruang tunggu, pandangannya tertuju pada seorang wanita yang duduk di kursi roda. Wajah wanita itu begitu pucat, seolah kehilangan segenap warna. Maudy merasa simpati melihat keadaan wanita itu, apalagi tidak terlihat ada orang disekelilingnya.Maudy memutuskan untuk mendekati wanita itu, karena melihat ingin minum dari botol tapi kesusahan.“Biar aku bantu bukain, Kak.” Ucap Maudy, mengambil botol minum dari tangan wanita tersebut.Wanita itu menatap Maudy dengan sorot mata lelah, namun senyuman kecil terukir di bibirnya, “Terima kasih, maaf merepotkan,” jawab wanita itu pelan.Setelah berhasil membuka botol minum tersebut, Maudy meletakkan sedotan agar wanita itu mudah untuk meminumnya.“Kakak sendirian?” Tanyanya ingin

  • Jerat Pesona Istri Simpanan    Bab 3

    Di apartemen...Maudy memutuskan untuk bangun dan menuju kamar mandi. Walaupun masih terasa nyeri, namun wanita itu harus menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim.Di bawah guyuran air shower yang menyegarkan, Maudy merasakan tubuhnya bergetar perlahan melepaskan ketegangan. Maudy memejamkan mata, mencoba menenangkan diri dari situasi yang sedang di hadapinya. Meski begitu, Maudy sadar bahwa dirinya harus terus berjalan dan menghadapi kenyataan, karena hidup tidak mungkin diam di tempat saja.Setelah selesai, Maudy mengambil sejadah dan menggelarnya dengan hati-hati di atas lantai. Maudy menunaikan sholat, berusaha khusyuk meski pikirannya terus saja melayang memikirkan hari esok yang masih menjadi misteri.“Ya Allah, mengapa takdirku harus begini? Aku tak sanggup menerima kenyataan ini,” Maudy berdoa dengan air mata yang kembali membasahi pipinya, “Walaupun rasa Cinta itu belum ada untuk Mas Arya, tapi hatiku terasa remuk menghadapi keadaan ini, Ya Allah... Bagaimana juga pera

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status