Share

Bab 2

Penulis: Dilla Maharia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-22 11:34:55

“Tahan, ini hanya sakit di awal,” Ucap Arya, berusaha menenangkan istrinya yang kesakitan. Melihat bagaimana Maudy meringis, hatinya berkecamuk.

Arya hanya melakukan penembakan sekali, berjuang mengekang hasrat yang mulai membakar dadanya. Tubuh Maudy yang memikat sungguh sulit untuk dilepaskan dari dekapannya, namun dia juga tidak tega memaksa wanita itu terus melayaninya.

“Kamu tidur aja, istirahat dulu. Udah mau maghrib, aku harus pulang, takut Jasmine mencariku nantinya,” Arya bangkit dari ranjang dengan perasaan bahagia, wajahnya tersenyum sumringah meski sebenarnya ia masih merasa belum sepenuhnya puas. Namun, apa yang baru saja terjadi sukses membuat ombak kebahagiaan di hatinya tampak begitu jelas.

Arya berjalan menuju kamar mandi, mencoba menenangkan detak jantung yang berdebar kencang.

Maudy sendiri hanya meremas selimut yang menutupi tubuhnya yang polos, hatinya begitu hancur. Dulu dia membayangkan akan menyerahkan tubuhnya dengan ikhlas pada suaminya, pria yang dia cintai. Arya memang suaminya, namun tidak ada cinta yang dia rasakan untuk pria itu.

Tak berselang lama setelah pintu kamar mandi terbuka, Arya muncul dengan pakaian yang rapi, dengan langkah mantap pria itu mendekati Maudy, “Ini kartu ATM untukmu!” Ucapnya tanpa ekspresi, “Ingatlah, hubungan kita hanya ada di apartemen ini. Jangan pernah sekalipun membocorkan rahasia kita kepada siapapun. Aku harus pulang sekarang, jaga dirimu dengan baik.”

Maudy hanya terdiam, tak mampu menanggapi ucapan suaminya yang dingin dan tanpa belas kasihan.

Arya pun dengan cueknya meninggalkan ruangan tanpa sepatah kata pun, meninggalkan Maudy sendirian dengan hati yang hancur. Tanpa bertanya apakah miliknya masih terasa sakit atau tidak.

Setelah kepergian Arya, Maudy merasakan kepedihan yang begitu dalam. Air mata mulai mengalir dengan suara tangisan tersedu-sedu, membasahi pipinya yang pucat. Hatinya terasa remuk oleh perlakuan suaminya yang begitu kejam. Bagaimana mungkin dia mendapatkan suami seperti itu? Dosa apa yang sudah dia lakukan hingga mendapatkan cobaan sebesar ini.

“Lalu, apa bedanya aku dengan seorang pelacur, Mas?” Gumamnya lirih dalam keheningan, suaranya terdengar rapuh, penuh dengan kesedihan.

Maudy meremas jari-jarinya, tak bisa menyembunyikan getaran di bibirnya. “Kamu mungkin gak mau menyakiti istrimu, tapi perlakuanmu telah melukai hatiku. Kamu benar-benar suami yang dzolim, Mas,”Ucapnya perlahan, dengan sorot mata hampa.

Maudy merasakan kepedihan yang begitu dalam hingga ia tak kuasa menahannya. Dengan amarah yang memuncak, ia memukul dadanya sendiri berusaha untuk meredakan rasa sakit yang dirasakannya. Wanita itu tak pernah membayangkan jika hidupnya akan berakhir dalam penderitaan seperti ini. Hatinya hancur, dan dia merasa sendirian dalam kegelapan yang menyelimuti.

°°°°

Sedangkan saat ini di dalam mobil, Arya terus menyunggingkan senyum puas, bayangan dirinya bersama Maudy terus menari-nari di otaknya.

Sebagai pria yang sudah menahan hasrat terlalu lama, pria itu merasa hari ini begitu mengesankan. Bahkan rasanya dia ingin menginap di apartemen saja, namun rasa cintanya pada Jasmine terlalu besar, hingga tak bisa menggoyahkan keinginannya untuk pulang.

“Aku akui Maudy jauh lebih segala-galanya dari Jasmine. Maudy lebih cantik, lebih seksi dan menggairahkan. Namun dia tidak akan bisa mendapatkan cintaku, karena wanita yang aku cintai hanyalah Jasmine!” Gumam Arya.

Setelah tiba di depan rumah, Arya mencoba menormalkan ekspresi wajahnya. Dia tidak ingin menimbulkan kecurigaan yang akan membuat perasaan Jasmine terluka. Setelah merasa siap, pria itu masuk ke dalam.

“Sayang...”

Jasmine yang sedang tiduran tersenyum manis, sebenarnya dia ingin bangun dan memeluk suaminya. Namun dari tadi siang tubuhnya begitu lemas dan tidak sanggup untuk bangun.

“Mas.”

“Kenapa? Lemes lagi?” Arya menyibak selimut bagian telapak kaki Jasmine, lalu mengusapkan tangannya di sana, berusaha memberikan aliran hangat dari tubuhnya.

“lya, Mas. Dari tadi siang badanku lemes.” Jawab Jasmine.

Arya menatap lekat wajah istrinya itu, “Udah minum obat?”

“Udah, Mas. Tadi di bantuin bibi,” Ucap Jasmine lemah, “Apa kamu telah menemukan wanita yang ingin kamu nikahi, Mas?” Sambung Jasmine.

Bukan karena Jasmine tidak mencintai, namun wanita itu juga tidak tega melihat suaminya kesulitan sendirian. Dalam mengurus rumah tangga, mungkin masih bisa dibantu oleh bibi. Namun, untuk hal-hal lain, seperti urusan ranjang, Jasmine jujur takut suaminya melakukan perbuatan terlarang dan berdosa diluar sana.

Jasmine menyadari bahwa dirinya tidak mampu memberikan hal itu, oleh karena itu, setelah dua tahun belakangan ini, Jasmine berusaha memperkuat dirinya sendiri untuk menerima kenyataan jika Arya memutuskan untuk menikah lagi.

Jasmine sadar jika dirinya tak ingin bertindak egois dan berharap yang terbaik untuk Arya, meskipun itu artinya ia harus berbagi suami dengan wanita lain.

“Kamu ngomong apa sih, sayang? Mas udah sering bilang jangan pernah bahas hal ini!” Ujar Arya, tak suka dengan ucapan istrinya barusan.

“Aku ikhlas kok, Mas. Jangan buat aku semakin merasa bersalah, please menikah Iah. Tapi tolong jangan ceraikan aku,” Jawab Jasmine, memohon.

Ia juga sadar kalau hidupnya tidak lama lagi, Jasmine hanya ingin menghabiskan waktu dengan Arya. Dan terus menjadi istrinya sampai maut memisahkan.

“Kamu Gak usah pikirin aku, sayang. Selagi kamu ada di sampingku semua akan baik-baik aja!” Tegas Arya.

Setelah merasakan telapak kaki istrinya hangat, Arya kembali menutupinya dengan selimut, lalu duduk di samping Jasmine dan membawa wanita itu dalam pelukannya. “Tetaplah sehat, dan jangan pernah menyerah. Mas akan selalu ada untuk kamu, Sayang...”

Jasmine adalah cinta pertama Arya, dan sampai kapanpun hanya Jasmine satu-satunya wanita yang akan dicintai sampai akhir hayat Arya. Meskipun hanya merasakan manis pernikahan selama tiga bulan saja.

Bahkan orang tua Arya sendiri juga tidak setuju dengan pernikahannya, apalagi setelah mengetahui Jasmine sakit dan tidak bisa memberikan Arya seorang anak.

Orang tua Arya sempat mendesak pria itu untuk menceraikan istrinya, namun rasa cinta yang begitu kuat membuat Arya bertahan. Bahkan baru mau menikah lagi setelah tiga tahun menahan gejolak hasratnya.

“Kamu mandi dulu sana, Mas. Belum sholat Maghrib, kan?” Tanya Jasmine.

Arya mengangguk, pria itu akhirnya turun dari ranjang dan pergi ke kamar mandi, walaupun tadi sudah mandi di apartemen. Namun dia akan melakukan hal itu lagi, agar Jasmine tak curiga.

Di dalam kamar mandi, Arya tiba-tiba mengingat sang istri simpanan, “Argh sial!! Kenapa aku malah mengingat Maudy,” Batin Arya, memikirkan istri keduanya saja mampu membuat gejolak hasratnya terbakar lagi, dengan terpaksa Arya mencoba memuaskan dirinya sendiri.

°°°°°

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jerat Pesona Istri Simpanan    Bab 110. Tak Tahu Malu

    Maudy masih duduk di sudut kamar, terbenam dalam halaman-halaman buku peninggalan Jasmine yang penuh dengan catatan dan tulisan tangan.Setiap lembar seolah menceritakan kembali kisah hidup yang tertinggal, menghubungkannya dengan apa yang terjadi.la mengernyitkan kening, wajahnya tampak bingung.‘Kalau Kak Jasmine tau mamanya Mas Arya masih hidup, kenapa dia gak bilang sama Mas Arya? Kenapa dia menyimpan semua kebenaran ini sendiri?’Maudy masih ingat dimana, Arya pernah mengatakan bahwa Ibu pria itu telah tiada. Berarti suaminya memang tidak tahu bahwa Ibu kandungnya sebenarnya masih hidup.‘Kenapa banyak teka-teki seperti ini ya?’ pikirnya, frustasi.Maudy merasa seakan berada di tengah labirin misteri yang membingungkan, dan ia tahu harus memilih langkah berikutnya dengan hati-hati. ‘Aku harus kasih tau Mas Arya atau menyelidiki ini semua dulu ya?’ la menatap halaman-halaman yang tidak hanya berisi kata-kata, tetapi juga rahasia yang bisa mengubah hidup seseorang.Maudy menutup b

  • Jerat Pesona Istri Simpanan    Bab 109. Pesan Apalagi?

    “Ka-Karena Azzam bisa cepat istirahat,” Jawab Arya dengan tersenyum kaku, sambil berharap putranya tidak bertanya lebih jauh.Azzam akhirnya hanya mengangguk, seolah menerima alasan itu tanpa terlalu memikirkannya Iagi.“Yuk, sekarang tidur, biar besok pagi Azzam bangun, badannya udah segar!” Maudy menghampiri mereka dan merapikan selimut di atas ranjang.Tidak ingin protes, Azzam naik ke tempat tidur di antara kedua orang tuanya. Membuat Arya sedikit tidak suka.Begitu Azzam naik ke tempat tidur, Arya duduk di tepi ranjang sambil memandangi istri dan anaknya. Namun, ada ide yang tiba-tiba terlintas di kepalanya.“Gimana kalau Mama tidurnya di tengah?” Ucap Arya santai. Di balik kalimatnya, jelas ada harapan tersembunyi, jika Maudy tidur di tengah, ia bisa dengan leluasa memeluk istrinya sepanjang malam, sesuatu yang sangat diinginkannya.Azzam langsung mengerutkan kening, ekspresi bingung muncul di wajahnya. “Terus, Azzam tidulnya di mana?” Tanyanya polos, matanya menatap bergantian

  • Jerat Pesona Istri Simpanan    Bab 108. Gagal lagi

    Pukul 17.00 wib,Setelah seharian bekerja di kantor, Arya memutuskan untuk mengunjungi makam Jasmine. Hati Arya terasa berat, mengingat kembali kenangan indah yang pernah terukir bersama mendiang istrinya.“Nggak apa-apa kan Maudy, kita ke makam Jasmine dulu?” Tanya Arya hati-hati.“Nggak apa-apa, Mas. Yuk cepetan keburu malem.” Jawab Maudy santai, sama sekali tak keberatan.Sesampainya di makam, suasana sekeliling terasa tenang. Arya melangkah mendekat, menatap nisan dengan penuh rasa rindu.“Sini, Maudy. Di samping aku!” Ucap Arya sambil menepuk tempat di sampingnya.“Iya, Mas...” Mereka berdua kemudian membaca tahlil, suara mereka bersatu dalam doa, mengharapkan agar Jasmine diberikan tempat terbaik di sisi-Nya. Setiap kata yang terucap membawa rasa tenang, menyampaikan semua yang tak terucap selama ini.Setelah selesai, Arya mengambil bunga yang mereka bawa dan mulai menaburkannya di atas makam. “Kamu tau, Maudy... Sebelum Jasmine meninggal, dia sempat berpesan agar aku membahagi

  • Jerat Pesona Istri Simpanan    Bab 107. Rencana Aurora

    Aurora tersentak. Ia mencoba membuka suara, meskipun ragu. “Mas... Aku nggak ganggu dia! Dia duluan yang siram aku dengan kuah panas!” Jawabnya membela diri.Arya mendekat, langkahnya mantap dan dingin. “Istriku bukan wanita kasar seperti kamu. Dia nggak mungkin melakukan hal seperti itu!” Bentaknya lagi.“Mas, dia itu ular! Dia pura-pura di depan kamu! Dia_”“DIAMM!!” Bentak Arya, menyela pembicaraan Aurora dengan suara yang bergema, membuat Aurora ersentak mundur. “Kalau kamu berani sentuh istriku lagi, aku akan pastikan Papamu dipecat dari perusahaan ini!!” Tegas Arya, matanya yang tajam tak lepas dari menatap Aurora.Aurora terdiam, kata-kata Arya menghantamnya seperti pukulan keras. Napasnya tercekat, wajahnya memucat. Tak ada lagi yang bisa ia katakan.Arya kemudian berbalik, memeluk Maudy erat-erat, dan melangkah menuju lift tanpa menoleh ke belakang. Suasana tegang masih menyelimuti ruangan, tetapi Aurora tak mampu bergerak atau bersuara.Di pelukan Arya, Maudy menyandarkan k

  • Jerat Pesona Istri Simpanan    Bab 106. Siapa Dia?

    “Bukannya ini almarhum Mama kandungnya Mas Arya? Jadi mereka saling kenal?” Gumam Maudy sambil mencerna setiap detail yang muncul di layar. Ia menemukan foto-foto Elizabeth di berbagai acara.Maudy merasa semakin terdesak untuk mengumpulkan informasi. Ia melakukan pencarian lebih dalam, menggunakan teknik-teknik peretasan sederhana untuk mencari data yang lebih pribadi, jika ada.“Kok aku curiga ya sama Mama tirinya Mas Arya? Aku yakin dia juga pasti lagi nyiapin rencana jika aku muncul!”Mengingat bagaimana kejamnya Elizabeth pada Jasmine saja sudah menjelaskan bagaimana jahatnya wanita itu.“Apa meninggalnya Mama Mas Arya juga ada campur tangan Mama tirinya ya?” Gumam Maudy lagi, menebak.Saat Maudy menyelidiki lebih dalam mengenai hubungan Elizabeth dengan orang-orang terdekatnya, ia mendapati pesan chat antara Elizabeth dan Aurora. Namun sebelum membukanya, tiba-tiba pintu kamar terbuka, dan Arya masuk ke dalam.“Lagi cek pabrik ya?” Tanya Arya, meletakkan tas kerjanya, lalu mengh

  • Jerat Pesona Istri Simpanan    Bab 105. Cari Tahu

    Maudy tengah sibuk memasak di dapur, matanya fokus pada panci yang mengepul di depan. Namun, tiba-tiba ia merasakan sepasang lengan kuat melingkari pinggangnya dari belakang.Arya memeluknya erat, tubuh pria itu yang masih basah sehabis mandi menyentuh punggung Maudy. Kehangatan yang tiba-tiba, membuatnya terdiam sejenak, tubuhnya membeku karena terkejut.“Mas...” Ucap Maudy, menoleh sedikit, matanya membelalak saat menyadari Arya hanya mengenakan handuk yang melingkar di pinggang. “Kamu cuma pakai itu?!”Arya tersenyum penuh arti dan semakin mempererat pelukan. “Aku gak tahan jauh dari kamu,” bisiknya di telinga Maudy, suaranya rendah dan menggoda. Ia menunduk sedikit, menanamkan ciuman kecil di leher istrinya.audy menahan napas, wajah bersemu. Tangannya yang memegang spatula bergetar sedikit. “Mas... Aku lagi masak. Kalau begini, nanti makanannya gosong!” Ucapnya.“Nggak apa-apa, nanti bisa masak lagi... Atau pesen aja!” Jawab Arya, ciumannya semakin menyusuri tengkuk Maudy. Sudah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status