Home / Romansa / Jerat Pesona Pengacara Tampan / Bab 7. Sean’s Arrival 

Share

Bab 7. Sean’s Arrival 

last update Last Updated: 2024-11-07 22:27:47

Selena menghempaskan tubuhnya ke sofa kamarnya. Wanita itu memijat pelan pelipisnya. Tampak beberapa kali Selena mengembuskan napas panjang. Emosinya tersulut dan terpancing setiap kali bertemu dengan Samuel. Dalam beberapa bulan ini Selena mau tidak mau harus bersabar. Project design interior tidak mungkin langsung jadi dalam beberapa hari. 

“Mama … Mama …” Oliver berlari masuk ke dalam kamar, menghampiri Selena yang tengah duduk di sofa. 

“Sayang?” Lelah Selena lenyap kala melihat Oliver menghampirinya. Senyuman hangat di wajah Selena pun terlukis begitu tulus. “Ada apa, Sayang? Tadi Mama sudah membelikan sushi untukmu, Nak.” 

Sebelum pulang, Selena membelikan sushi untuk putranya. Pun dia meminta pengasuh Oliver untuk menyuapi putra kecilnya itu. 

“Mama, apa Mama tidak mau makan sushi? Ayo kita makan bersama, Mama,” ajak Oliver dengan suara polosnya. 

“Oliver saja makan duluan, Sayang. Mama belum lapar,” jawab Selena seraya mengelus pipi bulat Oliver dan memberikan kecupan di sana. 

“Nona Selena?” Seorang pelayan menyapa seraya melangkah menghampiri Selena. 

“Iya?” Selena mengalihkan pandangannya, menatap sang pelayan yang ada di hadapannya. 

“Nona … di depan ada Tuan Sean,” ujar sang pelayan yang sontak membuat Selena terkejut. 

“Kak Sean datang?” ulang Selena memastikan. Sepasang iris mata biru Selena menunjukan jelas keterkejutannya. Ya, Sean Geovan—kakak sulungnya yang menetap tinggal di New York itu memang kerap mengunjunginya di London. Tapi Selena tak menyangka kalau kakaknya datang. Pasalnya kakaknya itu tidak memberikan kabar padanya kalau akan datang ke London. 

Sang pelayan menganggukan kepalanya. “Benar, Nyonya. Tuan Sean datang.” 

“Yeay … Paman Sean datang.” Oliver langsung berlari lebih dulu keluar meninggalkan kamar menemui Sean. Senyuman di wajah Selena pun terlukis. Setiap kali Oliver kedatangan Pamannya pasti putra kecilnya itu begitu bahagia. Detik selanjutnya, Selena segera menyusul Oliver yang sudah lebih dulu meninggalkannya. 

***

“Paman Sean, aku merindukanmu, Paman.” Oliver memeluk leher Sean. Bocah laki-laki itu kini tengah berada digendongan Sean. Pipi tembamnya menempel pada pipi Sean. 

“Paman juga merindukanmu, Boy. Bagaimana sekolahmu?” tanya Sean seraya mengecupi pipi bulat Oliver. 

“Paman tenang saja. Aku anak yang pintar di sekolah, Paman,” jawab Oliver dengan nada membanggakan diri.

“Good … Paman bangga padamu, Boy.” Sean mencubit pelan hidung mungil Oliver. 

Senyum di wajah Selena terlukis melihat pemandangan di mana kakaknya begitu menyayangi Oliver. Selama lima tahun ini Selena memang menjauh dari keluarganya yang berada di Toronto. Akan tetapi kakak dan adik Selena masih sering mengunjunginya di London. Pun sama halnya dengan ibunya yang masih tetap mengunjunginya. Hanya satu yang Selena tak berani temui yaitu ayahnya. Sejak di mana Selena menolak dijodohkan, Selena memang tidak pernah berhubungan lagi dengan ayahnya. Tentu dia sangat merindukan ayahnya namun Selena menyadari kalau dosa masa lalu yang dia perbuat sulit untuk dimaafkan. 

“Oliver … ayo makan sushi-mu. Nanti Mama akan menyusulmu, Nak,” ucap Selena dengan senyuman di wajahnya. 

Oliver mengangguk patuh. “Iya, Mama.” 

Sean mencium pipi bulat Oliver. Lalu dia menurunkan keponakannya itu. Dan Oliver langsung berjalan meninggalkan Selena dan Sean—yang berada di ruang keluarga. Bocah laki-laki itu kini bersama dengan pengasuhnya. 

“Apa kabar, Kak?” Selena mendekat, dan memeluk erat sang kakak. Pun Sean membalas pelukan Sean. 

“Baik … aku baik, bagaimana dengamu?” Sean mengurai pelukannua, dan mengelus pipi Selena. 

“Aku juga baik, Kak.” Selena mengajak Sean untuk duduk di sofa yang tedekat dengan mereka. Tepat dikala mereka sudah duduk; pelayan menyajikan minuman untuk mereka.  

“Kau kenapa tidak bilang padaku kalau ada di London, Kak?” tanya Selena kala pelayan sudah pergi. 

“Aku memiliki meeting mendadak. Jadi aku mampir ke penthouse-mu,” jawab Sean seraya menatap sang adik. “Bagaimana perusahaanmu? Semua baik-baik saja kan?” 

Selena menganggukan kepalanya. “Semua baik-baik saja, Kak. Ah, ya. Apa kau ke sini bersama Stella, Kak?”  

“Stella dan anak-anakku baru menyusul besok. Mereka tidak berangkat bersama denganku,” ujar Sean memberitahu. “Selena, ada yang ingin aku katakan padamu.” Sean melanjutkan ucapannya, nada bicara Sean terdengar begitu serius. 

“Ada apa, Kak?” tanya Selena seraya menatap Sean lekat. 

“Lusa ada acara jamuan makan makan. Sebagian keluarga kita akan datang dan juga rekan bisnis keluarga kita akan datang. Aku ingin kau hadir. Sudah lima tahun kau tidak pernah muncul di acara jamuan makan malam perusahaan keluarga kita.” Sean berucap dengan nada yang serius dan meminta adiknya untuk patuh. 

Selena terdiam sejenak kala mendengar apa yang diucapkan oleh Sean. Tanpa terasa Selena telah melepas seluruh tanggung jawabnya di perusahaan keluarganya. William Geovan—ayah Selena adalah salah satu jajaran pengusaha tersukses. Selama ini memang Selena tidak menerima satu sen pun bantuan. Baik itu dari ibu, kakak, atau adiknya yang ingin membantunya hidup. Tujuan Selena adalah dia ingin membuktikan pada semua orang kalau dia mampu bangkit dengan kedua kakinya sendiri. 

Dan Selena tak menyangka kalau dirinya telah berada dititik sejauh ini. Dulu, Selena pikir dirinya tidak akan pernah mampu. Tapi kenyataannya dia berhasil melewati badai di kehidupannya. 

“Kak … aku rasa aku tidak bisa datang ke jamuan makan malam yang diadakan keluarga kita,” ujar Selena dengan suara pelan. 

“Selena … mau sampai kapan kau menghindar? Kau tidak bisa selalu menghindar. Meski kau tidak lagi memakai nama Geovan tapi kau tetap bagian dari Geovan. Kau harus tetap hadir, Selena. Aku sudah membiarkanmu tinggal di London, membiarkanmu menjalani kehidupanmu. Sekarang waktunya kau tunjukan pada semua orang kau mampu berdiri dengan kedua kakimu. Jangan terus-terusan bersembunyi seperti ini,” tukas Sean menegaskan. 

“B-Bagaimana dengan Daddy, Kak? Daddy membenciku. Dia pasti akan marah jika aku datang,” ucap Selena lirih. Bulir air matanya mulai menetes membayangkan kalau sang ayah tak lagi bicara padanya. 

Sean membawa tangannya menghapus air mata adiknya itu. “Dad tidak mungkin marah. Jika dia marah apalagi berani mengusirmu di pesta maka aku yang akan turun tangan. Sekarang yang aku ingin kau hadir di pesta. Semua para pengusaha juga datang. Beriaslah yang cantik. Tunjukan kau adalah wanita yang hebat. Tidak akan ada yang merendahkanmu atau menjatuhkanmu. Jika sampai aku mendengar ada yang merendahkan adikku; maka aku pastikan orang itu lenyap di tanganku.” 

Senyuman di wajah Selena terlukis mendengar ucapan Sean. Wanita itu terdiam beberapa saat. Memikirkan dengan baik keputusan apa yang paling tepat. Hingga kemudian, Selena berkata, “Baiklah, Kak. Aku akan datang. Terima kasih selalu ada di sisiku, Kak.” 

Sean mengecup kening Selena. “Aku bangga padamu, Selena. Sangat bangga padamu. Tidak semua orang bisa berada di posisimu. Tapi kau membuktikan kalau kau memang wanita yang hebat.” 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 263 – Ending Scene (Tamat) 

    Beberapa bulan kemudian … Zurich, Swiss. Langit begitu biru dan indah membaur dengan perkebunan buah anggur yang ada di Swiss. Cuaca pagi di musim semi sangatlah indah. Angin yang berembus ke kulit begitu menyejukan. Tampak tatapan Selena sedari tadi menatap Oliver yang tengah bersama dengan Javier memetik buah anggur di perkebunan. Meski ada empat pengawal yang menemani Oliver dan Javier tetap saja Selena tak bisa melepaskan tatapannya dari kedua anak laki-lakinya itu. “Sayang, Oliver bisa menjaga Javier dengan baik. Kau tenang saja.” Samuel membelai pipi Selena dengan lembut. Selena menghela napas dalam. Tatapan Selena mulai teralih ke dua bayi perempuan kembarnya yang tertidur lelap di stroller. Senyuman di wajah Selena pun terlukis hangat melihat Stacy dan Sierra tertidur pulas. Sekarang usia Stacy dan Sierra sudah 7 bulan. Tubuh kedua bayi perempuannya sangat gemuk dan sehat. Stacy yang lahir lebih dulu memiliki rambut berwarna cokelat tebal dan mata biru. Sedangkan Sierra—s

  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 262 – Extra Part V 

    Miller International School, London. “Aw.” Seorang gadis kecil cantik terjatuh akibat bermain lari-larian dengan teman-temannya. Tampak lutut gadis kecil itu terluka dan mengeluarkan darah. Dengan pelan, gadis kecil itu berusaha untuk bangun tapi tubuhnya malah tak seimbang dan nyaris jatuh. Tepat dikala tubuh gadis kecil itu nyaris terjatuh, sosok bocah laki-laki yang memiliki postur tubuh tinggi menangkap gadis kecil itu. “Terima kasih,” ucap gadis kecil itu melangkah menjauh dari laki-laki yang membantunya. Namun, tiba-tiba manik mata gadis kecil itu melebar terkejut kala menatap sosok laki-laki yang telah membantunya itu. “Oliver? Kau di sini?” Mata Nicole mengerjap beberapa kali menatap Oliver. Oliver menarik tangan Nicole, mendudukan tubuh Nicole di kursi, lalu bocah laki-laki itu mengambil kotak obat yang letaknya berada di ruang kesehatan. Beruntung ruang kesehatan tidak terlalu jauh dari posisi di mana Oliver dan Nicole berada. Saat kotak obat sudah ada di tangan Oliver,

  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 261 – Extra Part IV

    “Bye, Sayang. Jaga diri kalian. Jangan membuat Grandpa William dan Grandma Marsha kerepotan. Ingat kalian harus patuh pada Grandpa dan Grandma.” Selena berseru pada Oliver dan Javier yang masuk ke dalam mobil. Terlihat Oliver dan Javier kompak mengangguk patuh merespon ucapan ibu mereka. Ya, hari ini Oliver dan Javier harus pergi ke rumah William dan Marsha. Menjelang Selena melahirkan, William dan Marsha memang berada di London. Sedangkan kakak dan adik Selena lain akan tiba di London dalam waktu beberapa hari lagi. Mengingat kakak dan adik Selena tak tinggal di negara yang sama, membuat Selena tak terlalu sering bertemu dengan kakak dan adiknya. Meski demikian, komunikasi selalu terjalin dengan sangat erat. “Bye, Papa, Mama.” Oliver dan Javier melambaikan tangan mereka kompak pada Selena dan Samuel. Pun Selena dan Samuel membalas lambaian tangan anak-anak mereka. Dan ketika mobil yang membawa Oliver dan Javier sudah pergi, Selena segera masuk ke dalam rumah tanpa mengatakan pada S

  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 260 – Extra Part III 

    “Oh, My God! Raven, Rosalie, kenapa kalian merusak make up Mommy? Astaga! Ini make up kesayangan Mommy, Sayang.” Juliet rasanya ingin menjerit melihat semua perlengkapan make up miliknya hancur berantakan. Mulai dari koleksi lipstick, eyeshadow, foundation, dan masih banyak lainnya. Semua sudah berantakan di lantai kamar. Baru beberapa detik Juliet ke kamar mandi karena mengambil ponselnya yang tertinggal di wastafel, tapi dalam hitungan detik juga kamar sudah seperti kapal pecah. Memang kedua anaknya itu sudah sangat aktif. Sore ini, Juliet sengaja tak meminta pengasuh untuk masuk ke dalam kamarnya, pasalnya Juliet ingin mengajak kedua anaknya itu bermain sambil menunggu sang suami pulang dari kantor. Tapi alih-alih niatnya terealisasi malah kekacauan sudah lebih dulu tiba menghampiri dirinya. Sungguh, Juliet bisa-bisanya lupa kalau kedua anaknya sangatlah aktif. Alhasil koleksi make up miliknya hancur lebur. Bedak saja sudah berceceran di lantai. Terutama lipstick yang tak lagi ber

  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 259 – Extra Part II 

    “Mommy, aku pulang.” Joice melangkah masuk ke dalam rumah dengan raut wajah yang muram. Gadis kecil cantik itu nampak lesu seperti tengah memikirkan hal yang mengusik pikirannya. Joice meletakan tas sekolah ke sofa, dan duduk di sofa itu. Jika biasanya Joice selalu riang gembira, kali ini gadis kecil itu tak seceria biasanya. “Sayang? Kau kenapa?” Brianna yang baru saja selesai menyiram tanaman, dikejutkan dengan putri kecilnya yang pulang dari sekolah dalam keadaan wajah yang muram. Padahal setiap hari, Joice selalu pulang sekolah dalam keadaan wajah yang riang gembira. “Tidak apa-apa, Mom. Aku hanya lelah saja,” jawab Joice pelan. Brianna menghela napas dalam. Brianna yakin pasti ada yang tidak beres dengan putri kecinya itu. “Katakan pada Mommy ada apa, Nak?” tanyanya seraya duduk di samping Joice. “Mommy aku ingin bertanya padamu.” “Kau ingin tanya apa, Sayang?” “Hm, apa aku ini tidak cantik, Mom?” Joice menyandarkan kepalanya di lengan Brianna. Bibir Joice mengerut, menunj

  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 258 – Extra Part 

    Tiga tahun berlalu … Miller International School, London. “Oliver Maxton! Pulang sekarang! Tidak ada main basket!” Selena berkacak pinggang mengomel pada putra sulungnya yang berusia 8 tahun. Tampak mata Selena menatap dingin dan tegas putranya itu. Aura kemarahan begitu terlihat jelas di paras cantik wanita itu. Dengan keadaan perut yang membuncit, Selena mengomeli putranya di tengah jalan. Ya, saat ini Selena tengah mengandung untuk ketiga kalinya. Ulah Samuel membuat Selena hamil lagi. Hanya saja kali ini berbeda. Kehamilan ketiga ini, Selena hamil bayi kembar. Sungguh, Selena berjanji setelah ini dia akan steril tak ingin lagi memiliki anak. Tubuhnya baru saja langsing tapi sudah harus bengkak lagi. Padahal niat Selena adalah memiliki dua anak. Tapi ternyata malah kecolongan. “Ck! Ma, guru sudah menghukumku time out. Mama kenapa menghukumku juga? Nanti aku akan menghubungi Grandpa William. Aku akan meminta Grandpa William memecat guru yang sudah berani menghukumku,” tukas Oli

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status