Berkali-kali Sam memukul setir kemudinya. Wajahnya yang memerah, matanya yang berair sudah cukup menjelaskan betapa menyesalnya Sam saat ini."Andai waktu itu aku mendengarkannya.." lirih Sam. Air mata itu akhirnya mengalir dengan deras. Dia merutuki kebodohannya sendiri.Nadya yang tersiksa lahir batin karenanya. Sam yang meyakini jika wanita itu bersalah memberikan banyak luka pada Nadya. Entah sudah tak terhitung berapa kali Sam menghajarnya. Bukannya berlari ketika Sam pergi, tapi Nadya malah datang untuk menyelamatkannya.Dan sekarang.. Nadya memutuskan pergi ketika kehadirannya tak dibutuhkan. Dan terparahnya, ia pergi dalam kondisi berbadan dua.Andai nasib bisa ditukar, maka Sam lebih baik mengajak Nadya kawin lari saja. Dengan begitu, tak akan ada drama kebenciaan dari Mahendra dengan menjerat Nadya sebagai pelaku utamanya.Mobil ini akhirnya tiba di kantor polisi, Sam membuat laporan dan meminta mereka untuk mencari keberadaan Nadya. Bahkan jika perlu membayar, maka dia bers
Tanpa banyak berkata, Sam pergi dari rumah dan memutar mobilnya menuju jalan raya. Mencari di sekeliling kota apakah ada Nadya yang mungkin masih meninggalkan jejak.Sampai Sam teringat, ia memutuskan pergi ke restoran tempat istri keduanya bekerja. Ya. Gara-gara pengusiran Thalia waktu itu, Sam tak tahu dimana Nadya selama ini tinggal. Bertanya saja tidak sempat.Akhirnya sampai, tanpa berbasa basi Sam menanyakan Nadya. Wanita yang tadi siang ditemuinya ternyata masih bekerja."Tidak ada. Bukannya anda tadi yang membawa Nadya dari sini?" Wanita itu keheranan.Sam berdeham. "Benar. Tapi dia pergi tanpa pamit. Saya pikir dia kemari. Atau begini saja, tolong beritahu aku dimana alamat tempat tinggalnya."Dahi senior wanita ini mengernyit. Tadi siang pria ini kan mengaku sebagai suaminya Nadya. Tapi kenapa sekarang malah menanyakan alamatnya?Mengerti akan kecanggungan situasi ini, Sam menyelipkan beberapa lembar uang di tangan wanita itu."Saya mohon bantuannya.."Melihat beberapa lemba
"Tunggu, Thalia!" Teriak Sam.Ucapan barusan tak hanya mengejutkan Sam tapi juga Mahendra.Karena wanita ini tak mau menghentikan langkahnya, Sam sampai harus mengejar ke depan pintu."Apa maksud perkataanmu itu?" Tanya Sam menahan lengan istrinya."Tidak usah dipikirkan.""Thalia!" Tegur Sam. "Kamu hamil?"Kini Julia sampai ikut menyusul ke depan pintu karena penasaran."Apa perdulimu? Kamu juga sudah memilih Nadya, kan?" Sinis Thalia."Masuk sekarang!""Tidak! Aku akan pergi selamanya .""Aku tidak mau mengulangi ucapanku. Sekarang masuklah.." Sam menurunkan nada suaranya.Thalia mendengkus kesal. Kakinya seperti ingin melangkah keluar dari pintu tapi badannya menyuruh berbalik. Akhirnya, Thalia masuk lagi ke dalam dan menuju kamar tidurnya."Ada apa, Sam?" Tanya Julia."Nanti saja, ma."Penting baginya untuk mengurus Thalia terlebih dahulu. Ketika sampai dikamar, Sam memburu tubuh istrinya dan dipaksa menatapnya."Sejak kapan kamu hamil?" Sam menahan kedua lengan Thalia. Thalia ya
Pertanyaan memenuhi isi kepala Sam.Istri pertamanya dengan tega mengusir istri keduanya! Tak hanya itu, Thalia bahkan menjual apartement miliknya. Sebenarnya apa maksud Thalia itu?Lalu, Nadya.. dimana sekarang dia tinggal?Ah! Sam yang pusing lalu meremas rambutnya. Pandangannya masih menatap ke depan karena tengah menyetir. Entah kemana mobil ini akan membuatnya sampai ke tujuan.Sam mengingat-ingat. Kemarin ada Nadya yang ikut dalam penyelamatannya. Julia juga mengatakan bahwa berkat Nadya lah polisi bisa mengetahui siapa dalang yang menyebabkan kecelakaan Samudera."Aku hubungi Edo saja."Ponsel diambil dari saku jaketnya, ketika nomor itu tersambung, Edo menceritakan semuanya. Termasuk ketika Nadya mencuri dengar percakapan Gery di sebuah restoran ternama."Restoran ternama?" Tanya Sam tak paham.["Nadya mengaku bekerja disana "]Sam mengangguk mengerti. Ternyata istri keduanya menyambung hidup dengan bekerja setelah Sam tak ada. Memang dasar wanita pekerja keras.Sekarang tujua
"Sam!" Giliran wanita ini yang datang.Thalia sedikit berlari memburu tubuh suaminya. Ia bahkan dengan tega mendorong Nadya dan menggantikan posisinya dengan memeluk Sam."Aku pikir kamu sudah meninggal, Sam!" Thalia menangis tersedu-sedu."Pelan-pelan, Thalia. Bahuku sakit." Sam melepaskan dirinya dari pelukan wanita ini."Akhirnya Tuhan mengabulkan doaku. Kamu selamat, sayang.." Thalia membelai wajah suaminya yang lebam itu. Sam pun sampai memalingkan wajahnya.Tak lama seorang perawat datang untuk melakukan pemeriksaan."Lebih baik kita keluar karena Sam harus diperiksa." Ucap Mahendra."Kalian saja. Biar aku menunggu disini. Aku juga perawat dan mengerti masalah ini." Seru Thalia.Tangan Julia sampai mengepal karena kesalnya. Ketika tubuhnya ingin maju menghajar wanita itu, Mahendra menghalanginya.Akhirnya, semua orang memilih memperhatikan Sam yang sedang diperiksa."Tekanan darahnya normal. Saya permisi." Ucap perawat pria tersebut."Bagaimana hasil pemeriksaan suami saya? Apa
"Mas!" Nadya merengkuh Sam yang menutup erat matanya. Ia menangis tersedu-sedu sambil terus-terusan menyebut nama suaminya.Tak lama sebuah ambulance datang dan memberikan pertolongan kepada Sam. Wajah yang tampan itu terlihat ada guratan luka di dahi dan pipinya. Begitu juga dengan pergelangan tangan Sam yang terluka seperti bekas di ikat, dan lengannya yang lebam. Entah apa yang terjadi, Nadya tak dapat membayangkannya.Sepanjang perjalanan tak lepas Nadya memegang tangan suaminya. Meski Sam belum kunjung membuka matanya, tapi Nadya tak lepas menyentuh kepala pria ini dan mengusapnya dengan kasih sayang."Syukurlah. Mobil yang dikejar polisi tadi sudah ditangkap. Sekarang polisi sedang mengobrak ngabrik Guardian." Ujar Edo.Nadya hanya mengangguk tak menanggapi. Saat ini perhatiannya teralih hanya untuk Sam seorang. Dan ketika dahi Sam terlihat mengernyit, Nadya mencengkram erat pegangnya."Mas Sam.." panggil Nadya melirih.Sam mengerjap membuka matanya perlahan. Mata tajam yang in