Share

Bab 7

Penulis: Stary Dream
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-29 06:30:12

Sam sudah memutuskan untuk bangkit dari kematiannya. Mengikuti jejak Mahendra bekerja di perusahaan. Sudah hampir 7 bulan hidupnya yang berlumur kesedihan digantikannya dengan kerja keras. Motivasinya adalah satu, yaitu membalaskan dendam pada dunia yang mencampakkannya. Dia akan menjadi penguasa yang menakutkan.

Itu terbukti. Tak ada lagi Sam yang ramah dan murah senyuman. Yang tersisa adalah pria dingin dengan wajah kakunya. Mahendra mulai lega ketika melihat anaknya bangkit kembali. Yang ketakutan malah Julia. Wanita paruh baya ini sampai tak bisa mengenali Sam yang berubah sepenuhnya.

"Hari ini kamu harus pulang cepat, nak. Papamu ingin makan malam bersama." Ucap Julia ketika melihat Sam akan berangkat kerja.

"Setiap hari kita makan bersama. Apa ada suatu yang spesial hari ini?"

"Tidak ada. Papamu hanya ingin makan bersama saja." Ucap Julia sembari meneguk ludah. Sorot mata tajam anaknya begitu mematikan.

"Ya. Akan ku usahakan."

Sam harus bekerja karena banyak sekali masalah di perusahaan yang harus diselesaikannya. Apalagi Guardian tengah melangkah menuju perusahaan internasional. Sebab itulah, Sam menginginkan perusahaan ini bekerja sama dengan perusahaan di taraf yang sama.

Ketika malam tiba, Sam menemukan tiga orang asing di ruang tamunya. Kebetulan dia baru saja pulang bekerja.

"Kemari, Sam. Kenalkan ini teman papa, Tuan Darwin, Nyonya Erika dan itu anaknya Monica."

Sam menatap sekilas dan memberikan anggukan.

"Selamat malam, Tuan, Nyonya dan Nona."

"Selamat malam, Sam." Darwin mengulum senyumnya. "Ternyata anakmu tumbuh luar biasa."

Mahendra tertawa. "Ya, dia sebentar lagi akan mengambil perusahaan."

Julia langsung beralih pada anaknya. "Ganti pakaian dulu, sayang. Kita akan makan malam bersama."

Ternyata ini adalah tujuan Mahendra mengajaknya makan malam. Ternyata ada keluarga lain yang dibawanya kemari. Tak mustahil jika ada perjodohan di meja makan nanti.

Benar saja, sesuai dugaan. Mahendra dan Darwin hendak menjodohkan Sam dengan Monica.

"Monica ini masih muda tapi sudah menjadi perancang busana. Karyanya sangat terkenal di Paris." Erika membanggakan putrinya.

"Luar biasa, sekali.. kamu memang berbakat." Puji Julia tersenyum.

"Nah, bagaimana kalau Sam dan Monica mengobrol diluar? Kebetulan di samping rumah ini ada taman kecil yang sangat indah." Cetus Mahendra tiba-tiba. "Ayo, nak. Ajak Monica untuk melihat-lihat rumah kita."

Sam menyeka mulutnya dengan tissue lalu bangkit dari duduknya tanpa mengucapkan satu katapun. Monica pun hanya bisa mengikuti pria ini sampai ke taman yang diceritakan tadi.

"Kata papamu ini hanya taman kecil. Tapi ini besar sekali.." Monica terkekeh. "Luasnya malah seperti lapangan sepak bola."

Sam hanya berdeham. Tatapannya lurus ke depan. Seakan menerawang sesuatu yang ada disana.

"Jadi, kamu akan meneruskan pekerjaan papamu di Guardian?" Tanya Monica memecah kecanggungan keduanya.

"Iya. Aku tidak punya keahlian apapun selain itu."

Monica sampai tertawa. "Kamu memang pandai merendahkan diri."

"Aku serius."

Monica terkesiap ketika Sam menoleh ke arahnya. Tatapan itu begitu tajam menusuk.

"Tidak masalah.. aku juga tidak memiliki keahlian.." Monica hanya bisa mengumpat di dalam hati. Pria ini tampan tapi tidak ramah. Wajahnya kaku seakan tidak memiliki kehidupan.

"Aku pernah ditinggalkan kekasihku di hari pernikahan kami.."

"Aku tahu. Gosip itu sudah tersebar di media sosial." Sela Monica. "Tapi, itu tidak membuatmu kehilangan minat untuk menikah, kan?" Tanya Monica memastikan.

"Aku lupa bagaimana rasanya mencintai." Sam menatap lagi wanita ini dengan wajah yang tak sedap dipandang. "Maafkan aku. Aku menolak perjodohan ini."

Sam langsung pergi begitu saja setelah mengatakan itu. Sedangkan, Monica menjadi kesal. Wanita dengan harga diri begitu tinggi ini ditolak oleh pria yang tak ada seujung kukunya.

Setelah meninggalkan wanita itu, Sam kembali ke kamarnya dan memakai jaket kulit.

"Loh, kamu mau kemana, Sam?" Tegur Julia ketika sedang bersantai meminum teh dengan Erika.

"Bertemu dengan temanku. Mama tidak perlu menungguku. Aku pulang pagi."

"Apa?" Julia sampai terkejut. Ketika dia ingin memprotes, Monica muncul dengan wajah yang mengkerut.

"Kenapa, sayang?" Kini Erika yang kebingungan setelah melihat anak gadisnya.

"Kita pulang saja, ma. Aku nggak mau menjalin hubungan dengan orang yang tidak tahu sopam santun seperti dia!"

Monica menghentakkan kakinya dengan kesal dan ikut keluar dari rumah. Terpaksa Erika menyeret suaminya untuk pulang karena Monica yang sedang merajuk.

Hal ini menjadi kemarahan Mahendra.

"Dasar anak kurang ajar! Berani sekali dia menolak anak dari temanku!"

"Mungkin mereka tidak cocok, mas."

"Tidak cocok bagaimana? Monica itu anak dari keluarga terpandang. Karirnya juga bagus. Ah! Apa yang dia pikirkan? Apa masih ada Nadya di hatinya?"

Julia hanya bisa menghela nafas panjang. Tapi dari prilaku Monica yang kekanak-kanakan tadi, Julia tahu mengapa Sam sampai menolaknya.

Sam sendiri sudah sampai di rumah Andri. Malam ini, ia berkumpul dengan ketiga sahabatnya setelah sekian lama.

"Bagaimana kakimu, Sam? Masih terasa sakit?" Tanya Andri perhatian.

"Lumayan. Tidak sesakit dulu."

"Kalau hatimu masih sakit?" Cetus Gery yang berhasil membuat teman-temannya melotot.

Sam tersenyum tipis. "Tidak akan pernah sembuh."

"Lupakanlah dia, Sam. Tak perlu terus menangisinya. Nadya mungkin sudah pergi yang jauh." Sambung Richard.

"Benar.. dia sudah pergi bersama kekasihnya!" Sam meraih gelas yang ada di hadapannya dan meneguk sampai habis.

"Jika itu tidak benar bagaimana?" Tanya Andri. "Maksudku, jika Nadya benar-benar tidak pergi.. mungkin dia punya alasan lain."

"Apapun alasan yang dia miliki, harusnya dia tetap di sisiku. Dia sudah berjanji setia padaku! Dia bilang hanya mencintaiku! Tapi itu semua hanya omong kosong!" Sam menggeram marah sambil mencengkram kuat gelasnya. Mengingat Nadya, pria ini emosi lagi.

"Sudah. Lupakan dulu soal Nadya. Lebih baik kita bersenang-senang!" Sambung Gery. Pria ini pun menuangkan lagi minuman ke gelas sahabatnya.

Sam benar-benar pulang pukul dini hari dengan keadaan mabuk. Sesampainya di tempat tidur dan hendak menyelami mimpi, Mahendra datang dan menyiramkan segelas air padanya.

"Begini kelakuan calon CEO, hah? Mabuk-mabukan dan pulang pagi!" Hardik Mahendra.

"Kepalaku sakit, pa. Jangan banyak bicara dulu!"

"Kamu ini! Apa yang kamu katakan pada Monica, hah? Apa masih ada Nadya di hatimu hingga kamu berani menolak wanita secantik itu?"

"Cukup, pa!" Bentak Sam emosi. "Jangan sebut-sebut wanita itu."

Sam kembali keluar dari rumahnya dan membawa mobil. Julia yang khawatir jika anaknya akan celaka lagi lalu menyuruh orang untuk mengikuti putra semata wayangnya itu. Ia tak ingin kejadian kelam anaknya terulang lagi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jeratan Dendam Pernikahan Kedua   Bab 40

    Tanpa banyak berkata, Sam pergi dari rumah dan memutar mobilnya menuju jalan raya. Mencari di sekeliling kota apakah ada Nadya yang mungkin masih meninggalkan jejak.Sampai Sam teringat, ia memutuskan pergi ke restoran tempat istri keduanya bekerja. Ya. Gara-gara pengusiran Thalia waktu itu, Sam tak tahu dimana Nadya selama ini tinggal. Bertanya saja tidak sempat.Akhirnya sampai, tanpa berbasa basi Sam menanyakan Nadya. Wanita yang tadi siang ditemuinya ternyata masih bekerja."Tidak ada. Bukannya anda tadi yang membawa Nadya dari sini?" Wanita itu keheranan.Sam berdeham. "Benar. Tapi dia pergi tanpa pamit. Saya pikir dia kemari. Atau begini saja, tolong beritahu aku dimana alamat tempat tinggalnya."Dahi senior wanita ini mengernyit. Tadi siang pria ini kan mengaku sebagai suaminya Nadya. Tapi kenapa sekarang malah menanyakan alamatnya?Mengerti akan kecanggungan situasi ini, Sam menyelipkan beberapa lembar uang di tangan wanita itu."Saya mohon bantuannya.."Melihat beberapa lemba

  • Jeratan Dendam Pernikahan Kedua   Bab 39

    "Tunggu, Thalia!" Teriak Sam.Ucapan barusan tak hanya mengejutkan Sam tapi juga Mahendra.Karena wanita ini tak mau menghentikan langkahnya, Sam sampai harus mengejar ke depan pintu."Apa maksud perkataanmu itu?" Tanya Sam menahan lengan istrinya."Tidak usah dipikirkan.""Thalia!" Tegur Sam. "Kamu hamil?"Kini Julia sampai ikut menyusul ke depan pintu karena penasaran."Apa perdulimu? Kamu juga sudah memilih Nadya, kan?" Sinis Thalia."Masuk sekarang!""Tidak! Aku akan pergi selamanya .""Aku tidak mau mengulangi ucapanku. Sekarang masuklah.." Sam menurunkan nada suaranya.Thalia mendengkus kesal. Kakinya seperti ingin melangkah keluar dari pintu tapi badannya menyuruh berbalik. Akhirnya, Thalia masuk lagi ke dalam dan menuju kamar tidurnya."Ada apa, Sam?" Tanya Julia."Nanti saja, ma."Penting baginya untuk mengurus Thalia terlebih dahulu. Ketika sampai dikamar, Sam memburu tubuh istrinya dan dipaksa menatapnya."Sejak kapan kamu hamil?" Sam menahan kedua lengan Thalia. Thalia ya

  • Jeratan Dendam Pernikahan Kedua   Bab 38

    Pertanyaan memenuhi isi kepala Sam.Istri pertamanya dengan tega mengusir istri keduanya! Tak hanya itu, Thalia bahkan menjual apartement miliknya. Sebenarnya apa maksud Thalia itu?Lalu, Nadya.. dimana sekarang dia tinggal?Ah! Sam yang pusing lalu meremas rambutnya. Pandangannya masih menatap ke depan karena tengah menyetir. Entah kemana mobil ini akan membuatnya sampai ke tujuan.Sam mengingat-ingat. Kemarin ada Nadya yang ikut dalam penyelamatannya. Julia juga mengatakan bahwa berkat Nadya lah polisi bisa mengetahui siapa dalang yang menyebabkan kecelakaan Samudera."Aku hubungi Edo saja."Ponsel diambil dari saku jaketnya, ketika nomor itu tersambung, Edo menceritakan semuanya. Termasuk ketika Nadya mencuri dengar percakapan Gery di sebuah restoran ternama."Restoran ternama?" Tanya Sam tak paham.["Nadya mengaku bekerja disana "]Sam mengangguk mengerti. Ternyata istri keduanya menyambung hidup dengan bekerja setelah Sam tak ada. Memang dasar wanita pekerja keras.Sekarang tujua

  • Jeratan Dendam Pernikahan Kedua   Bab 37

    "Sam!" Giliran wanita ini yang datang.Thalia sedikit berlari memburu tubuh suaminya. Ia bahkan dengan tega mendorong Nadya dan menggantikan posisinya dengan memeluk Sam."Aku pikir kamu sudah meninggal, Sam!" Thalia menangis tersedu-sedu."Pelan-pelan, Thalia. Bahuku sakit." Sam melepaskan dirinya dari pelukan wanita ini."Akhirnya Tuhan mengabulkan doaku. Kamu selamat, sayang.." Thalia membelai wajah suaminya yang lebam itu. Sam pun sampai memalingkan wajahnya.Tak lama seorang perawat datang untuk melakukan pemeriksaan."Lebih baik kita keluar karena Sam harus diperiksa." Ucap Mahendra."Kalian saja. Biar aku menunggu disini. Aku juga perawat dan mengerti masalah ini." Seru Thalia.Tangan Julia sampai mengepal karena kesalnya. Ketika tubuhnya ingin maju menghajar wanita itu, Mahendra menghalanginya.Akhirnya, semua orang memilih memperhatikan Sam yang sedang diperiksa."Tekanan darahnya normal. Saya permisi." Ucap perawat pria tersebut."Bagaimana hasil pemeriksaan suami saya? Apa

  • Jeratan Dendam Pernikahan Kedua   Bab 36

    "Mas!" Nadya merengkuh Sam yang menutup erat matanya. Ia menangis tersedu-sedu sambil terus-terusan menyebut nama suaminya.Tak lama sebuah ambulance datang dan memberikan pertolongan kepada Sam. Wajah yang tampan itu terlihat ada guratan luka di dahi dan pipinya. Begitu juga dengan pergelangan tangan Sam yang terluka seperti bekas di ikat, dan lengannya yang lebam. Entah apa yang terjadi, Nadya tak dapat membayangkannya.Sepanjang perjalanan tak lepas Nadya memegang tangan suaminya. Meski Sam belum kunjung membuka matanya, tapi Nadya tak lepas menyentuh kepala pria ini dan mengusapnya dengan kasih sayang."Syukurlah. Mobil yang dikejar polisi tadi sudah ditangkap. Sekarang polisi sedang mengobrak ngabrik Guardian." Ujar Edo.Nadya hanya mengangguk tak menanggapi. Saat ini perhatiannya teralih hanya untuk Sam seorang. Dan ketika dahi Sam terlihat mengernyit, Nadya mencengkram erat pegangnya."Mas Sam.." panggil Nadya melirih.Sam mengerjap membuka matanya perlahan. Mata tajam yang in

  • Jeratan Dendam Pernikahan Kedua   Bab 35

    "Bahasa inggris?" Gumam Nadya tak karuan.Bukannya wanita ini tak bisa berbahasa inggris. Pekerjaannya di restoran bintang 4 selalu membuatnya bertemu dengan warga asing untuk berinteraksi. Lalu waktu masih berpacaran dengan Sam, Nadya juga pernah diajari beberapa kali cara berbahasa inggris yang fasih.Namun yang menjadi masalah. Entah dimana seniornya tadi menyimpan ponselnya, kenapa suara yang dikeluarkan jadi tak jelas seperti ini. Nadya jadi tak bisa menangkap apa yang mereka bicarakan.Sambil memperhatikan kitchen, Nadya mendekati seorang Chef. Pria ini memiliki darah campuran Australia. Ah, mungkin saja dia bisa mengerti apa yang mereka bicarakan."Ada apa, Nadya?""Apa Chef sedang sibuk? Aku ingin meminta tolong.." tanya Nadya penuh harap."Tidak. Katakan saja."Nadya lalu menyodorkan rekaman di ponselnya. Pria ini pun mendengarkan dengan seksama."Rekaman apa ini?" Tanya pria tersebut."Oh.. sebuah rekaman film yang kusuka, tapi aku nggak mengerti maksudnya." Jawab Nadya berb

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status