Share

Bab 0007

Author: Aryanti
Yuna membuka matanya dan mendapati sosok yang dia kenal.

Dia merasa seperti mendapatkan harapan baru.

Dia menggenggam erat kemeja pria itu, dengan lirih berkata, "Kak, tolong bawa aku pergi dari sini."

Dia tidak ingin Wano melihatnya dalam keadaan yang begitu berantakan.

Dia tidak ingin dikasihani olehnya.

Dia tidak menginginkan apa-apa lagi, hanya ingin segera pergi dari sini.

Xena Yuliadi menatapnya dengan sedikit khawatir, "Bagaimana kamu bisa pulang dengan kondisi begini? Aku mengantarmu ke dokter."

"Nggak usah, kak! Aku hanya lemas karena barusan donor darah. Tolong antarkan aku pulang saja."

Tatapan lembut Xena memancarkan rasa khawatir yang mendalam.

Dia membungkuk dan menggendong Yuna.

Dia berbisik dengan lembut, "Jangan takut, aku akan membawamu pergi dari sini."

Saat Wano mengejarnya keluar, dia melihat seorang pria menggendong Yuna masuk ke dalam mobil.

Pria itu menatapnya dengan penuh rasa iba dan khawatir yang mendalam.

Wano sangat marah sampai mengepalkan tangannya erat- erat.

Dia menatap tajam mobil yang perlahan menjauh dari pandangannya itu.

....

Hari sudah berganti ketika Yuna membuka matanya.

Dia tidak makan apa pun selama seharian dan kehilangan banyak darah, sehingga perutnya terasa kosong.

Baru saja melangkah keluar dari kamar tidur, dia langsung mencium aroma masakan yang lezat.

Dia melihat ke arah dapur dengan sedikit heran.

Terlihat sosok tinggi dan tegap berjalan mendekat ke arahnya.

Xena membawa semangkuk bubur di tangannya, celemek bergambar anak sapi berwarna merah muda melingkar di pinggangnya. Dia menatap Yuna dengan senyuman di wajahnya.

"Semalam aku memanggil dokter, dia bilang kamu kekurangan darah dan butuh asupan zat besi. Jadi, aku buatkan bubur hati sapi untukmu, coba cicipi rasanya."

Yuna tersenyum malu, "Kak, maaf sudah merepotkanmu semalam, lain kali aku pasti akan mentraktirmu makan."

Dia dan Xena sama-sama mahasiswa berprestasi di Fakultas Hukum Universitas Respati dan Xena dua angkatan di atasnya.

Keduanya adalah murid kesayangan Profesor Bayu, seorang pakar hukum ternama.

Tiga tahun lalu, Xena meraih gelar Master dan memutuskan untuk melanjutkan karirnya di luar negeri. Sementara itu, Yuna menjadi sekretaris Wano.

Bisa dikatakan karir mereka berdua sudah berbeda jalur.

Xena tersenyum, "Oke, profesor bilang dia sangat merindukanmu. Tunggu sampai kamu sudah mendingan, ayo kita ajak dia bertemu."

Yuna mengusap kepalanya beberapa kali sambil tersenyum malu, "Profesor sangat baik padaku, tapi aku malah nggak mengikuti jejaknya. Aku merasa bersalah dan nggak berani menemuinya."

Yuna adalah murid kesayangan Profesor Bayu.

Profesor Bayu juga menaruh harapan besar padanya. Dia pernah berkata pada orang lain bahwa muridnya ini akan membuat geger dunia hukum bila dia berkecimpung di dalamnya.

Namun, setelah lulus, dia memilih untuk mengorbankan karirnya sebagai pengacara dan menjadi seorang sekretaris demi bisa bersama Wano.

Karena itu, Profesor Bayu merasa kecewa pada Yuna selama bertahun-tahun.

Xena dengan sopan menarik kursi makan untuknya dan berkata sambil tersenyum, "Setiap orang punya jalan hidupnya masing-masing, profesor nggak pernah menyalahkanmu."

Rasa sedih dan kecewa menyelimuti hati Yuna.

Dia menatap Xena dan bertanya, "Kakak sudah menjadi pengacara terkenal di Eldoria Utara dengan pendapatan tahunan yang fantastis. Apa yang membuatmu berpikir untuk pulang dan berkarir di sini?"

Secercah cahaya muncul di mata Xena, tetapi dengan cepat menghilang.

Dia berkata dengan nada lembut, "Aku nggak cocok dengan makanan sana, jadi aku pulang, deh."

Dia menyodorkan sendok pada Yuna dan bertanya dengan santai, "Ada masalah apa antara kamu dan dia?"

Yuna tersenyum tipis dan menjawab dengan nada datar, "Kami putus."

Tatapan Xena yang penuh gairah tertuju padanya selama beberapa detik, lalu dengan segera tersenyum santai dan berkata, "Jangan takut, ada aku di sini. Aku nggak akan membiarkannya mengganggumu."

Dia mengulurkan tangannya yang besar dan membelai kepala Yuna dengan lembut, seolah ingin menghiburnya.

Bagaimana mungkin Xena tidak tahu akan betapa menderitanya dia dalam hubungan itu.

Sepanjang malam, dia tidak henti-hentinya menangis dalam mimpinya.

Namun, belum sempat dia menarik tangannya kembali, pintu ruangan itu terbuka karena didorong oleh seseorang.

Wano berdiri di ambang pintu dengan aura dingin yang menyelimutinya.

Sepasang mata yang indah dan tajam itu menatap lekat-lekat kearah tangan besar yang berada di atas kepala Yuna.

Tanpa menunggu reaksi dari mereka berdua, dia berjalan dengan kakinya yang jenjang ke arah Yuna.

Dia merebut sendok dari tangan Yuna dengan kasar, lalu membungkuk dan mengangkatnya dari kursi.

Dia bergegas masuk ke dalam kamar, "Brakkk" suara itu terdengar setelah pintu itu dikunci dari dalam.

Saat Yuna tersadar, dia sudah ditindih di atas tempat tidur oleh Wano.

Dari luar pintu masih terdengar suara ketukan pintu yang cepat oleh Xena.

Aura dingin Wano yang begitu kuat, membuat bibir Yuna bergetar hebat.

"Wano, kamu sudah gila!"

Wano menatapnya dengan mata yang sedikit memerah, suaranya terdengar serak.

"Aku bisa lebih gila dari ini!"

Setelah mengatakan itu, dia menunduk dan menggigit bibirnya dengan kasar.

Pikiran Wano penuh dengan tatapan kasih sayang dari pria itu pada Yuna.

Dia tidak pernah kehilangan kewarasannya seperti sekarang ini hanya karena seorang wanita.

Dia dengan liar mencumbu bibir Yuna. Perlahan, dia menurunkan ciumannya ke leher putih itu.

Yuna berontak dan berteriak dengan keras, "Wano, berengsek! Kita sudah selesai, jangan membuatku muak!"

Bukannya melepaskan, Wano malah menciumnya lebih liar.

Dia menggigit dada Yuna dengan keras dan bertanya dengan suara tertahan, "Secepat inikah kamu menemukan kekasih baru?"

"Kita sudah putus! Aku mau pacaran dengan siapapun itu bukan urusanmu!"

"Benarkah? Kalau aku menyingkirkannya dari dunia hukum, itu juga nggak ada hubungannya denganmu, ya?"

"Wano, jangan macam-macam!"

"Dia saja berani menyentuh wanitaku, menurutmu aku berani, nggak?"

"Dia hanya sebatas kakak seniorku, kita nggak ada hubungan apapun, tolong jangan mengincarnya."

Yuna tahu bahwa Wano itu orang yang kejam, dia tidak akan segan-segan menyingkirkan orang yang menghalangi jalannya.

Xena baru saja kembali dari luar negeri, posisinya masih belum stabil, Wano bisa dengan mudah menghancurkan masa depannya hanya dengan satu tindakan.

Wano melihat wajahnya yang tegang, sudut bibirnya melengkung membentuk senyuman sinis.

"Pulanglah denganku, kalau nggak, keselamatannya akan dipertaruhkan."

Pada saat yang sama, pintu kamar didobrak keras oleh seseorang.

Tanpa menunggu reaksi dari Yuna, Xena langsung masuk ke kamar tidur dan menyerang Wano.

Tak lama kemudian, suara benda pecah terdengar dari dalam kamar.

Suara jeritan Yuna terdengar begitu rapuh dan lemah.

Entah berapa lama waktu yang berlalu, akhirnya ruangan itu kembali tenang.

Xena keluar dari kamar dengan pakaian berantakan dan noda darah ditubuhnya.

Dia berjongkok di lantai, melihat Yuna dengan perasaan iba.

"Yuna, aku nggak akan menjadi bebanmu untuk tunduk pada orang lain. Ayo bangun, kita makan."

Dia mengulurkan tangan besarnya dan mengangkat Yuna yang masih gemetar dari lantai.

Membantunya duduk di kursi makan.

Yuna menatapnya dengan mata berlinang air mata, "Maafkan aku, Kak."

"Nggak perlu minta maaf. Kita ini saudara seperguruan, sudah sewajarnya aku melindungimu.

Buburnya sudah dingin, aku akan menghangatkannya sebentar."

Dia membawa mangkuk bubur yang sudah dingin itu ke dapur.

Pada saat itu, Wano juga keluar dari kamar tidur.

Meskipun tidak separah Xena, tetapi wajahnya tetap terluka.

Dia menyeka bibirnya, menatap Yuna dengan tajam, "Ikut aku pergi atau tetap di sini dan makan buburnya? Kamu pilih sendiri.

Yuna menatapnya dengan dingin, "Kita sudah putus, aku nggak mau pulang sama kamu."

"Yuna, ini pilihanmu sendiri, jangan sampai menyesal."

Dia baru saja ingin berbalik dan pergi, tiba-tiba Qirana menelepon.

Wano pun menjawab telepon dengan kesal.

"Kak Wano, Sekretaris Yuna sudah menghapus rekaman CCTV di dapur kantor . Orang tuaku marah dan ingin menuntutnya atas tuduhan penganiayaan. Cepat temui dan bujuk dia. Kalau nggak, Sekretaris Yuna akan dipenjara."

Wano menatap Yuna dengan tajam, tanpa ragu sedikitpun dia berkata, "Biar saja dia dipenjara!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jeratan Hubungan Tanpa Status   Bab 0655

    Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter

  • Jeratan Hubungan Tanpa Status   Bab 0654

    Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu

  • Jeratan Hubungan Tanpa Status   Bab 0653

    Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat

  • Jeratan Hubungan Tanpa Status   Bab 0652

    Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami

  • Jeratan Hubungan Tanpa Status   Bab 0651

    Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d

  • Jeratan Hubungan Tanpa Status   Bab 0650

    Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status