Share

Moorwood

Penulis: Kimaeraman
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-02 20:36:46

Pagi itu, kabut melingkupi hutan Moorwood, menelusup di antara batang-batang pohon tua yang menjulang bak penjaga sunyi. Embun menetes pelan dari dedaunan, membentuk mutiara kecil yang seolah memantulkan cahaya redup matahari yang masih enggan menembus tirai tebal awan. Di tengah kesunyian itu, langkah-langkah berat mendekat, membangunkan burung-burung yang bersembunyi di dahan-dahan tinggi. Itu adalah Vlad, sang pemburu yang terkenal dengan kegagahannya, diiringi oleh beberapa pengawal setianya. Mereka adalah bayangan gelap di dalam rimba, bergerak dalam diam namun penuh kewaspadaan.

Vlad, dengan mata tajamnya yang bagaikan mata elang, memimpin rombongan itu. Ia adalah sosok tinggi dengan mantel berbulu tebal yang melindunginya dari hawa dingin pagi. Busur kayu yang kokoh tergantung di punggungnya, sementara belati berhias ukiran halus tergantung di pinggangnya. Ia telah lama dikenal sebagai pemburu yang tak kenal takut, seorang pria yang selalu mendapatkan apa yang ia buru, baik itu rusa gagah maupun musuh yang berani menghalangi jalannya.

Hutan Moorwood adalah tempat yang liar dan penuh misteri. Banyak cerita beredar tentang makhluk-makhluk yang bersembunyi di kegelapan hutan ini, tentang roh-roh penjaga yang menjaga tanah mereka dengan keras. Namun bagi Vlad, cerita-cerita itu hanyalah omong kosong untuk menakut-nakuti anak kecil. Baginya, hutan ini adalah ladang berburu yang sempurna, tempat di mana ia bisa menunjukkan kehebatannya.

"Tuan, jejaknya masih segar. Rusa besar itu menuju ke arah utara," bisik salah satu pengawalnya, seorang pria kekar bernama Dmitri. Ia menunjuk ke tanah di mana jejak kaki besar terlihat jelas di atas tanah yang lembap.

Vlad mengangguk tanpa berkata-kata. Mata elangnya menyapu sekitar, mencari tanda-tanda keberadaan rusa itu. Ia bisa merasakan adrenalinnya mengalir, sensasi yang selalu membuatnya merasa hidup. Di balik semua kekayaannya, perburuan adalah pelarian, momen di mana ia bisa merasakan kebebasan sejati.

Mereka melanjutkan perjalanan, bergerak dengan hati-hati namun tetap cekatan. Suara gemerisik daun dan patahan ranting kecil menjadi satu-satunya penanda perjalanan mereka. Hutan yang awalnya hening mulai dihidupkan oleh suara burung-burung yang bangun dari sarangnya, namun Vlad dan rombongannya tetap fokus. Tidak ada yang lebih mengagumkan daripada memburu rusa jantan besar, dengan tanduknya yang bercabang seperti mahkota.

Ketika mereka semakin jauh ke dalam hutan, mereka akhirnya melihatnya—rusa itu. Seekor rusa jantan megah berdiri di tengah celah hutan, tubuhnya besar dengan bulu kecokelatan yang berkilau di bawah sinar matahari yang mulai menembus kabut. Tanduknya menjulang tinggi, seperti mahkota yang diberikan oleh alam itu sendiri. Rusa itu tampak waspada, telinganya bergerak-gerak, mendengar suara-suara di sekitarnya.

Vlad menahan napas, mengangkat tangan untuk memberi isyarat agar rombongannya berhenti. Ia menatap rusa itu dengan mata penuh determinasi. Perlahan-lahan, ia mengambil busurnya, mengeluarkan sebuah anak panah yang dihias dengan bulu elang. Ia mengencangkan tali busur, matanya terkunci pada rusa yang masih berdiri gagah di kejauhan.

Namun, rusa itu tiba-tiba menoleh, seolah-olah menyadari ancaman yang mendekat. Dengan kecepatan luar biasa, ia melompat dan berlari ke arah yang lebih dalam ke hutan, meninggalkan Vlad dan rombongannya. Tanpa ragu, Vlad memberikan isyarat untuk mengejar.

"Jangan biarkan ia lolos! Ikuti dia!" serunya.

Mereka berlari, menerobos semak belukar dan melompati batang-batang pohon yang tumbang. Nafas mereka berpacu dengan langkah-langkah mereka, dan suara ranting patah terdengar di mana-mana. Vlad memimpin, dengan fokusnya yang tak tergoyahkan. Ia merasa terpacu, seolah-olah alam itu sendiri menantangnya untuk membuktikan kehebatannya.

Namun, semakin jauh mereka masuk ke dalam hutan, suasana berubah. Kabut menjadi semakin tebal, dan sinar matahari yang tadi menemani mereka perlahan menghilang. Pohon-pohon besar dengan akar-akar yang mencuat ke permukaan tanah tampak seperti makhluk-makhluk yang mengawasi setiap gerakan mereka. Hutan ini terasa lebih hidup, namun dengan cara yang aneh dan menakutkan.

Dmitri, yang berjalan tepat di belakang Vlad, memperingatkan, "Tuan, kita sudah terlalu jauh ke dalam hutan. Tempat ini tidak biasa."

"Diam, Dmitri. Kita tidak akan kembali dengan tangan kosong," jawab Vlad tegas, meskipun ia merasakan sedikit kegelisahan dalam hatinya. Hutan ini memang terasa berbeda, namun rasa bangga dan tekadnya mengalahkan segala keraguan.

Mereka terus berjalan, mengikuti jejak rusa yang semakin sulit ditemukan. Hingga akhirnya, mereka tiba di sebuah tempat yang terbuka, sebuah lapangan kecil yang dikelilingi oleh pohon-pohon tua. Di tengah lapangan itu, rusa jantan besar itu berdiri. Namun kali ini, ia tidak tampak ketakutan. Ia berdiri tegak, menatap Vlad dengan mata yang penuh kewibawaan, seolah-olah ia adalah raja dari hutan ini.

Vlad berhenti, mengangkat busurnya sekali lagi. Ia merasakan jantungnya berdetak kencang. Namun sebelum ia sempat melepaskan anak panahnya, suara aneh terdengar di sekitar mereka. Itu bukan suara angin atau burung, melainkan suara gemuruh rendah yang terdengar seperti gumaman makhluk yang marah.

Dmitri dan pengawal lainnya mengangkat senjata mereka, merasa tidak nyaman dengan suasana itu. Vlad tetap berdiri tegak, meskipun tangannya sedikit gemetar. Ia menatap rusa itu, yang kini tampak tidak lagi seperti hewan biasa. Ada sesuatu yang agung dan misterius tentangnya, sesuatu yang membuat Vlad merasakan kehadiran kekuatan yang lebih besar daripada dirinya.

"Tuan, kita harus pergi dari sini," kata Dmitri dengan suara penuh ketakutan.

Akan tetapi, Vlad tidak mendengarkan. Dengan keyakinan yang hampir menyerupai kesombongan, ia menarik tali busurnya dan membidik rusa itu sekali lagi. Namun sebelum ia sempat melepaskan anak panahnya, sesuatu yang tak terduga terjadi. Kabut di sekitar mereka menjadi semakin tebal, dan suara gemuruh itu berubah menjadi suara tawa yang menggema di seluruh hutan.

Rusa itu melompat pergi, menghilang di dalam kabut, meninggalkan Vlad dan rombongannya yang kini terperangkap dalam suasana yang penuh misteri. Vlad merasakan bulu kuduknya meremang. Hutan ini bukan lagi sekadar tempat berburu. Ia kini berada di wilayah yang tidak ia pahami, tempat di mana kekuatan-kekuatan lain mulai menguasai sekitarnya.

Vlad menurunkan busurnya, menyadari bahwa ladang perburuannya telah berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih menantang daripada yang ia bayangkan. Hutan Moorwood telah menunjukkan kekuatannya, dan Vlad tahu bahwa ia tidak lagi menjadi pemburu, melainkan menjadi yang diburu oleh misteri dan kegelapan yang mengelilinginya.

Kabut yang semakin pekat menyelimuti ruang sekitar, dan dalam keheningan yang menekan, Vlad berdiri tegak, matanya tajam menatap ke dalam kegelapan yang begitu mendalam, seolah menantang sosok yang bersembunyi di baliknya. "Tunjukkan dirimu," perintahnya, suaranya bergetar seperti bisikan yang terperangkap di antara dunia ini dan dunia lain.

Tiba-tiba, dari kabut yang semakin menggulung, terdengar suara yang serak, mengusik kedamaian. "Vlad yang Agung, kini engkau hanya menyisakan kepahitan di dalam hatimu." Suara itu begitu dalam dan menyelusup ke dalam setiap pori tubuhnya, menggugah sesuatu yang lama terkubur di dalam jiwa sang raja. "Siapa gadis itu, yang kau bawa ke Istana Drakon?" sosok itu bertanya, suaranya seperti angin yang meresap ke dalam tulang.

Vlad, yang biasanya tak mudah tergerak, hanya menjawab dengan dingin, "Aku menyelamatkannya dari sungai. Apa urusanmu?"

Sosok itu tertawa, tawa yang terdengar penuh penghinaan. "Menyelamatkan, ya? Mengapa begitu sederhana? Kau memanggilnya 'gadis', seakan dia hanya sebuah bayangan di istanamu yang kelam. Seorang pelarian untuk mengisi kekosongan yang telah lama menguasaimu."

Vlad terdiam, hatinya dipenuhi amarah yang menyala, namun di balik itu, ada sesuatu yang lebih gelap, sebuah perasaan yang sulit diungkapkan. "Apa maksudmu?" ia bertanya, suaranya serak, penuh dengan beban yang tak bisa ia lepaskan.

Kabut itu semakin mengental, dan sosok tersebut mendekat, meski tak ada bentuk yang jelas, hanya kabut yang bergerak seolah memiliki bentuk hidup. "Masalahmu, Vlad, adalah kau tak pernah tahu untuk apa kau berjuang lagi. Kekuatanmu telah menggerogoti jiwamu, meninggalkan kerajaan yang tampaknya tegak, namun sepi tanpa tujuan. Bagaimana bisa seorang raja sepertimu terjebak dalam ilusi yang begitu rapuh?"

Kata-kata itu mencabik-cabik, seperti pedang yang menyentuh luka lama yang tak pernah sembuh. Vlad terdiam, menatap kabut yang kini hampir membungkusnya sepenuhnya. "Apa yang kau inginkan dariku?" ujarnya, suaranya kini lebih rendah, lebih lelah, seolah seluruh dunia telah menekan dirinya sampai ke ujung batas.

Kabut itu hening, namun kehadiran sosok itu terasa lebih nyata dari sebelumnya, dan dalam keheningan yang hampir melumpuhkan itu, jawaban yang datang adalah sebuah bisikan yang lebih tajam dari pedang.

Akhirnya, Vlad mulai berdiri tegak, matanya tertuju pada kabut yang mulai menelan seluruh ruang di sekelilingnya. Pikiran-pikiran berputar dalam kepalanya, seakan setiap detik yang berlalu memaksa untuk menemukan jawaban. Sosok itu, muncul begitu tiba-tiba, memaksanya untuk bertanya lebih dalam pada dirinya sendiri. Sosok itu, dengan kata-katanya yang menusuk, membawa Vlad pada sebuah pertanyaan yang belum pernah ia pikirkan sebelumnya: siapa sebenarnya dia, di tengah semua ini?

Moorwood, tanah yang dihuni oleh makhluk-makhluk halus, memang selalu mengundang rasa ingin tahu. Namun, selama ini, makhluk-makhluk itu tak pernah peduli dengan siapa pun yang datang, asalkan mereka tak mengganggu tatanan alam yang telah lama ada. Vlad telah hidup di sana, di antara bayang-bayang kekuasaan dan dunia yang tak kasat mata, dan ia tahu betul bahwa kekuatan yang dimilikinya telah membuatnya tak terpengaruh oleh para makhluk itu. Mereka hanya akan muncul jika ada yang mengancam keseimbangan, tapi ia bukanlah orang yang memberi ancaman.

Namun, kenapa sosok itu, dengan kabut yang begitu pekat, begitu tertarik pada gadis yang ia selamatkan? Vlad mengingat kembali pertemuan mereka, saat ia menemukannya terhanyut di sungai, lemah dan tak berdaya. Ia membawanya ke istananya, memutuskan untuk memberi perlindungan, tanpa pertanyaan lebih lanjut. Tapi kenapa sosok itu kini begitu mendesak, mempermasalahkan keberadaan gadis itu dalam kehidupannya?

Vlad menggigit bibirnya, merasakan kekeliruan yang merayap di dalam dirinya. Ia telah lama terbuai dengan kekuatan dan ambisinya, terlalu sibuk dengan takhta. Gadis itu, dengan tatapan polos dan jiwanya yang rapuh, datang dan mengganggu kehampaan yang telah lama menguasai istananya. Namun mengapa sosok ini, yang berasal dari kabut dan kegelapan, begitu peduli?

Pikirannya berkelana ke segala penjuru, mencoba untuk mengerti. Kabut itu tak hanya datang untuk mengungkapkan kelemahannya, tetapi juga untuk menantang dirinya. Mungkin ini lebih dari sekadar pertanyaan tentang gadis itu. Mungkin, sosok itu tahu sesuatu yang belum ia sadari. Dan itulah yang membuatnya gelisah—apa yang benar-benar ia sembunyikan di dalam dirinya, di balik kekuasaan dan masa lalunya yang penuh darah?

"Kenapa?" bisiknya pada dirinya sendiri, tanpa sadar. "Apa yang kau inginkan darinya?"

Dan dalam hening, kabut semakin tebal, seolah siap untuk menjawab pertanyaannya dengan cara yang paling tak terduga.

Dengan tangan terangkat tinggi, Vlad memejamkan matanya, merasakan aliran sihir yang begitu dalam mengalir melalui tubuhnya. Dalam hati, ia mulai merapal mantra kuno, kata-kata yang sudah menjadi bagian dari dirinya, yang dipelajari dalam kedalaman malam yang penuh misteri. Kabut yang mengelilinginya tampak menggeliat, seolah merasakan ancaman yang datang, tapi Vlad tidak peduli. Di dalam dirinya, kekuatan itu mengaum, siap untuk melepaskan kekuatan yang telah lama terpendam.

Suara mantra yang meluncur dari bibirnya membentuk pola-pola yang memancar dalam kegelapan, dan seketika, kabut yang begitu pekat itu mulai menyingkir. Setiap kata yang diucapkannya memotong udara, membelah kabut yang tak lagi mampu menahan kekuatan yang dipanggilnya. Angin dingin menyapu, dan kabut itu mulai tersapu jauh, seolah mundur ke dalam ruang yang lebih dalam, tempat di mana makhluk-makhluk halus bersembunyi.

Sosok dalam kabut itu tidak dapat menahan kekuatan sihir Vlad. Perlahan, ia mulai mereda, hilang dari pandangan dengan sisa-sisa kebingungan yang mengalir dalam kesunyian yang kembali menyelimutinya. Kabut itu sirna dalam sekejap, meninggalkan hening dan ruang yang luas, seolah alam semesta kembali bernapas setelah sekian lama terhimpit.

Vlad membuka matanya, tatapannya tajam, menilai setiap sudut tempat itu dengan penuh kewaspadaan. Sosok itu telah pergi, namun perasaan gelisah masih menggantung di dalam dada. Mungkin sosok itu akan kembali. Mungkin juga, ini bukanlah akhir dari permainan ini. Namun, saat ini, dia harus kembali ke tempat yang lebih aman, tempat di mana dia bisa mengatur langkah-langkah selanjutnya.

Tanpa membuang waktu, Vlad berbalik dan memanggil bawahannya. "Bersiaplah. Kita akan kembali ke Istana Drakon." Suaranya keras dan tegas, tak terbantahkan. "Kemas semua perlengkapan, kita berangkat dalam sekejap."

Bawahannya yang tersebar di sekitar area itu segera bergerak, melaksanakan perintah dengan cepat dan teratur. Mereka tahu betul bahwa perintah dari sang raja tak bisa diperdebatkan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jeritan Malam Sang Vampir   Ravenshire

    Angin malam berdesir melewati jendela-jendela kaca berwarna di Gereja St. Ethelred di desa Ravenshire. Pastor Gregory duduk di bangku kayu, dikelilingi oleh keheningan. Lilin-lilin kecil di altar memancarkan cahaya redup, bayangannya menari-nari di dinding gereja tua itu.1335, Nunbit. Malam Yamibi telah tiba, dan Gregory tidak bisa mengabaikan perasaan gelisah yang merayap di hatinya. Ia membuka kitab tua di tangannya, kitab yang telah diwariskan dari pastor-pastor sebelumnya. Halamannya penuh coretan dan doa-doa kuno yang ditulis dalam bahasa kuno."Dullahan," gumamnya, matanya tertuju pada sebuah cerita yang terkubur di dalam kitab itu.Legenda itu selalu dianggap sebagai dongeng untuk menakut-nakuti anak-anak: penunggang kuda tanpa kepala yang muncul di malam Yamibi, mencari jiwa-jiwa yang telah terkutuk oleh dosa besar. Namun, Gregory tahu lebih dari itu. Ia tahu bahwa legenda itu bukan sekadar cerita.Di dalam catatan pribadi pastor-pastor sebelumnya, disebutkan bahwa Dullahan p

  • Jeritan Malam Sang Vampir   Moorwood

    Pagi itu, kabut melingkupi hutan Moorwood, menelusup di antara batang-batang pohon tua yang menjulang bak penjaga sunyi. Embun menetes pelan dari dedaunan, membentuk mutiara kecil yang seolah memantulkan cahaya redup matahari yang masih enggan menembus tirai tebal awan. Di tengah kesunyian itu, langkah-langkah berat mendekat, membangunkan burung-burung yang bersembunyi di dahan-dahan tinggi. Itu adalah Vlad, sang pemburu yang terkenal dengan kegagahannya, diiringi oleh beberapa pengawal setianya. Mereka adalah bayangan gelap di dalam rimba, bergerak dalam diam namun penuh kewaspadaan.Vlad, dengan mata tajamnya yang bagaikan mata elang, memimpin rombongan itu. Ia adalah sosok tinggi dengan mantel berbulu tebal yang melindunginya dari hawa dingin pagi. Busur kayu yang kokoh tergantung di punggungnya, sementara belati berhias ukiran halus tergantung di pinggangnya. Ia telah lama dikenal sebagai pemburu yang tak kenal takut, seorang pria yang selalu mendapatkan apa yang ia buru, baik itu

  • Jeritan Malam Sang Vampir   Kebangkitan

    Gadis itu merasakan sesuatu yang aneh. Kepalanya berdenyut-denyut, dan matanya terasa begitu berat, seakan-akan seluruh dunia dipenuhi kabut yang tebal. Ia membuka matanya perlahan, dan yang ia lihat hanya kegelapan yang hampir memabukkan. Suara air mengalir lembut terdengar di kejauhan, dan sesaat kemudian, bau tanah basah dan aroma batu tua memenuhi indra penciumannya.Perlahan, gadis itu merasakan permukaan keras di bawah tubuhnya. Ia menggeliat, mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya, namun pikirannya kosong. Semuanya terasa kabur, seperti lembaran yang telah terkoyak dari buku tak bernama. Di mana dia? Apa yang telah terjadi?Pandangannya perlahan mulai jernih, dan ia melihat sekelilingnya. Dinding batu besar tertutup lapisan debu menatapnya dalam diam. Lilin-lilin yang terpasang di dinding memberikan cahaya temaram, menciptakan bayangan panjang yang bergerak-gerak seolah hidup. Gadis itu perlahan bangkit, merasakan tubuhnya yang lemah dan goyah. Lengan kanannya terasa ter

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status