Di malam yang gelap dan hujan deras, seorang gadis muda terbawa arus sungai deras, meninggalkan Kota Havenford yang indah. Ia tidak ingat apa yang terjadi sebelumnya. Semua terasa kabur dan gelap. Hanya suara deras air dan teriakan lembut yang terdengar di telinganya. Gadis itu, Anna, membuka mata sekilas, melihat wajah ibunya, Elena, yang tersenyum dan memanggil namanya. Lalu, semuanya menjadi hitam. Anna kehilangan kesadaran. Keesokan harinya, di sebuah istana yang terletak di pinggir hutan, Vlad, tuan muda Istana Drakon, sedang berburu. Saat mengejar seekor rusa, ia mendengar teriakan lembut. Ia segera menuju sumber suara tersebut dan menemukan Anna terbawa arus sungai. Vlad segera menyelamatkan Anna dan membawanya ke istana. Ia memanggil tabib istana untuk merawat Anna. Tabib tersebut menyatakan bahwa Anna menderita amnesia dan membutuhkan waktu untuk pulih. Vlad, yang memiliki rahasia gelap dan kekuatan supernatural, merasa penasaran dengan Anna. Ia bertekad untuk membantu Anna mengingat masa lalunya. Tapi, apakah Vlad tahu bahwa Anna memiliki hubungan dengan masa lalunya sendiri? Di istana tersebut, Anna mulai mengalami kejadian aneh. Ia mendengar suara-suara, melihat bayangan-bayangan, dan merasakan kehadiran sosok misterius. Apakah Anna akan mengungkap rahasia masa lalunya dan hubungannya dengan Vlad?
View MoreGadis itu merasakan sesuatu yang aneh. Kepalanya berdenyut-denyut, dan matanya terasa begitu berat, seakan-akan seluruh dunia dipenuhi kabut yang tebal. Ia membuka matanya perlahan, dan yang ia lihat hanya kegelapan yang hampir memabukkan. Suara air mengalir lembut terdengar di kejauhan, dan sesaat kemudian, bau tanah basah dan aroma batu tua memenuhi indra penciumannya.
Perlahan, gadis itu merasakan permukaan keras di bawah tubuhnya. Ia menggeliat, mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya, namun pikirannya kosong. Semuanya terasa kabur, seperti lembaran yang telah terkoyak dari buku tak bernama. Di mana dia? Apa yang telah terjadi? Pandangannya perlahan mulai jernih, dan ia melihat sekelilingnya. Dinding batu besar tertutup lapisan debu menatapnya dalam diam. Lilin-lilin yang terpasang di dinding memberikan cahaya temaram, menciptakan bayangan panjang yang bergerak-gerak seolah hidup. Gadis itu perlahan bangkit, merasakan tubuhnya yang lemah dan goyah. Lengan kanannya terasa terkilir, namun ia tidak tahu bagaimana hal itu bisa terjadi. Rasa kebingungan semakin dalam, namun suatu perasaan tak terjelaskan menyelimutinya—perasaan bahwa ada sesuatu yang sangat penting yang harus ia ketahui. Gadis itu menatap ruangan di sekitarnya, mencoba mencari petunjuk. Ruangan yang tempatnya terjaga terasa seperti milik zaman yang telah lama berlalu. Debu, batu, dan arsitektur kuno yang penuh ukiran rumit memancarkan kesan bahwa tempat ini telah berdiri selama berabad-abad. Di sudut ruangan, ada jendela besar yang hanya dibatasi oleh tirai. Tak ada suara kehidupan yang terdengar. Hanya ada keheningan menyesakkan. Dengan susah payah, gadis itu berdiri dan mulai berjalan perlahan menuju jendela. Setiap langkahnya terasa canggung, seperti tubuhnya baru pertama kali belajar bergerak. Saat ia mendekati jendela dan menarik tirai, pandangannya langsung disambut oleh pemandangan yang membuatnya terperangah. Sebuah lautan kabut menyelimuti tanah di luar, dengan puncak gunung-gunung menjulang tinggi di kejauhan. Tidak ada tanda kehidupan terlihat, hanya kehampaan yang menakutkan. "Di mana aku?" bisiknya, suaranya nyaris tenggelam oleh keheningan. Jantungnya berdebar lebih cepat, dan rasa cemas mulai merayap masuk ke dalam dirinya. Ia merasa seperti terjebak di tempat yang tidak ia kenali, dan jauh di dalam hatinya, ada perasaan yang tak bisa dijelaskan, seolah-olah ia telah membawa beban yang sangat besar. Tiba-tiba, suara langkah kaki menghentikan perenungannya. Gadis itu menoleh, dan di ambang pintu muncul sosok seorang pria. Rambut hitam legam tergerai menutupi sebagian wajahnya, dan sorot mata yang tajam mulai menatapnya. Ia mengenakan jubah hitam mewah, tubuhnya tegap seperti sosok yang sudah terbiasa dengan pertempuran. "Saya... siapa Anda?" tanya gadis itu dengan suara gemetar, berusaha menyembunyikan rasa takutnya. Wajah pria itu tetap datar, namun ada sesuatu di matanya yang sulit untuk dipahami. Sepertinya, dia sudah tahu lebih banyak tentang dirinya daripada yang bisa dia ungkapkan. "Saya Vlad," jawab pria itu, suaranya dalam. "Dan Anda berada di Istana Drakon." "Istana... Drakon?" Gadis itu mengulang kata itu dalam hati. Nama itu terasa asing, namun entah mengapa, seiring kata itu meluncur dari bibirnya, ada sesuatu yang terasa familiar. Seolah-olah itu adalah bagian dari sesuatu yang besar dan sangat penting dalam hidupnya. Namun, ia tetap tak bisa mengingat bagaimana atau mengapa ia berada di sini. Vlad mengamati gadis itu. "Anda tidak ingat siapa diri Anda, bukan?" tanyanya, suara rendah namun penuh pengertian. Gadis itu mengangguk pelan, matanya mulai berkaca-kaca. "Saya... saya tidak tahu apa-apa tentang diri saya. Semua ini... terasa begitu asing." Vlad menghela napas panjang dan menatapnya dengan tatapan tajam. "Jangan buang-buang waktu dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak penting. Kita punya banyak hal yang harus dilakukan, dan Anda ingin memulai dengan hal-hal yang tak berguna?" Suara Vlad terdengar keras, penuh kemarahan yang terpendam, seolah-olah pertanyaan itu mengganggu ketenangannya. Gadis itu terdiam, tidak menyangka bahwa Vlad akan merespons seperti itu. Ada ketegangan di udara, dan sesaat, gadis itu merasa takut. Namun, Vlad segera mereda, menarik napas dalam-dalam, dan mengubah nada suaranya menjadi lebih tenang meskipun masih terdengar tegas. "Baiklah," lanjut Vlad, "Anda tidak ingat siapa diri Anda, dan saya tahu itu membuat Anda bingung. Tapi untuk sekarang, lebih baik Anda fokus pada hal-hal yang lebih penting. Istana ini adalah tempat yang penuh dengan rahasia, dan saya harus memastikan Anda berada dalam keadaan terbaik untuk menghadapinya." Gadis itu menatapnya, masih merasa cemas dengan sikap Vlad yang tiba-tiba berubah menjadi lebih keras. Namun, ia tahu bahwa ia tak punya banyak pilihan. "Apa yang harus saya lakukan?" tanyanya dengan suara lemah. Vlad mengangguk sedikit, memberi isyarat kepada pelayan yang sudah menunggu di luar ruangan. "Rael, bawa makanan untuk gadis ini. Dia perlu menguatkan tubuhnya sebelum kita bisa bicara lebih banyak." Sesaat kemudian, pintu terbuka, dan pelayan yang tampak aneh itu masuk. Tubuhnya tinggi dan ramping, dengan mata hitam pekat yang membuatnya terlihat jauh berbeda dari manusia biasa. Ia membawa nampan besar berisi makanan, gerakannya terkesan seperti robot, kaku dan tidak alami. Meskipun pelayan itu tidak berbicara, kehadirannya saja sudah membuat gadis itu semakin merasa cemas. Rael menaruh nampan di meja dengan gerakan yang sangat hati-hati. Setelah itu, ia mundur tanpa mengucapkan sepatah kata pun dan keluar dari ruangan. Vlad menatap gadis itu, matanya kembali tajam. "Makanlah," perintah Vlad. "Kamu akan membutuhkan energi untuk apa yang akan datang." Gadis itu memandang hidangan di meja, rasa lapar yang semula ada kini menghilang. Semua pikirannya terfokus pada Rael dan Vlad, serta pertanyaan yang masih mengganggunya. Mengapa dia tidak bisa ingat siapa dirinya? Dan mengapa semua ini terasa begitu asing, namun juga begitu penting? Vlad tidak memberi ruang untuk pertanyaan lebih lanjut. "Jangan tanya hal-hal yang tidak perlu. Makanlah. Kita akan membicarakan semuanya setelah Anda cukup kuat." Gadis itu menatapnya dengan mata penuh kebingungan, akan tetapi ia juga mengikuti perintahnya. Ia meraih sendok dan mulai makan, meskipun pikirannya tetap dipenuhi dengan pertanyaan yang tak terjawab. Mengapa semua ini terasa begitu sulit untuk dipahami? Setelah beberapa saat, gadis itu menyelesaikan makanannya. Meskipun rasanya enak dan cukup mengenyangkan, pikirannya tidak bisa tenang. Setiap sudut ruangan yang ia lihat seakan-akan mengingatkan pada sesuatu. Ia merasa terjebak dalam sebuah teka-teki yang sangat sulit dipecahkan. Namun, sebelum ia bisa bertanya lebih jauh, Vlad berdiri dari tempat duduknya dan menatapnya dengan serius. Ikuti aku," kata Vlad, suaranya tegas dan terdengar tak bersahabat. "Aku akan menunjukkan padamu beberapa bagian dari istana ini, dan kamu harus berhati-hati jika ingin mengelilinginya." Gadis itu mengangguk pelan dan berdiri mengikuti Vlad yang mulai melangkah menuju sebuah pintu. Saat mereka keluar dari ruangan, suasana di luar terasa jauh lebih gelap daripada sebelumnya. Koridor panjang dengan dinding batu yang tertutup lichen dan jamur memberikan kesan sepi dan tidak ramah. Untungnya, meskipun tempat ini terasa seperti mengintimidasi, ada juga kekuatan yang memancar dari setiap langkah Vlad, seolah-olah telah menjadi bagian dari istana itu sendiri sehingga memberikan rasa aman. "Ini adalah bagian dari Istana Drakon yang paling tua," kata Vlad sambil melangkah maju, suaranya menggema di ruang kosong. "Bagian ini sudah ada jauh sebelum aku lahir. Banyak tempat di sini yang tidak bisa sembarangan dimasuki, bahkan oleh orang-orang seperti aku. Jika kamu tidak hati-hati, ada bahaya yang tak terlihat." Gadis itu memperhatikan setiap kalimat Vlad dengan cermat, meskipun ia merasa semakin penasaran. "Apa yang ada di tempat ini? Kenapa terasa begitu menakutkan?" Vlad menatapnya dengan pandangan tajam. "Ini adalah rumah bagi mereka yang tidak ingin ditemukan. Mereka yang lebih suka bersembunyi dalam bayang-bayang. Tempat ini penuh dengan rahasia yang lebih baik tidak diketahui oleh orang luar." Gadis itu merasa seolah ada sesuatu yang tersembunyi di balik kata-kata Vlad. Apa yang dimaksudnya dengan ‘mereka’? Dan mengapa ia merasa bahwa ada sesuatu yang lebih besar yang mengikat dirinya pada istana ini? Setiap jawaban yang diberikannya justru membuka lebih banyak pertanyaan mengganggu. Mereka melanjutkan perjalanan menyusuri koridor yang semakin berkelok-kelok, melewati pintu-pintu besar yang tampaknya menuju ke ruang-ruang yang lebih dalam dan lebih gelap lagi. Setiap kali Vlad membuka pintu, gadis itu merasa sedikit cemas, takut akan apa yang mungkin ada di baliknya. Vlad juga hanya menunjukkan beberapa ruangan dengan penjelasan singkat, seakan semuanya itu biasa dan tidak perlu dikhawatirkan. "Ini ruang arsip," kata Vlad sambil membuka sebuah pintu besar, menunjukkan sebuah ruang yang penuh dengan rak-rak kayu tua yang dipenuhi dengan buku-buku dan gulungan perkamen. "Kamu tidak perlu masuk ke sini. Hanya sedikit orang yang diizinkan untuk membaca apa yang ada di dalam." Gadis itu hanya mengangguk, mencoba menyembunyikan rasa ingin tahunya yang semakin besar. Mereka terus berjalan, dan akhirnya, mereka tiba di sebuah lorong yang lebih sempit, hampir seperti terowongan. Di ujung lorong, ada sebuah pintu besi yang tampaknya sangat kokoh. "Ini adalah ruang yang paling berbahaya di seluruh istana," ucap Vlad dengan nada yang lebih serius. "Tempat ini hanya boleh dimasuki oleh mereka yang benar-benar tahu apa yang akan mereka lakukan. Aku berharap kamu tidak punya keinginan untuk pergi ke sini." Gadis itu menatap pintu besi itu dengan hati yang berdebar. Ada sesuatu yang menarik di dalamnya, sesuatu yang memanggilnya. Namun, ia menahan diri dan hanya mengangguk, meskipun pikirannya mulai dipenuhi dengan pertanyaan tentang apa yang ada di balik pintu itu. Setelah beberapa saat, mereka kembali ke ruang utama, tempat di mana gadis itu terbangun sebelumnya. Vlad berhenti sejenak dan kembali menatap gadis itu dengan tajam. "Aku sudah menunjukkan padamu beberapa tempat yang harus kamu hindari," katanya. "Sekarang, ada hal lain yang perlu kita bicarakan." Gadis itu menatap Vlad. "Apa itu?" "Untuk memulainya, kau harus memberi tahu aku siapa dirimu," jawab Vlad. "Nama, tempat asal, apa saja yang kamu ingat tentang dirimu. Semua itu penting." Gadis itu terdiam sejenak, mencoba mengingat, otaknya terasa kosong. Setiap kali ia berusaha mengingat sesuatu, bayangannya selalu kabur, seperti sebuah lukisan yang pudar. Ia merasa kosong, tak ada satu petunjuk pun yang bisa ia kaitkan dengan dirinya sendiri. "Saya... saya tidak tahu," jawabnya, suaranya pelan dan terdengar penuh kebingungan. "Saya tidak bisa ingat apa-apa." Vlad menatapnya dengan tajam, ekspresinya menjadi lebih serius. "Tidak bisa ingat apa-apa sama sekali?" tanyanya dengan nada yang mengandung sedikit keheranan. Gadis itu mengangguk dengan ragu. "Saya tidak tahu siapa saya. Tidak ada yang saya ingat." Vlad terdiam sejenak. Kemudian, ia menghela napas panjang, seolah ada sesuatu yang membebani pikirannya. "Ini lebih rumit dari yang aku kira," katanya pelan, lebih banyak kepada dirinya sendiri daripada kepada gadis itu. Setelah beberapa detik yang terasa panjang, Vlad berbicara lagi, kali ini suaranya lebih rendah. "Kamu berada di sini karena alasan tertentu. Aku tidak tahu kenapa, dan aku tidak tahu siapa yang bertanggung jawab. Tapi ingat ini, jika kamu ingin bertahan di sini, kamu harus mematuhi aturan istana ini, apapun yang terjadi." Gadis itu hanya bisa mengangguk, perasaan cemas semakin menggelayuti dirinya. Ia merasa seperti seorang pengungsi di dunia yang sama sekali asing, dengan teka-teki yang terlalu rumit untuk dipecahkan. Setiap jawaban yang ia dapatkan justru menambah rasa bingung dan penasaran yang semakin dalam. "Mulai sekarang, jangan tanya lebih banyak tentang dirimu," Vlad melanjutkan, suaranya tegas dan terdengar seperti penuh ancaman. "Fokuslah pada hal-hal yang lebih penting." Dengan itu, Vlad meninggalkannya dengan seribu pertanyaan yang masih belum terjawab. Seperti sebuah tirai yang belum terbuka, kegelapan istana ini menyelubunginya dan semakin terasa lebih berat daripada sebelumnya.Angin malam berdesir melewati jendela-jendela kaca berwarna di Gereja St. Ethelred di desa Ravenshire. Pastor Gregory duduk di bangku kayu, dikelilingi oleh keheningan. Lilin-lilin kecil di altar memancarkan cahaya redup, bayangannya menari-nari di dinding gereja tua itu.1335, Nunbit. Malam Yamibi telah tiba, dan Gregory tidak bisa mengabaikan perasaan gelisah yang merayap di hatinya. Ia membuka kitab tua di tangannya, kitab yang telah diwariskan dari pastor-pastor sebelumnya. Halamannya penuh coretan dan doa-doa kuno yang ditulis dalam bahasa kuno."Dullahan," gumamnya, matanya tertuju pada sebuah cerita yang terkubur di dalam kitab itu.Legenda itu selalu dianggap sebagai dongeng untuk menakut-nakuti anak-anak: penunggang kuda tanpa kepala yang muncul di malam Yamibi, mencari jiwa-jiwa yang telah terkutuk oleh dosa besar. Namun, Gregory tahu lebih dari itu. Ia tahu bahwa legenda itu bukan sekadar cerita.Di dalam catatan pribadi pastor-pastor sebelumnya, disebutkan bahwa Dullahan p
Pagi itu, kabut melingkupi hutan Moorwood, menelusup di antara batang-batang pohon tua yang menjulang bak penjaga sunyi. Embun menetes pelan dari dedaunan, membentuk mutiara kecil yang seolah memantulkan cahaya redup matahari yang masih enggan menembus tirai tebal awan. Di tengah kesunyian itu, langkah-langkah berat mendekat, membangunkan burung-burung yang bersembunyi di dahan-dahan tinggi. Itu adalah Vlad, sang pemburu yang terkenal dengan kegagahannya, diiringi oleh beberapa pengawal setianya. Mereka adalah bayangan gelap di dalam rimba, bergerak dalam diam namun penuh kewaspadaan.Vlad, dengan mata tajamnya yang bagaikan mata elang, memimpin rombongan itu. Ia adalah sosok tinggi dengan mantel berbulu tebal yang melindunginya dari hawa dingin pagi. Busur kayu yang kokoh tergantung di punggungnya, sementara belati berhias ukiran halus tergantung di pinggangnya. Ia telah lama dikenal sebagai pemburu yang tak kenal takut, seorang pria yang selalu mendapatkan apa yang ia buru, baik itu
Gadis itu merasakan sesuatu yang aneh. Kepalanya berdenyut-denyut, dan matanya terasa begitu berat, seakan-akan seluruh dunia dipenuhi kabut yang tebal. Ia membuka matanya perlahan, dan yang ia lihat hanya kegelapan yang hampir memabukkan. Suara air mengalir lembut terdengar di kejauhan, dan sesaat kemudian, bau tanah basah dan aroma batu tua memenuhi indra penciumannya.Perlahan, gadis itu merasakan permukaan keras di bawah tubuhnya. Ia menggeliat, mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya, namun pikirannya kosong. Semuanya terasa kabur, seperti lembaran yang telah terkoyak dari buku tak bernama. Di mana dia? Apa yang telah terjadi?Pandangannya perlahan mulai jernih, dan ia melihat sekelilingnya. Dinding batu besar tertutup lapisan debu menatapnya dalam diam. Lilin-lilin yang terpasang di dinding memberikan cahaya temaram, menciptakan bayangan panjang yang bergerak-gerak seolah hidup. Gadis itu perlahan bangkit, merasakan tubuhnya yang lemah dan goyah. Lengan kanannya terasa ter
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments