Prangggg...!
Luke melempar vas bunga lagi. Kemarahannya sudah sampai di puncak hanya gara-gara Anna yang begitu keras kepala menentangnya. Kenapa? Kenapa Anna membolak-balikkan hatinya seperti ini? Kenapa Anna begitu berani, membuatnya melupakan misi awal saat dia memilih untuk menikahi Anna?
“Arghhh, sial!” Luke mengusap wajahnya kasar. Dia kesal pada dirinya sendiri. Dia tidak mau semua ini terjadi. Dia ingin menjalankan semuanya sesuai rencana seperti sebelumnya. Membalas dendam dengan membuat Anna menderita dan dengan perlahan mati karena tersiksa. Tapi, kenapa semuanya menjadi kacau seperti ini?
“Tuan,” panggilan manja seseorang di belakangnya, membuat Luke menarik nafasnya pelan. Kenapa dia harus marah-marah seperti orang frustasi? Bukankah, di sana ada Selena yang bisa menghiburnya?
“Selena, kemari,” panggil Luke dan Selena tentu saja mendekat dengan wajah ceria.
“Apa yang bisa saya lakukan, Tuan?” tanya Selena
Hari sudah sore. Anna harus terbangun dari tidurnya, karena perutnya yang minta di isi. Kekesalannya tadi siang, membuatnya lupa makan. Sebelum tidur, dia hanya memakan 2 bungkus coklat padat untuk sedikit mencairkan suasana hatinya. Dan beginilah akhirnya, saat dia sedang mengembara di dunia mimpinya yang indah, mendadak perutnya meronta-ronta minta jatah.Anna melangkah menuju dapur. Sebelumnya dia sudah memasak makanan dan sudah dia simpan di lemari pendingin. Tinggal memanaskan sebentar dan dia bisa menghabiskan semuanya. Mengingat, Luke tidak butuh makanan yang di masaknya, dan dia tidak sudi jika jalang itu memakan masakannya. Jadi, dia bisa makan sepuasnya.Anna sempat berpapasan dengan Luke di dekat pembatas dapur dan ruang tengah. Luke kelihatan pucat, tapi Anna tak peduli. Dia terus berjalan melewati Luke menuju dapur. Seperti tujuannya semula.‘Bodoh amat! Ada atau tidaknya si Luke, Aku tidak peduli lagi!’Anna menghang
“Minum Luke?” bujuk Anna saat Luke tidak mau minum cairan oralit yang dia buat sendiri.“Tidak enak, Ann ... “ Luke menggelengkan kepalanya pelan. Acara kerokan sudah selesai, dan dia merasa perutnya benar-benar sedikit membaik, sekarang. Dan sekarang, Anna menyiksanya lagi dengan memaksanya untuk meminum air yang rasanya asin, manis, enggak karu-karuan itu. Rasanya Luke mau muntah. Air itu tidak bisa dia telan.Anna menghembuskan nafasnya kasar. Baru tau dia, jika Luke sakit, manjanya selangit. Apa-apa tidak mau. Harus butuh kesabaran ekstra untuk membujuknya.“Mau sembuh atau terus-terusan merepotkanku seperti ini? Atau, aku telefon Daddy saja agar membawamu ke rumah sakit, iya?” tanya Anna dan Luke mendengus sebal.“Kamu tidak ikhlas! Ya sudah, biarkan saja aku seperti ini. Jangan merepotkan dirimu. Lagi pula, kau sendiri yang datang memberiku bantuan.”“Sudah sakit, masih juga menyebalkan. Kamu sadar enggak sih, kamu it
Anna membuka matanya dengan pelan. Hari sudah pagi. Dan pagi ini, dia merasa ada tubuh lain yang menempeli tubuhnya. Terasa seperti mimpi. Suaminya berada di sini. Di dalam pelukannya dan tertidur dengan lelapnya.Anna meneliti setiap inci wajah Luke yang memang terlihat cool, tegas dan tampan. Tak heran, banyak wanita di luaran sana yang akan memberikan kepuasan secara cuma-cuma pada suaminya. Tak heran juga, wanita murahan seperti Selena, tak ada urat malunya sehingga masih bertahan di rumahnya sebagai orang ketiga.‘Kenapa kita harus terjebak dalam hubungan yang rumit ini?’ Batin Anna tanpa bisa dia suarakan. Sungguh, Anna berharap hubungan rumah tangganya dengan Luke akan membaik ke depannya. Dia akan mencoba menerima Luke, asalkan Luke juga belajar menerimanya. Tapi, jika Luke tetap dengan keberengsekannya, maka dia pun akan tetap berada di titik yang sama. Menjadi wanita pembangkang, keras kepala dan musuh pertama Luke dalam kehidupannya.
Setelah sarapan, Luke mendadak mendapatkan telefon dari kantor dan pergi setelah bersiap-siap, meskipun Anna sempat melarangnya atas dasar kondisi Luke yang belum pulih benar. Tapi, Luke yang keras kepala, tentu saja menolak dan tetap pada kemauannya yang tidak seorang pun bisa ganggu gugat.Akhirnya, Anna kembali sendirian di dalam rumah. Menghabiskan waktunya dengan uring-uringan tak jelas. Sepertinya, istri broken home seperti dirinya, terinfeksi virus mager yang lagi trendi di kalangan ibu-ibu tongkrongan.Anna melihat ke luar jendela sambil sesekali mendesah pelan. Dia ingin sekali, bersantai dengan membaca beberapa novel romantis di taman bunga kesayangannya. Tapi, rasanya tidak mungkin. Karena siang ini, hujan sangat deras dengan kilat yang sesekali menyambar. Biarlah, dia akan menikmati waktu Kemagerannya dengan menonton tayangan yang meskipun tak ada yang menarik untuk dia lihat.“Santai sekali hidup kamu ya?”Suara bagai petir, yan
Luke yang biasanya di perbudak oleh pekerjaan, kini mendadak gelisah. Dia ingin cepat-cepat pulang dan melihat wajah Anna yang membuatnya hampir diabetes karena kemanisannya. Baru Luke sadari, jika Anna itu, tipikal wanita yang manis, cerewet dan lucu. Jika saja, pertemuan mereka tidak se rumit ini, pasti Anna akan menjadi teman yang menyenangkan.Beberapa kali, Luke mengecek jam tangannya. Berharap waktu berputar cepat dan dia bisa pulang. Anna pasti sedang uring-uringan di rumah. Dan itu adalah waktu yang tepat, untuk membuat hubungan mereka membaik dengan berinteraksi lebih dekat lagi.Anna sudah menerimanya. Buktinya, Anna mau merawatnya dengan sepenuh hati dan tidak menjadi wanita pembangkang lagi. Sepertinya, hubungan mereka benar-benar akan menuju ke tahap yang lebih baik.Luke tidak bisa menahannya lagi. Anna seperti memanggil-manggil namanya. Sialan memang. Anna membuatnya tidak bisa berkonsentrasi.Apa dia merindukan Anna? En
Anna mendadak gugup. Tidak tau harus bersikap bagaimana melihat kedatangan keluarga kecil yang pernah dia hancurkan. Semuanya tidak akan sama seperti sebelumnya. Apa yang dia lakukan, benar-benar kejam. Lihat, Jasmine yang biasanya bersinar, kini terlihat menyedihkan dengan kebutaannya.“Kau tidak ingin mempersilahkan kami untuk masuk ke rumahmu, Anna?”Suara Jasmine, yang selalu penuh kelembutan, membuat Anna semakin membenci dirinya sendiri. Karena dirinya, Jasmine kehilangan penglihatannya, dan menderita begitu lama dengan kehilangan ingatannya. Seharusnya, Jasmine membunuhnya saja. Bukan memaafkannya dan memberinya kesempatan kedua untuk hidup seperti ini.“Emm, Silakan masuk,” ucap Anna sedikit mundur dari posisinya tadi. “Jasmine, bolehkah aku membantumu?” cicit Anna dengan pelan. Sebenarnya Anna merasa tidak pantas mengatakannya. Dia sadar diri. Jika tingkatan dirinya dan Jasmine sangat jauh berbeda. Jasmine wanita baik berhati malaikat dan
Luke yang seperti mendengar suara Jasmine dan Davio di lantai bawah, memilih bangkit dari ranjang. Sejenak, Luke mengusap wajahnya pelan. Sesi percintaannya dengan Selena tadi, benar-benar menguras emosi dan tenaganya.“Tuan mau ke mana?” lirih Selena sambil memegang lengan Luke yang kekar. Lengan yang selalu mendekapnya erat saat tubuhnya terhentak-hentak karena tak bisa menandinginya tenaga sang majikan.Luke menoleh kilas. Selena sangat berantakan karena permainan kasarnya tadi. Terlihat bekas kissmark di beberapa titik, tepat di leher dan dada Selena. Sungguh, bayangan Anna bercinta dengan pria lain, membuatnya kehilangan kendali sampai-sampai Selena yang menjadi pelampiasan emosi. Hampir saja Selena pingsan karena cekikannya tadi.“Aku mau ke bawah dulu. Tetaplah di sini. Aku juga akan mengambilkan kompres untukmu,” ucap Luke dingin kemudian keluar dari kamar setelah memakai baju dan celananya yang tercecer di lantai.Selena terse
Anna menangis tergugu di taman belakang. Tak mengerti, kenapa perkataan Luke tadi begitu menyakiti hatinya. Seandainya saja, hatinya tidak se lemah ini, tentu saja dia akan bertahan. Tidak perlu mengeluarkan air mata, yang tetap saja menurut Luke hanya bentuk sandiwara.Andai saja Anna bisa pergi? Dia pasti akan melakukannya sejak dulu. Tapi, dia sudah terikat perjanjian dengan Luke. Luke pasti akan mengejarnya walaupun sampai ke ujung dunia dan menjebloskannya ke penjara, setelahnya. Anna juga membenci hatinya yang memaksanya untuk tetap tinggal. Hatinya selalu percaya, jika suatu saat nanti, Luke akan berubah dan menerimanya sebagai seorang istri. Tapi lihat hasil yang dia dapatkan dari kesabaran dan perjuangannya. Di mata Luke, Posisinya tetap sama. Luke tetaplah menganggapnya wanita berhati iblis yang tidak akan pernah berubah. Apa-apa yang di lakukannya selalu salah. Bahkan Luke menganggap hanya bentuk sandiwara. Tidak percayakah Luke, jika sekarang dia sudah berubah dan