Share

15. Melepaskan Tanggung Jawab

“Kasih Abang kesempatan untuk menjelaskan soal Bapak, Nur. Di mana kamu sekarang? Sudah dapat kos belum?”

Unur akhirnya mengangkat teleponku keesokan harinya. Aku berharap amarahnya bisa perlahan reda sebelum dia kembali ke Jerman.

“Sudah, Abang nggak usah ke sini kalau cuma mau ngomongin orang itu.”

“Unur, Abang mohon. Kita masih punya orang tua. Biarkan Abang jelaskan tentang Bapak.”

“Aku nggak mau dengar! Sejak dia meninggalkan kita, kita nggak punya bapak lagi, Bang.”

Napas ini kuhela dengan berat. Tidak mudah untuk membujuk Unur. Dia sangat memegang teguh pendiriannya. “Kalau begitu Abang nggak akan membahas soal Bapak. Abang cuma khawatir. Di mana kosmu, Dek?”

“Abang nggak bakal bawa dia, ‘kan?”

“Bapak nggak bisa jalan, Nur. Abang nggak bisa bawa Bapak seenaknya.”

Ada jeda yang cukup panjang di seberang sana. Unur terdiam cukup lama sampai aku kembali memanggilnya.

“Kosku di jalan Mangga Durian, nomor 78,” jawabnya. Entah kenapa suara Unur terdengar lirih.

“Abang ke sana, ya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status