Share

16. Makanan Basi untuk Bapak

Siang ini lebih terik dari biasanya. Aku beristirahat di pos-pos kecil yang biasanya aku, Parwo, dan Aziz pakai. Di sampingnya ada tiang listrik dan gunungan sampah. Meski baunya menusuk hidung, tapi ini satu-satunya tempat yang bisa kita gunakan untuk rehat dengan bebas.

“Hasil nguli di pasar biasanya berapa, Mar?” Aziz mengembuskan asap rokoknya sambil menengadah. Bulir keringat menetes di lehernya.

“Nggak nentu, Ziz. Mesti pontang-panting nyari pelanggan. Kalau ada 10 pelanggan ya bisa dapet 20 atau 30 ribu. Kalau datang pagi banget bisa nawarin ke pedagang, lumayanlah bisa dapat 50 ribu kalau ada tiga penjual mau diangkutin barangnya.”

“Berat juga, ya.”

“Mau apa kau tanya-tanya, Ziz? Mau nguli juga?” tanya Parwo lalu menyeruput kopi. Dia tidak merokok dan agak sensitif dengan asap rokok, tapi anehnya dia suka bergaul denganku dan Aziz yang seorang perokok, apalagi Aziz termasuk perokok berat.

“Bapak lagi sakit di kampung, minta dikirimin duit. Mau cari tambahan,” terang Aziz.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status