Home / Fantasi / Jika Waktu Berakhir / Bab 1.3 | Kayla

Share

Bab 1.3 | Kayla

last update Last Updated: 2021-08-21 04:05:32

Thank’s yah!?” ucap Iskha sambil tersenyum ke cowok itu.

Sama-sama,” balas Arief singkat.

Iskha berjalan perlahan ke tempat duduknya. Rasanya aneh saja mendapatkan balasan “sama-sama” tanpa sesuatu yang lebih. Apa gitu, misalnya udah sarapan belom? Ke sekolah naik apa? Gimana kabarnya? Terlalu lempeng. Herannya hal-hal yang semacam itu disukai cewek-cewek seperti Iskha, Lusi dan yang lainnya.

Meskipun bel telah berbunyi, bukan berarti guru yang seharusnya mengisi jam pertama ini langsung masuk ke dalam kelas. Murid-murid masih sibuk dengan cerita-cerita mereka bahkan juga ada yang sibuk bermain ponsel mereka sebelum nanti ketika pelajaran dimulai ponsel akan disita di depan kelas. Iya, sekolah ini punya kebiasaan akan menyita setiap ponsel murid-muridnya untuk ditaruh di meja guru. Semua ponsel harus dimatikan sampai pelajaran selesai.

Kok lama yah Bu Ida? Biasanya beliau paling cepat kalau soal tepat waktu. Apa jangan-jangan lagi kosong nih,” gumam Iskha.

Iya, nggak biasanya,” ucap teman sebangkunya.

Salah seorang anak cowok mencoba melihat apa yang terjadi di luar. Ia keluar sejenak untuk melihat lorong kelas apakah ada yang aneh atau tidak. Dia bernama Agus, salah satu cowok penghuni kelas XI-3. Saat itulah dia tampak heboh sekali.

Teman-teman, kayaknya kita akan ada teman baru!” serunya.

Teman baru?” tanya Iskha.

Segera beberapa orang melongok keluar. Mereka mengintip dari jendela juga dari pintu. Iskha pun tak ketinggalan, karena penasaran ia pun juga ingin melihat apakah benar akan ada murid baru di kelas mereka. Bagaimana Agus bisa tahu kalau ada murid baru? Kecuali memang murid tersebut berjalan beriringan dengan wali kelas mereka, Bu Rina.

Iskha pun mendapati Bu Rina berjalan beriringan dengan seorang murid perempuan dengan baju seragam abu-abunya. Rambutnya sebahu dan dikuncir ekor kuda. Matanya lebar, wajahnya cantik, melihat gadis itu Iskha merasa dejavu. Ia sepertinya mengenalinya tapi ia tak yakin. Segera ia pun kembali ke bangkunya, menunggu sang wali kelas masuk beserta murid baru tersebut.

Sang murid baru mulai masuk. Dia seorang gadis yang sangat cantik, hal yang membuat anak-anak cowok heboh karenanya.

Selamat pagi anak-anak!” ucap Bu Rina sang wali kelas. Tampak terlihat tinggi Bu Rina dengan sang murid baru hampir sama atau mungkin malah lebih tinggi dari guru itu, terlebih sang guru memakai sepatu berhak.

Selamat pagi bu!” sahut semuanya.

Sebelumnya ibu mau memberitahu kalau Bu Ida sedang ada keperluan jadi beliau agak telat sedikit. Sebelum itu ibu mau memperkenalkan teman kalian yang baru. Nah, silakan perkenalkan dirimu!” ujar Bu Rina mempersilakan murid baru itu memperkenalkan dirinya.

Cewek itu pun maju selangkah. Pandangannya menyapu seluruh ruangan dari bangku depan hingga bangku paling belakang. Ia seperti mencari-cari sesuatu, hingga akhirnya matanya menemukan Iskha. Dia lalu tersenyum.

Perkenalkan semuanya, nama saya Kayla Kirana Larasati. Saya baru pindah dari luar kota dan baru tiba beberapa hari yang lalu. Membaca novel misteri, suka dengan warna merah, dan juga suka dengan drakor. Tak lupa saya juga hiking, melihat alam, jalan-jalan dan yang pasti saya juga suka menyeruput cappucinno. Makanan kesukaan saya bakso, suka dengan bakso ukuran jumbo. Ukuran sepatu saya 37 kalau ingin tahu. Ketika saya sedang suntuk saya biasa mendengarkan musik. Sebut saja Deep Purple, Quinn, Alan Walker,” ceritanya.

Wuih, seleranya tinggi tuh lagunya,” ujar Lusi.

Iskha mengernyitkan dahinya. Dia juga suka dengan musik-musik yang disebutkan. Tetapi ia ragu kalau cewek yang ada di depannya ini bisa memainkan musik, mungkin hanya sebatas penggemar saja. Tak ada yang istimewa.

Udah punya pacar belum?” celetuk salah satu murid cowok.

Kayla mengangkat bahunya. “Entahlah, kira-kira siapa yang beruntung nantinya,” ujarnya sambil nyengir.

Wah, boleh mendaftar nih,” kata Agus lalu diikuti ger dari murid-murid yang lain.

Arief tampak sedikit tersenyum melihat teman-temannya yang seperti menemukan suasana baru. Hal itu langsung diketahui Lusi.

Wah, bahaya nih! Bahaya!” bisik Lusi.

Bahaya apaan?” tanya Iskha ingin tahu tentang apa yang dimaksud teman sebangkunya itu.

Tuh, lihat si Arief tersenyum ama anak baru. Waduh, saingan nambah satu nih!”

Iskha menoleh ke arah Arief, memang benar sih. Tetapi bukan itu yang menjadi persoalannya. Ada sesuatu yang menggelitik dirinya pada diri Kayla. Dia mengamati Kayla dari ujung sepatu sampai ujung rambutnya. Dia seolah-olah melihat foto-copy sempurna dari dirinya sendiri. Siapa Kayla yang sebenarnya?

* * *

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jika Waktu Berakhir   Bab 27.3 | Diculik

    Arief menurutinya lalu duduk di kursi yang ada di seberang Ihsan. Dia melihat kiri kanan, ada banyak anak buahnya di sini. Apakah mereka orang suruhan pamannya? Dia tak tahu bagaimana cara pamannya berbisnis, yang jelas ia tahu pamannya orang yang sangat berpengaruh di Wijaya Group. Hampir sebagian besar usaha di Wijaya Group ini dikuasai oleh pamannya.“Aku ingin tahu dimana Kayla?” tanya Arief.Ihsan memberi isyarat menunjuk ke papan catur. “Kalau kau bisa mengalahkanku dalam permainan ini aku akan memberitahu dimana dia.”“Om, hentikan semua ini kalau ayah tahu, maka Om tahu apa yang akan terjadi,” ancam Arief.“Arief, kau itu masih naif. Kau kira aku menyuruhmu kemari tanpa persiapan? Bahkan ayahmu tak akan mampu berbuat apa-apa,” jawab Ihsan.Arief mengamati papan catur yang ada di hadapannya. Papan catur itu sudah dimainkan, posisi bidak putih tampak lebih unggul daripada bidak hitam. Tetapi bid

  • Jika Waktu Berakhir   Bab 27.2 | Diculik

    “Arief! Arief!? Arief!?” panggil Faiz. Dia menampar-nampar pipi saudaranya itu.Arief yang setengah sadar membuka matanya lalu tiba-tiba langsung terbangun. Dia menerkam Faiz, hampir saja ia kalap kalau Faiz bukan seorang ahli bela diri pasti sudah terjerembab oleh terjangan Arief tadi. “Kayla! Kayla!”“Woy! Sadar! Ini aku Faiz!” ucap Faiz. Segera ia mendorong Arief. Cowok itu pun berusaha berdiri.“Mana? Mana Kayla?!” tanya Arief.“Woy! Sadar! Kamu barusan pingsan di tengah lapangan basket,” jawab Faiz.Arief melihat sekelilingnya. Ada Faiz, ada Iskha dan Lusi. Dia tak melihat Kayla. Kemudian di dekat tempat dia berdiri ada ponsel yang tadi diberikan oleh orang berbaju hitam. Segera dia mengambil ponsel itu. Arief membuka kontak yang ada di dalam ponsel tersebut. Hanya ada satu nomor. Nomor itu bernama BOSS.“Kayla diculik,” ucap Arief.“Iya, kami tahu dia

  • Jika Waktu Berakhir   Bab 27.1 | Diculik

    “Kayla? Itu kau kan?” sekali lagi Arief memanggilnya.“Iya, ini aku,” jawab Kayla.“Ah, syukurlah. Kau membuatku gila. Kau mengerti? Kau membuatku gila. Aku kira kau itu tidak ada tetapi perasaanku mengatakan lain, kau itu ada,” ucap Arief.Kayla tersenyum. “Iya, beberapa saat lalu aku memang menghilang, tetapi sekarang aku kembali.”“Aku ingin kau ikut denganku!” pinta Arief.“Ikut kemana?” tanya Kayla.Arief tiba-tiba menggandeng tangan Kayla. Dia menarik lengan gadis itu sehingga Kayla tak bisa melawannya. Cowok itu mengajak Kayla menjauh dari keramaian, hingga akhirnya mereka sampai di lapangan basket. Suasana di lapangan itu gelap karena tak ada cahaya. Cahaya yang ada di lapangan itu hanya didapat dari koridor kelas yang ada di sekitar pinggir lapangan. Malam makin larut dan bintang-bintang mulai muncul menghiasi langit.Tangan Kayla di lepaskan. Kayla tahu

  • Jika Waktu Berakhir   Bab 26.4 | Terhubung

    “Kau mengambilnya, sebab itulah aku bisa kembali ada,” ujar Kayla. “Aku tak percaya bisa bertemu nenek lagi.”“Kau mengatakan aku nenekmu?” tanya Iskha.“Iya, kau nenekku, kau juga sahabatku yang terbaik yang pernah ada. Aku melakukan kesalahan sebelum akhirnya kau pergi untuk selamanya. Aku kemudian ingat pesanmu ada seorang sahabat yang namanya mirip seperti namaku yang memberikan arloji itu kepadamu. Aku menyelidikinya dan tak kutemukan orang dengan nama seperti namaku di masa ini, di tempat ini. Dari situ aku sadar akulah yang kamu maksud, aku dari masa depan,” jelas Kayla. “Misiku hampir gagal. Apa yang sebenarnya terjadi? Aku tak mengerti kenapa aku sampai menghilang?”“Mungkin saja, itu karena hal itu. Waktu itu...aku mendengar Faiz mengucapkan perasaannya kepadamu. Aku kira, aku kira Faiz menyukaimu,” terang Iskha. “Tetapi benarkah kau cucuku dari masa depan?”&ldq

  • Jika Waktu Berakhir   Bab 26.3 | Terhubung

    “Kau belum menjawabku,” lanjut cowok itu.Iskha lalu mendorong pemuda itu sambil berusaha merebut coklatnya. “Itu coklat milikku, balikin!”Faiz mengangkat sebungkus coklat itu tinggi-tinggi. Lucu saja melihat kedua tingkah polah dua insan ini. Iskha berusaha meraih coklatnya, tetapi Faiz yang lebih tinggi mengangkat tangannya tinggi-tinggi akhirnya Iskha seperti kucing melompat-lompat ingin meraih sesuatu. Teman-temannya tertawa melihat hal itu.“Kalau melihat mereka kok rasanya dejavu ya?” gumam Sandi.“Oh, jangan-jangan kertas ini...,” Reno menunjuk gulungan ke kertas yang ada di ransel mereka.“AAHHHH!!” keempat anggota band berseru bersamaan.Lusi terkejut ketika keempat orang itu berseru. Dia tak mengerti apa yang terjadi. Tiba-tiba keempat anggota band tadi tertawa terbahak-bahak.“Oh, jadi begitu ceritanya. Baiklah,” gelak Ucup.“Tapi boleh ju

  • Jika Waktu Berakhir   Bab 26.2 | Terhubung

    Arief mendesah lagi. Dia masih berada di sekolahan bersama dengan pengurus OSIS lainnya sedang mengatur dekorasi panggung. Tetapi pekerjaannya sudah selesai malam itu. Dia dan teman-temannya sedang beristirahat sambil makan-makan dari nasi kotak yang sudah disediakan untuk panitia. Meskipun makanannya tak begitu mewah, hanya berupa ayam bumbu rujak dengan sambal lalu nasi putih plus acar itu saja sudah membuatnya kenyang. Setelah makan dia duduk di sudut panggung sambil melihat teman-temannya yang asyik berkelakar di antara kursi-kursi yang sudah diatur. Dia menebak, kursi-kursi itu tak akan ada gunanya besok, karena para penonton lebih suka melihat pertunjukan itu sambil berdiri.“Pastikan ya gaes sebelum pulang, tak ada kesalahan. Sound system, lighting dan lain-lain!” ujar Arief dari kejauhan.“Sudah pasti, tenang aja! Pulang aja, Rief. Kamu sudah dari pagi di sini. Biar yang lain gantiin!” ucap salah satu panitia yang juga beristirahat.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status