Iskha mendapatkan teman baru, namanya Kayla. Gadis aneh ini mirip seperti dirinya, dari kesukaan, dari hobi, nyaris sama. Tidak usah terkejut, karena Kayla adalah cucu dari Iskha di masa depan. Dia datang dengan menggunakan mesin waktu dalam sebuah misi penting. Faiz suka kepada Iskha yang merupakan sahabatnya sejak kecil. Meskipun begitu dia tak berani mengungkapkan perasaannya. Arief memiliki marga yang sama dengan Faiz, bukan karena alasan ayah mereka sama tapi beda ibu. Mereka beda ibu, karena suatu drama rumah tangga yang mengakibatkan ibunya Faiz terusir dari keluarga Hendrawijaya. Kayla punya misi, yaitu menyatukan hubungan antara Iskha dan Faiz. Maka dari itu dia tak ingin mengganggu apa yang terjadi di antara mereka. Sayangnya, persoalannya jadi rumit. Misi yang cukup mudah untuk melihat kisah cinta mereka dan memberikan arloji milik neneknya pun berantakan saat Arief yang sebenarnya adalah kakeknya di masa depan menyukainya. Terlebih lagi saat Faiz meminta nasihat bagaimana mengungkapkan perasaan kepada Iskha, Iskha pun salah paham. Kayla dalam bahaya, sebab tubuhnya menghilang dan eksistensinya di dunia pun terhapus. Hanya Iskha yang mengingat Kayla, seluruh teman-temannya tak ingat bahkan juga Faiz dan Arief. Apa yang terjadi dengan Kayla? Apakah Kayla akan kembali lagi?
View MoreTangannya yang keriput digenggam. Semuanya tahu melodi kesedihan yang berada di ruangan ini telah menciptakan keheningan. Suara detik dari cardiograph tetap tak bisa dihentikan bagaimanapun juga. Terlebih ketika suara napasnya yang lemah terdengar sesak. Kayla sangat sayang kepada wanita yang ada di hadapannya ini. Bahkan orang tuanya pun mengijinkannya untuk menemani di saat-saat terakhir.
Memang tak ada harapan. Dokter mengatakan kalau wanita tua itu telah terkena komplikasi. Dari penyakit diabetes, jantung dan stroke. Seminggu lalu dia terjatuh, kejadian itu langsung saja membuat Kayla terpukul. Dia langsung tidak masuk sekolah dan lebih memilih untuk menemani neneknya.
Semua tahu Kayla cucu kesayangan. Sejak kecil dia sangat dimanja neneknya. Bagaimana pun juga waktu tak bisa diputar. Ia akan terus berjalan maju tanpa kita tunggu, tanpa kita suruh. Semua juga tahu meskipun Kayla nakal dan terkesan pemberontak, tapi dengan neneknya ia sangat patuh. Maka dari itulah, seandainya kali ini wanita yang sangat disayanginya itu pergi, entah bagaimana lagi caranya untuk bisa mengendalikan Kayla. Dia sangat tidak bisa diatur.
Sebenarnya Kayla merasa aneh dengan perilaku sang nenek. Dua hari sebelum beliau jatuh tidak sadarkan diri sampai sekarang, beliau berpesan sesuatu. Ada pertengkaran hebat antara Kayla dan kedua orangtuanya. Pertengkaran yang hebat bahkan sampai membuat barang-barang di rumahnya pecah berantakan. Kayla mengamuk. Saat itu neneknya kebetulan berkunjung dan mendapati Kayla seperti itu. Melihat neneknya datang Kayla langsung menyambut neneknya serta langsung mengadu kepadanya.
“Nenek, lihat tuh. Mama ama Papa ingkar janji. Padahal mereka sudah berjanji dan selalu, selalu dan selalu berjanji tapi tak pernah ditepati. Aku hanya ingin ponsel baru, teman-temanku sudah punya ponsel baru. Sedangkan papa dan mama hanya bilang ‘nanti’ dan ‘nanti’. Nenek, bujuk Papa ama Mama dong. Pleaseeee!” ucap Kayla.
Sang nenek memulai dengan senyuman hangatnya. Ia hampir saja bicara tetapi putranya bicara lebih dulu.
“Nah, sekarang ada nenekmu. Merengek saja ke nenekmu, dasar cucu kesayangan!” ucap Brian sang ayah.
“Nenek...!” Kayla mulai merajuk.
Sang nenek hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mendengus. Dia lalu mengusap kepala Kayla sambil berkata, “Kayla, cucu kesayangan nenek, jangan begitu. Tidak baik marah-marah seperti itu kepada papa dan mamamu. Coba lihat rumah ini! Berantakan sekali bukan?”
“Itu semua gara-gara Papa dan Mama yang ingkar janji,” jawab Kayla membela dirinya.
“Sayang, kami janji tapi tidak sekarang. Keuangan kita sekarang ini sedang membengkak, Papa ama Mama perlu memotong pengeluaran ini dan itu,” jelas Brian.
“Pokoknya Kay nggak mau tahu. PAPA PEMBOHONG!” bentak Kayla.
“Kay!” tiba-tiba sang nenek menggenggam pergelangan tangan Kayla dengan kasar.
Ini baru pertama kali di dalam hidup menggenggam tangannya sekasar itu. Dia tentu saja terkejut melihat perlakuan neneknya yang tidak biasa. Dahinya mengernyit berusaha mencerna apa yang terjadi.
“Jangan kau tinggikan suara kepada kedua orang tuamu!” perintah neneknya. “Kau harus mengerti mereka.”
Mata Kay tiba-tiba berkaca-kaca. Dia mencoba menahan amarah yang sekarang ini sudah menguasai hatinya. Ia memberontak. Dia segera pergi begitu saja menuju ke kamarnya, lalu dengan amarah yang meledak ia banting pintu kamar dengan sekeras-kerasnya.
“Kay!?” panggil Brian.
Sang nenek memberi isyarat agar Brian tenang. “Biarkan dia sebentar. Aku akan bicara kepadanya.”
Brian hanya bisa mengangguk. Tampak ibunya berjalan menuju ke meja makan yang ada di dapur. Dia membawa sebungkus buah mangga yang dibelinya dalam perjalanan menuju ke rumah. Langkah berikutnya ia menuju ke kamar cucu tersayangnya.
Beberapa ketukan lembut terdengar di daun pintu. Kay membenamkan wajahnya di bantal. Ia menjerit sekeras-kerasnya di dalam bekapan bantalnya. Ia juga menangis. Saat-saat seperti ini dia merasa tak ada yang sayang lagi kepadanya, bahkan termasuk sang nenek yang biasanya memanjakannya. Kenapa sang nenek malah membela kedua orangtuanya? Ini tidak adil bagi Kay.
Lagi sang nenek mengetuk pintu kamar Kay sambil memanggilnya lembut. “Kay, buka pintunya nak?”
Tak ada balasan. Perlahan-lahan sang nenek pun membuka pintu kamar tersebut. Tampaklah tubuh Kay yang tengkurap dengan membenamkan kepalanya ke bantal ada di atas ranjang. Sang nenek berjalan perlahan-lahan hingga akhirnya duduk di sebelahnya. Tangannya yang keriput mulai membelai rambut cucu kesayangannya. Dia menghela napas dalam-dalam.
“Kayla, maafkan nenek yang tadi agak kasar kepadamu. Hanya saja, nenek tidak bermaksud seperti itu. Sebagai orang tua sudah menjadi kewajiban bagi Papa dan Mamamu untuk bisa menasehati anaknya, untuk bisa mengatur anaknya meskipun keadaan mereka tidak memungkinkan untuk itu. Kedua orang tuamu sangat menyayangimu melebihi apapun di dunia ini. Iya, mereka mungkin berusaha menepati janji tetapi ada kalanya mereka tak bisa. Apakah selama ini Papa dan Mamamu selalu mengingkari janjinya kepadamu?” terdengar suara neneknya sangat lembut.
Kayla masih terisak. Dia belum menjawab.
“Jawablah nenek. Apakah selalu mereka mengingkari janjinya?” tanya sang nenek.
Kayla mulai mengangkat wajahnya. Dia menggeleng.
Sang nenek tersenyum kemudian menggenggam tangan Kayla. “Nenek hanya ingin kamu tidak berbuat seperti itu lagi kepada kedua orang tuamu. Mereka sudah bersusah payah untuk selalu menuruti apa yang menjadi keinginanmu. Dan kamu sebagai anaknya harus mengerti akan hal itu. Nenek juga dulu seperti dirimu, rasanya ketika orang tuaku tidak menurutiku sepertinya dunia mau berakhir. Rasanya tak ada lagi yang sayang kepada kita. Tapi nyatanya, sampai dewasa pun kita masih membutuhkan mereka. Apa sih yang kamu inginkan? Ponsel baru?”
Kayla mengangguk.
“Maasyaa Allah, itu perkara mudah Kay. Tak perlu nangis dan merengek bahkan sampai melempari barang-barang. Apakah kamu diejek ama teman-temanmu karena ponselmu masih jadul?”
Sekali lagi Kayla mengangguk.
Sang nenek mendesah. “Memangnya kalau kamu punya ponsel jadul kasih sayang nenek akan berkurang kepadamu? Kasih sayang kedua orang tuamu juga berkurang?”
Kayla tak menjawab. Ia berpikir keras.
“Ponsel itu hanyalah benda biasa. Yang mana kalau rusak kau pasti juga akan membuangnya. Tetapi kasih sayang kedua orang tuamu tidak akan pernah bisa hilang sampai kapanpun. Demikian juga sayangnya nenek kepadamu tak akan bisa hilang sampai kapanpun. Apakah harus kasih sayang itu hilang hanya gara-gara benda bernama ponsel?”
Kayla menangis lagi. Dia sepertinya menyadari kesalahannya selama ini. Dia pun bangkit kemudian langsung memeluk neneknya. Tangisnya pecah dalam pelukan sang nenek. Sang nenek pun tersenyum.
“Maafin Kay nek. Maaf,” ucapnya singkat, tetapi tangisnya yang panjang.
Kayla ingat saat-saat itu. Rasanya ia akan merindukan lagi pelukan neneknya. Dokter sudah berkata kalau tak ada lagi harapan untuk wanita yang ia sayangi itu. Tubuh yang terbaring lemah itu kini hanya tinggal menunggu waktu. Setidaknya Kayla ingin bisa melihat saat-saat terakhir neneknya menghabiskan waktu di kehidupan ini, meskipun kedua matanya tidak akan pernah bisa melihat dunia lagi.
Memang benar. Setelah itu Kayla hanya bisa menyaksikan sang nenek pergi saat cardiograph memperlihatkan flatline. Kayla sangat bersedih melebihi siapapun. Dia merasa berdosa sekali kepada neneknya dan ingin sekali menghabiskan waktu lebih lama lagi dengan wanita yang paling baik kepadanya itu. Tetapi akankah bisa?
Sebuah arloji kecil kuno berwarna coklat tergeletak di meja. Arloji itu masih berfungsi meskipun usianya sudah tua. Benda kesayangan neneknya itu selalu dibawa kemana-mana seolah-olah benda itu merupakan nyawanya. Benda itu masih terus berdetak sambil menyaksikan orang-orang yang berada di ruangan rumah sakit bersedih atas pemiliknya yang sudah meninggalkan dunia ini. Benda ini pun kemudian diraih Kayla.
* * *
Arief menurutinya lalu duduk di kursi yang ada di seberang Ihsan. Dia melihat kiri kanan, ada banyak anak buahnya di sini. Apakah mereka orang suruhan pamannya? Dia tak tahu bagaimana cara pamannya berbisnis, yang jelas ia tahu pamannya orang yang sangat berpengaruh di Wijaya Group. Hampir sebagian besar usaha di Wijaya Group ini dikuasai oleh pamannya.“Aku ingin tahu dimana Kayla?” tanya Arief.Ihsan memberi isyarat menunjuk ke papan catur. “Kalau kau bisa mengalahkanku dalam permainan ini aku akan memberitahu dimana dia.”“Om, hentikan semua ini kalau ayah tahu, maka Om tahu apa yang akan terjadi,” ancam Arief.“Arief, kau itu masih naif. Kau kira aku menyuruhmu kemari tanpa persiapan? Bahkan ayahmu tak akan mampu berbuat apa-apa,” jawab Ihsan.Arief mengamati papan catur yang ada di hadapannya. Papan catur itu sudah dimainkan, posisi bidak putih tampak lebih unggul daripada bidak hitam. Tetapi bid
“Arief! Arief!? Arief!?” panggil Faiz. Dia menampar-nampar pipi saudaranya itu.Arief yang setengah sadar membuka matanya lalu tiba-tiba langsung terbangun. Dia menerkam Faiz, hampir saja ia kalap kalau Faiz bukan seorang ahli bela diri pasti sudah terjerembab oleh terjangan Arief tadi. “Kayla! Kayla!”“Woy! Sadar! Ini aku Faiz!” ucap Faiz. Segera ia mendorong Arief. Cowok itu pun berusaha berdiri.“Mana? Mana Kayla?!” tanya Arief.“Woy! Sadar! Kamu barusan pingsan di tengah lapangan basket,” jawab Faiz.Arief melihat sekelilingnya. Ada Faiz, ada Iskha dan Lusi. Dia tak melihat Kayla. Kemudian di dekat tempat dia berdiri ada ponsel yang tadi diberikan oleh orang berbaju hitam. Segera dia mengambil ponsel itu. Arief membuka kontak yang ada di dalam ponsel tersebut. Hanya ada satu nomor. Nomor itu bernama BOSS.“Kayla diculik,” ucap Arief.“Iya, kami tahu dia
“Kayla? Itu kau kan?” sekali lagi Arief memanggilnya.“Iya, ini aku,” jawab Kayla.“Ah, syukurlah. Kau membuatku gila. Kau mengerti? Kau membuatku gila. Aku kira kau itu tidak ada tetapi perasaanku mengatakan lain, kau itu ada,” ucap Arief.Kayla tersenyum. “Iya, beberapa saat lalu aku memang menghilang, tetapi sekarang aku kembali.”“Aku ingin kau ikut denganku!” pinta Arief.“Ikut kemana?” tanya Kayla.Arief tiba-tiba menggandeng tangan Kayla. Dia menarik lengan gadis itu sehingga Kayla tak bisa melawannya. Cowok itu mengajak Kayla menjauh dari keramaian, hingga akhirnya mereka sampai di lapangan basket. Suasana di lapangan itu gelap karena tak ada cahaya. Cahaya yang ada di lapangan itu hanya didapat dari koridor kelas yang ada di sekitar pinggir lapangan. Malam makin larut dan bintang-bintang mulai muncul menghiasi langit.Tangan Kayla di lepaskan. Kayla tahu
“Kau mengambilnya, sebab itulah aku bisa kembali ada,” ujar Kayla. “Aku tak percaya bisa bertemu nenek lagi.”“Kau mengatakan aku nenekmu?” tanya Iskha.“Iya, kau nenekku, kau juga sahabatku yang terbaik yang pernah ada. Aku melakukan kesalahan sebelum akhirnya kau pergi untuk selamanya. Aku kemudian ingat pesanmu ada seorang sahabat yang namanya mirip seperti namaku yang memberikan arloji itu kepadamu. Aku menyelidikinya dan tak kutemukan orang dengan nama seperti namaku di masa ini, di tempat ini. Dari situ aku sadar akulah yang kamu maksud, aku dari masa depan,” jelas Kayla. “Misiku hampir gagal. Apa yang sebenarnya terjadi? Aku tak mengerti kenapa aku sampai menghilang?”“Mungkin saja, itu karena hal itu. Waktu itu...aku mendengar Faiz mengucapkan perasaannya kepadamu. Aku kira, aku kira Faiz menyukaimu,” terang Iskha. “Tetapi benarkah kau cucuku dari masa depan?”&ldq
“Kau belum menjawabku,” lanjut cowok itu.Iskha lalu mendorong pemuda itu sambil berusaha merebut coklatnya. “Itu coklat milikku, balikin!”Faiz mengangkat sebungkus coklat itu tinggi-tinggi. Lucu saja melihat kedua tingkah polah dua insan ini. Iskha berusaha meraih coklatnya, tetapi Faiz yang lebih tinggi mengangkat tangannya tinggi-tinggi akhirnya Iskha seperti kucing melompat-lompat ingin meraih sesuatu. Teman-temannya tertawa melihat hal itu.“Kalau melihat mereka kok rasanya dejavu ya?” gumam Sandi.“Oh, jangan-jangan kertas ini...,” Reno menunjuk gulungan ke kertas yang ada di ransel mereka.“AAHHHH!!” keempat anggota band berseru bersamaan.Lusi terkejut ketika keempat orang itu berseru. Dia tak mengerti apa yang terjadi. Tiba-tiba keempat anggota band tadi tertawa terbahak-bahak.“Oh, jadi begitu ceritanya. Baiklah,” gelak Ucup.“Tapi boleh ju
Arief mendesah lagi. Dia masih berada di sekolahan bersama dengan pengurus OSIS lainnya sedang mengatur dekorasi panggung. Tetapi pekerjaannya sudah selesai malam itu. Dia dan teman-temannya sedang beristirahat sambil makan-makan dari nasi kotak yang sudah disediakan untuk panitia. Meskipun makanannya tak begitu mewah, hanya berupa ayam bumbu rujak dengan sambal lalu nasi putih plus acar itu saja sudah membuatnya kenyang. Setelah makan dia duduk di sudut panggung sambil melihat teman-temannya yang asyik berkelakar di antara kursi-kursi yang sudah diatur. Dia menebak, kursi-kursi itu tak akan ada gunanya besok, karena para penonton lebih suka melihat pertunjukan itu sambil berdiri.“Pastikan ya gaes sebelum pulang, tak ada kesalahan. Sound system, lighting dan lain-lain!” ujar Arief dari kejauhan.“Sudah pasti, tenang aja! Pulang aja, Rief. Kamu sudah dari pagi di sini. Biar yang lain gantiin!” ucap salah satu panitia yang juga beristirahat.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments