Share

Bab. 2

Membantu Ibu membersihkan meja makan. Sang Ayah yang masih duduk diruang makan, menikmati secangkir teh oolong hangat.

"Kamu yakin mau ketemu sama murid Ayah Mbak?"

"Iya Bu, sepertinya orangnya baik."

"Ehmmm....sok tahunya mulai nih." Sang Ibu yang tahu sifat sang putri, langsung berkomentar.

"Kalau Dia sampai ngajar di luar negeri itu berarti, Dia punya pendidikan yang tinggi kan Bu, lagian kalau dalam bayangan Aku itu, seorang pengajar itu ya kayak Ayah. Lemah lembut, baik, dan juga penyayang, iya kan Yah." Ucap Arianna yang meminta persetujuan dari sang Ayah, tapi sang Ayah hanya menjawab dengan senyuman tipis dan anggukan kepala.

Ikut menikmati secangkir teh oolong, teh yang mempunyai banyak manfaat untuk kesehatan karena , teh oolong memiliki efek antioksidan dan antimutagenik yang lebih kuat, dibandingkan jenis teh hijau dan hitam.

Mengobrol, tapi tidak membahas lagi soal murid sang Ayah yang ingin bertemu dengan dirinya. Kali ini mereka membahas tentang si krucil-krucil yang akan datang berkunjung karena sebentar lagi akhir pekan. Sang Ayah dan Ibu, terlihat asyik ketika menceritakan tentang para cucu, Arianna yang ingin menyelesaikan pekerjaannya menulis cerita novel, akhirnya pamit, berjalan masuk ke kamarnya.

Masuk ke kamar kemudian membuka laptopnya. Arianna adalah seorang penulis, Dia menjadi seorang penulis di beberapa aplikasi novel berbayar. Mencoba untuk merangkai kata dalam sebuah tulisan sampai akhirnya, kedua matanya mulai melihat aplikasi datting yang kebetulan tadi belum Dia keluarkan.

"Ada chat lagi." Gumam Arianna yang kemudian membuka tab datting apps.

Tampak jelas disana jika Laki-laki yang bernama Baskoro itu ingin bertemu dengannya bahkan, ada kata urgent disana.

"Dih! mau ngajak ketemuan kok maksa sih, aneh." Monolog Arianna.

Melihat kembali profil dan Bio dari Baskoro. Foto profilnya tampan, terlihat seperti eksekutif muda, lulusan universitas luar negeri dengan gelar Bachelor of Economy (B.E), umur empat puluh satu tahun, gemar berolahraga dan traveling.

"Ini beneran nggak sih, jangan-jangan cuma tukang ngibul yang mencari mangsa." Bermonolog sambil berpikir, apakah kali ini Dia perlu menanggapi. Satu menit, dua menit, tiga menit dan.... akhirnya, di menit ke dua puluh Arianna membalas.

[Oke Kita ketemu besok di Pierre Restauran.] Balas Arianna dengan tersenyum tipis. Memilih bertemu di restoran mahal, jika Dia seorang penipu pasti akan mengcancel pertemuan atau tidak akan membalas pesannya bukan? Itu yang ada dalam pikiran Arianna saat ini.

Menunggu, semenit, dua menit, tiga menit sampai lima menit kemudian, chat Arianna belum dibalas.

"Tuh kan, baru diajak ketemuan di restoran mahal saja sudah keder duluan dasar pe..." Arianna yang menghentikan ucapannya saat melihat balasan chatnya.

[Oke, jam berapa] Balas laki-laki yang bernama Baskoro.

Membulatkan mata, Arianna tampak tak percaya dengan apa yang baru saja Dia baca.

"Ah, masak Aku beneran chat sama seorang CEO? seorang CEO yang mencari pasanga lewat datting apps? ayolah, jangan bercanda tuan Baskoro." Penyangkalan yang membuat Arianna geleng-geleng kepala.

[Jam berapa An? jadwal ku padat, Aku harus tahu Kita akan bertemu jam berapa untuk menyesuaikan jadwal yang sudah sekretarisku buat.]

Menopang dagu, merasa jika laki-laki yang bernama Baskoro bukanlah seorang pembual. Belum membalas, Arianna yang masih ragu, langsung menulis nama Baskoro Putra Wijaya dilaman pencarian dan....

"Oh my God, benarkah ini?" Lagi-lagi, Arianna tidak percaya dengan apa yang baru saja Dia baca.

Baskoro Putra Wijaya, seorang CEO dari beberapa perusahaan keluarga Wijaya, single, karier yang bagus dan kekayaan yang tidak habis dimakan tujuh turunan. Itulah kutipan disalah satu laman pencarian.

[Bagaimana An?] Lagi-lagi Baskoro berkirim pesan.

[Besok jam sebelas siang di Pierre restaurant]

[Ok]

Menghela nafas panjang, antara percaya dan tidak.

"Ok, let's see, apakah Kamu benar Baskoro putra Wijaya atau Baskoro putra entah siapa?" Sebuah keraguan tapi ingin membuktikan kebenarannya.

Mengecek kembali tulisannya, malam ini Dia harus mengirimkan bab baru. Hanya mengedit tulisan yang salah karena, bab yang akan Dia sunting sudah selesai diketik.

"Ehmm....ok done!"

Mengangkat kedua tangannya ke atas, merilekskan otot yang sempat tegang karena chat dari Baskoro. Laki-laki yang katanya kaya raya dan seorang CEO.

Mematikan laptop, berjalan ke tempat tidurnya yang empuk, memejamkan mata, ingin mengistirahatkan pikiran, pikiran yang riuh akan sebuah rasa penasaran dengan identitas Baskoro yang akan Dia temui besok siang.

****

Berdandan cantik, setelan blouse warna biru pastel, lipstik nude dan tak lupa memakai perona pipi, tas tangan warna putih. Menatap kembali dirinya di cermin. Keluar dari kamar, menuruni anak tangga, tampak Ibu yang sedang memotong tangkai bunga anggrek yang akan dimasukkan ke dalam sebuah vas kaca bening.

"Ibu pasang bunga anggrek lagi? kenapa nggak diganti sama bunga lily sih Bu?" Sambil Arianna melangkah mendekati sang Ibu.

"Ada orang bilang kalau, bunga anggrek memberikan nuansa keanggunan dan kebahagiaan ke dalam rumah Mbak." Balas sang Ibu yang kemudian membalikkan badan, menatap sang putri dari atas sampai bawah.

"Cantik banget, mau kemana?"

"Mau.... ketemu sama seseorang." Balas Arianna yang meringis kemudian.

"Siapa? teman dari aplikasi kencan lagi?"

"Hehe, iya Bu."

"Ya ampun Mbak, apa Kamu nggak takut ketipu lagi?" Sang Ibu yang khawatir, sampai akhirnya meletakkan gunting dan bunga anggreknya di meja, urung untuk memotong bunga dan akhirnya berdiri dari tempat duduknya.

"Mbak, kan bulan depan ada anak didik Ayah dulu yang mau ketemu sama Kamu, kenapa sekarang malah ingin bertemu dengan laki-laki dari aplikasi kencan kamu itu?"

"Nggak enak kalau mau ngebatalin Bu, kadung janji dan... Aku janji sama Ibu, kalau kali ini Aku tertipu lagi, Aku tidak akan melakukan pertemuan lagi dengan laki-laki dari datting apps, Aku janji Bu." Dengan wajah serius Arianna berucap, berharap sang Ibu meluluskan permintaannya.

"Ya sudah Mbak, terserah." Jawaban pasrah pun keluar, percuma juga menahan putrinya yang keras kepala itu. Mau berusaha untuk bertemu jodohnya saja sudah Ibu syukuri karena, semenjak ditinggal menikah oleh mantan pacarnya dulu, Arianna seperti antipati dengan laki-laki, membuat Ibu, Ayah dan dua saudaranya khawatir.

"Hati-hati."

"Iya Bu." Balas Arianna yang kemudian mencium punggung tangan sang Ibu, mengambil high heelsnya di almari sepatu. Melangkah keluar, duduk sebentar di teras rumah dan memakai high heelsnya. Masuk ke dalam mobil, melajukan mobilnya ke Pierre restaurant.

Perjalanan menuju restoran begitu lancar, tidak ada drama kemacetan yang biasa terjadi di ibukota. Mobil Arianna pun sampai dengan selamat.

Mematikan mesin mobil, mengambil tasnya yang Dia letakkan disebelah kursi kemudi. Mengambil pouch dan melakukan touch up diwajah, make up tipisnya Dia perbaiki sedikit. Setelah yakin dengan penampilannya. Melangkah masuk ke dalam restoran, ada seorang pelayan restoran yang menyambut.

"Reservasi atas nama Pak Baskoro." Ucap Arianna. Baskoro yang mengiyakan pertemuan itu, melakukan reservasi atas nama dirinya, mengatakan kepada Arianna untuk menunggu karena ada meeting yang harus Dia lakukan.

"Iya Bu, mari silahkan." Dengan ramah dan sopan, si pelayan mengantar Arianna masuk ke dalam restoran. Dua kursi yang saling berhadapan, meja yang Baskoro pesan pun dekat dengan taman restoran yang terlihat indah dan cantik, mejanya pun tampak berbeda dari meja yang lain dan, hanya ada meja itu di dekat taman yang indah itu.

"Mejanya jauh dari meja-meja yang lain ya." Gumam Arianna yang kemudian duduk, merasa heran tapi juga senang. Senang karena pemandangan yang memanjakan mata tapi...agak aneh saja rasanya karena terlihat jauh dari meja-meja yang lain.

"Iya Bu, ini sudah sesuai dengan permintaan Bapak Baskoro."

"Oh, iya." Balas Arianna dengan senyum tipisnya.

"Ibu ingin pesan terlebih dahulu?"

"Ehmm... Saya pesan minuman saja dulu ya."

"Baik Bu, silahkan." Si pelayan yang kemudian menyerahkan buku menu, Arianna yang kemudian memesan segelas jus jeruk sunkist.

Berdiri dari tempat duduknya, berjalan sambil melihat beberapa bunga yang menghiasi taman, jadi teringat pada sang Ibu yang suka mengoleksi tanaman dan bunga, pasti senang jika diajak ke tempat ini, pikir Arianna saat itu. Melihat dan mengagumi, Arianna tidak sadar jika ada sepasang mata yang melihatnya sampai akhirnya,

"Anna."

Sapaan yang membuat Arianna menoleh dan....

"Ya Tuhan." Batin Arianna dengan wajah terkejutnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status