Share

Bab. 3

"Anna." Panggilan yang terdengar familiar. Familiar karena keluarga dan kerabatnya yang memanggil Arianna dengan sebutan Anna....tapi... bukankah kemarin waktu di chat, Dia juga sudah memanggil Arianna dengan panggilan 'An'?

Ah, apapun itu, saat ini Arianna merasa tidak percaya dengan apa yang Dia lihat. Seorang CEO muda yang kemarin Dia cari profilnya lewat g****e ternyata benar adanya dan, Dia lebih tampan daripada yang ada di foto.

"Sudah lama ya?"

"Oh... nggak, baru saja kok."

"Suka sama tanaman ya?"

"Ehmm, nggak juga, Ibu saya yang suka, kalau Saya hanya sebagai pemuja keindahannya saja." Balas Arianna dengan tersenyum tipis disertai grogi yang mendominasi.

"Masih mau menikmati pemandangan taman?"

"Oh... nggak, Kita duduk saja." Arianna yang kemudian melangkahkan kakinya menuju meja yang sudah dipesan oleh Baskoro.

"Sudah pesan?"

"Tadi sudah pesan minuman tapi belum diantar."

Mengangkat tangan kirinya dan langsung datang seorang pelayan.

"Iya Pak."

"Pesanan teman Saya belum diantar." Ucap Baskoro sambil meminta buku menu yang pelayan bawa.

"Iya Pak maaf, itu baru saja selesai dibuat." Balas si pelayan sambil menunjuk ke salah satu temannya yang sedang berjalan kearah meja Baskoro dengan membawa segelas jus Sunkist. Baskoro yang kemudian menganggukkan kepala saat menyadari minuman Arianna sudah datang.

"Mau makan apa An?" Baskoro yang langsung bertanya.

"Aku kue saja."

"Kue? jangan kue, ini itu sudah jam makan siang An."

"Ehmm...." Arianna yang masih berpikir.

"Pasta ya, Saya juga mau makan pasta, atau... Kamu mau pilih yang lain?" Baskoro yang kemudian meminta si pelayan memberikan buku menu ke Arianna.

"Pasta juga boleh, pasta saus pesto saja."

"Oke, kuenya juga boleh lho An, mau kue apa?"

"Tidak, pasta saja sudah cukup."

"Ok." Balas Baskoro yang kemudian menyerahkan buku menu ke si pelayan. Pelayan pun undur diri, meminta Baskoro dan Anna untuk menunggu.

"Silahkan diminum jusnya."

"Oh, iya." Arianna yang kemudian mengambil jus dan menyesapnya dengan anggun.

"Lagi sibuk apa An?"

"Aduhhh, kenapa Tuan Baskoro ini sok dekat banget ya, kenapa manggilnya harus itu sih?!" Suara hati Arianna yang memprotes panggilan kesayangan yang biasa keluarganya sematkan untuknya, merasa aneh saja saat orang yang baru saja Dia temui memanggilnya dengan panggilan 'An'.

"Kalau dibilang sibuk sih...nggak ada kesibukan yang menuntut Saya tapi, Saya menulis cerita dirumah."

"Oh, penulis ya?"

"Iya, bisa dibilang begitu." Balas Arianna sambil tersenyum ramah.

"Kapan Kita mau menikah?"

Pertanyaan yang membuat Arianna membulatkan mata. Kenapa Arianna seperti mengulang kejadian yang sama, pertanyaan ini pun Dia dapatkan dari laki-laki yang bernama Tomo. Apakah laki-laki yang memiliki nama berakhiran- O itu memiliki tipe pertanyaan yang sama?

"Nikah?"

"Iya, tujuan Kamu mengunduh aplikasi kencan itu untuk mendapatkan pasangan bukan?"

"Iya tapi tidak secepat seperti yang..." Arianna yang sempat menjeda ucapannya, bingung akan memanggil apa pada Tuan Baskoro ini.

"Mas, Kamu bisa memanggil Saya dengan sebutan Mas." Baskoro yang mencoba untuk lebih mengakrabkan diri.

"Oh...iya Mas Baskoro."

"Jadi kapan dan tanggal berapa Kita akan menikah?" Lagi-lagi, pertanyaan to the point' yang membuat Arianna menipiskan bibir.

"Maaf Mas, tujuan Saya bergabung di aplikasi kencan ini memang untuk mencari pasangan tapi, tidak langsung seperti ini."

"Kenapa? apa Kamu ragu dengan Saya? Kamu pasti sudah tahu siapa Saya kan? apalagi yang Kamu cari? Saya Kaya, kehidupan kamu pasti akan terjamin, Saya juga tampan, fisik Saya sempurna, bukankah Saya tidak ada cela?" Sebuah ungkapan pemujaan terhadap diri sendiri yang membuat Arianna menjadi kurang respect dengan laki-laki dewasa yang sedang duduk dihadapannya saat ini.

"Iya, secara sekilas Mas Baskoro memang terlihat sempurna, tapi bukan berarti Kita langsung menikah kan?"

"Oh... jangan-jangan Kamu hanya ingin bermain-main saja dengan para laki-laki ya, merasa cantik kemudian dengan sesuka hati mempermainkan perasaan para pria yang memujamu? atau Kamu seorang wanita yang mempunyai paham gold digger?"

"What? Mas bicara tentang siapa?" Tanya Arianna yang sudah mengernyitkan keningnya, ingin rasanya Dia mengumpat pada laki-laki yang katanya sudah dewasa dan mapan itu.

"Ya bicara tentang kamu lah."

"No, Mas sudah terlalu menyerang Saya."

"Loh...menyerang bagaimana sih An? Aku bertanya soal kapan Kita menikah karena dalam bio Kamu menceritakan kalau Kamu sedang mencari pasangan yang serius sama kamu, tapi setelah Saya tanya soal pernikahan, kamu malah tidak mau. Oh...atau, Kamu hanya ingin mencari seorang laki-laki yang mau diajak untuk bersenang-senang kemudian menguras habis uang dari kartu kredit Saya?" Sebuah prasangka yang sudah mengaduk-aduk emosi Arianna.

"Benar Saya mengunduh aplikasi datting karena untuk mendapatkan pasangan yang serius tapi, tidak harus serta-merta Kita menikah kan? Saya belum mengenal Mas dan begitupun juga dengan Mas Baskoro, Kita tidak saling mengenal. Bagaimana mungkin Saya langsung menetapkan tanggal untuk Kita menikah?!"

"Bukannya kamu sudah mengenal Saya? banyak artikel tentang Saya kan? Saya yakin Kamu sudah membacanya." Masih dengan ekspresi wajah dingin, dan kata-kata yang menusuk hati.

"Iya, Saya memang membaca beberapa artikel tentang Mas Baskoro tapi Saya butuh waktu untuk mengenal, Mas ngerti kan maksud Saya."

Merasa bahwa dirinya orang terpandang dan kaya raya, Baskoro mengira jika Arianna akan dengan mudah mengatakan iya. Mendapatkan seorang pangeran yang kaya raya dan langsung diajak menikah, bukankah itu suatu anugerah yang tidak semua orang dapatkan?

"Baiklah, Kita pengenalan terlebih dahulu." Balas Baskoro dengan begitu entengnya. Tidak perduli dengan semua prasangka yang baru saja terlontar dari mulutnya. Perbincangan itupun terjeda dengan datangnya makanan dan minuman yang Baskoro pesan.

"Ayo dimakan An." Baskoro yang mulai menyuap pastanya ke dalam mulut dan Arianna terlihat memainkan makanannya. Moodnya untuk makan sudah hilang. Kenapa pria kaya yang ada didepannya saat ini terlihat arogan dan menyebalkan. Wajah tampannya pun mulai terkikis oleh rendahnya prasangka yang Baskoro lontarkan padanya.

"Kenapa? apa Kamu mau pesan yang lain?"

"Tidak." Balas Arianna yang kemudian menyuap pastanya kedalam mulut tapi tenggorokannya terasa berat untuk menelan. Meminum air putih yang disediakan oleh pihak restoran. Rasa tidak nyamannya mempengaruhi selera makannya saat ini.

"Menurut Kamu, pernikahan bahagia itu ada tidak?" Baskoro yang bertanya disela makan mereka.

"Saya belum pernah menikah jadi Saya tidak tahu kebenarannya tapi, melihat kedua orang tua Saya...saya pikir, pernikahan yang bahagia itu ada."

Lagi-lagi, pertanyaan yang pesimis menjadi topik yang menarik untuk Baskoro ulas.

"Menurutmu pernikahan itu bagaimana? Apakah cinta dan kasih sangat kamu perhatikan?"

"Ehmm...iya tentu saja tapi, pernikahan itu kompleks, bukan hanya romansa dan cinta yang penuh suka dan cita tapi, tanggungjawab seumur hidup dan ibadah yang sangat berpahala tentunya."

"Apa yang membuat Kamu ingin segera menikah dan...apa yang mendorong kamu untuk menggunakan datting apps sebagai jalan untuk bertemu dengan orang yang kamu pikir itu adalah jodohmu. Apa karena umur? Tuntutan dari orang tua atau... karena ada adik yang akan menikah dan Kamu harus menikah duluan agar tidak terkena tulah dari orang jawa yang pernah bilang kalau pamali seorang adik menikah duluan?"

Menyungingkan senyuman, sungguh laki-laki didepannya ini seperti seorang pimpinan yang sedang mewawancarai calon karyawannya.

"Orang tua Saya tidak menuntut Saya untuk menikah walaupun terkadang ada kolega dari Ibu dan Ayah Saya yang berkenalan dengan Saya. Adik perempuan saya pun sudah menikah dan Dia sudah memiliki seorang putra yang lucu." Jawab Arianna sembari menyesap jus jeruk sunkistnya.

"Pernah kecewa dengan pasangan?" Pertanyaan Baskoro yang lagi-lagi membuat perut Arianna menjadi mulas.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status