Share

Jodoh Datting Apps
Jodoh Datting Apps
Penulis: Someone

Bab 1

Jadi kapan Kita akan menikah? bagaimana kalau bulan depan?"

"Hah? menikah?"

"Iya, Kamu serius dengan hubungan Kita ini kan? Aku sudah bilang ke bapak sama Ibuku, mereka setuju Aku menikah."

"Iya, tapi..."

"Tapi apa? apa Kamu mau Kita untuk berkenalan terlebih dahulu? bukankah chat kita selama satu Minggu ini sudah cukup untuk Kita berkenalan?"

"Iya sih tapi...."

"Tapi apalagi? apa Kamu menyangsikan kesungguhanku? dalam bio mu dan dalam chat Kita kemarin, Kamu pengen serius kan? giliran Aku seriusi Kamu malah ragu, gimana sih?"

Terlihat kesal, laki-laki yang terlihat lebih tua dari Ariana ini begitu semangat ingin segera menikahi Arianna. Kacamata tebal, kemeja lengan panjang dan celana halus, sepatu kulit berwarna hitam, terlihat formal menempel di tubuh laki-laki itu.

"Jadi kapan? atau.... Kamu mau kita nyicil dulu." Sambil alisnya naik turun, bibirnya menyeringai menjijikka*.

"Nyicil apa?"

"Nyicil dihotel gitu, mencoba mengenal satu sama lain dengan lebih intim. Tenang saja Saya yang bayar. Mau kamar apa? yang pakai AC? yang pakai air panas? atau kamar yang biasa saja dengan suara kipas angin yang kencang biar suara Kita tidak didengar sama kamar sebelah?" Lagi-lagi, laki-laki berkacamata yang mengaku bernama Dikta itu bertanya dengan senyuman aneh.

"Dengar ya, siapa namanya, ehmm...Dikta ya?"

"Hehe, Dikta itu nama di aplikasi, nama asliku Tomo."

Ya ampun, namanya saja jauh banget dari aslinya. Membuat Arianna memutar bola mata malas. Wajah yang digunakan memang memakai kacamata dan, parahnya, wajah profil yang digunakan adalah wajah salah satu penyanyi dan juga pemain film, yaitu wajah Pradikta Wicakson* yang identik dengan kacamatanya. Gila nggak tuh, beda sekali dengan kenyataan. Bagaikan langit dan bumi.

"Jadi begini ya Mas Tomo, Saya tidak mau meneruskan perkenalan Kita ini."

"Lhoh....kenapa? Saya ini orang kaya lho, Saya, sawah Saya di desa berhektar-hektar. Ibu dan bapak saya juga sudah setuju untuk menikah dan...asal Kamu tahu ya.

.." Ucap laki-laki yang bernama itu yang menjeda ucapannya, melihat ke kanan dan ke kiri, meminta Ariana untuk mendekat tapi, Arianna menggelengkan kepala, ogah jika harus dekat-dekat dengan laki-laki pembohong itu.

"Asal kamu tahu, punyaku itu gede alias diatas rata-rata." Ucapnya pelan, membuat Arianna mengernyitkan keningnya.

"Maksudnya?"

"Ck! Masak situ ndak tahu maksud Saya. Kamu itu kan perempuan dewasa ya, masak tidak ngerti maksud Saya, punya Saya gede lho, beneran." Ucap Tomo dengan ekspresi wajah serius tapi....hiiiii jijik bingits!

"Nggak." Sambil Arianna menggelengkan kepala.

"Itu...punya Saya alias bukti kejantanan Saya." Sambil Tomo melihat kearah bawah, tepatnya ke celananya.

Menipiskan bibir, dahi Arianna juga berkerut, merasa jika Dia harus menyudahi pertemuan ini. Omongan laki-laki yang bernama Tomo ini sudah benar-benar gila!!!!!

"Mas Tomo, Saya tidak bisa melanjutkan pertemuan ini, Saya permisi ya."

"Eh...eh...tunggu dulu, jangan langsung pergi dulu. Kita belum ngapa-ngapain lho, Kita juga belum check-in."

Tomo yang menahan Arianna sambil memegang tangan Arianna.

"Lepasin! Kamu jangan macam-macam!" Arianna yang kemudian mengibaskan tangannya hingga genggaman Tomo terlepas.

"Saya mau pergi!"

"Dasar sok cantik! jual mahal pula! Eh, kalau memang situ laku, ngapain harus repot-repot cari jodoh lewat aplikasi datting?!" Tomo yang terlihat emosi tapi Arianna tidak menggubrisnya, Dia terus melangkah menuju parkiran. Memasuki mobil Honda New jazznya. Mobil keluaran dua ribu sepuluh itu menjadi alat transportasi Arianna.

Mengumpat didalam mobil, merutuki kebodohannya karena sudah percaya dengan bio palsu yang Tomo punya. Kenapa juga Dia bisa sehopeless ini, sampai harus mengunduh aplikasi dating.

Saat ingin menyalakan mobil, Dia melihat Tomo berjalan menuju area parkir, Arianna sempat bingung, takut jika Tomo melihatnya tapi... ternyata Tomo terus berjalan dan melewati mobil Arianna, berdiri sebentar dan kemudian, ada seorang ojek online yang menghampirinya dan...tentu saja si Tomo langsung naik ke motor si Abang ojol.

"Dasar kampre*! ngakunya punya sawah berhektar-hektar, Dih! sial banget Aku!" Kesal Arianna yang kemudian menyalakan mesin mobilnya, melajukan ke arah rumah.

Waktu terus berlalu, sudah dua minggu ini Arianna tidak membuka aplikasi dattingnya, rasanya malas jika harus bertemu dengan laki-laki macam Tomo atau bisa jadi lebih parah daripadaTomo. Arianna yang berkidik membayangkan itu semua. Menghadapi Tomo saja Dia sudah pusing dan kesal. Hingga suatu ketika, ada chat yang membuat Dia membulatkan kedua bola matanya, ada chat dari laki-laki yang bernama Baskoro. Baskoro putra Wijaya, laki-laki berumur empat puluh satu tahun. CEO disalah satu perusahaan besar di ibukota.

Baskoro menyukai profil Arianna dan langsung memulai chat. Arianna yang memiliki pengalaman tidak mengenakan dengan laki-laki sebelumnya menjadi enggan untuk membalas.

"Males ah, ngakunya CEO, jangan-jangan nanti Dia...., ah sudahlah lupakan An, mungkin jodoh kamu bukan dari datting apps." Monolog Arianna yang kemudian memilih keluar kamar. Melangkahkan kakinya ke ruang makan karena sang Ibu sudah memanggilnya untuk makan.

"Makan yang banyak Mbak, jangan cimit-cimit gitu makannya." Sang Ibu yang mengomentari porsi dan cara makan Arianna yang ogah-ogahan.

"Lagi mengurangi makan Bu, apalagi ini sudah malam." Dalih Arianna, padahal Dia memang tidak berselera untuk makan.

"Ya kalau makan malam itu waktunya malam, kalau pagi namanya sarapan." Balas sang Ibu sambil menyuap makanannya.

Makan bertiga, tampak sang Ayah yang dengan sabar mendengarkan perbincangan antara Ibu dan Arianna. Tersenyum saat dua perempuan itu saling menyanggah ucapan.

"An." Suara sang Ayah yang menghentikan ucapan Arianna yang sedang menyanggah ucapan sang Ibu.

"Iya Yah."

"Ada murid Ayah dulu yang mau ketemu Kamu, apa kamu mau menemuinya?"

Akhirnya, sang Ayah yang memulai lagi bicara tentang perjodohan.

"Kapan Yah?"

"Bulan depan."

"Ayah ini, orang datangnya masih bulan depan kok sudah di kasih tahu sama Anna." Ucap Ibu.

"Dia sedang ditugaskan untuk mengajar di Belanda Bu, bulan depan baru bisa pulang."

"Oh." Ibu yang hanya ber-oh ria.

"Bagaimana An?"

"Iya Yah, Anna mau."

"Dih! Mbak ini ya, langsung bilang mau aja sih?!" Ibu yang sedang ingin bercanda dengan putri ke duanya.

"Ibuuuuu." Balas Anna dengan mulut cemberut, membuat Ayah dan sang Ibu tersenyum.

Arianna memang tidak biasanya langsung mengiyakan saat sang Ayah mengutarakan jika akan ada seseorang yang datang berkunjung dan berkenalan dengan dirinya. Tapi, saat ini, Arianna sepertinya sudah menyerah dengan usahanya sendiri. Mengiyakan ucapan sang Ayah adalah jalan terbaik, berharap menjadi salah satu ikhtiar menjemput jodohnya. Paling tidak, mantan murid sang Ayah itu orang terpelajar dan tidak membual seperti jodoh dari datting apps yang baru saja Dia unduh.

"Yah, mantan murid Ayah itu umur berapa Yah?"

"Cie-cie, penasaran ya?" Lagi-lagi sang Ibu yang membuat Arianna malu, pipinya juga sudah merona merah.

"Seumuran sama Kamu."

"Hah? beneran Yah?" Arianna yang terlihat sumringah, merasa aman jika umurnya seumuran, paling tidak, Dia tidak akan kehabisan topik saat mengobrol nantinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status