Share

Bab. 7

Menoleh ke arah suara Ibu. Tampak Ibu dengan wajah yang bermuka masam, sedang berdiri didepan pintu rumah.

"Ibu." Arianna yang kemudian berjalan mendekati sang Ibu.

"Kok baru pulang? ini sudah jam delapan malam lho."

Ya, jam delapan malam tapi, sang Ibu tercinta sudah terlihat masam saat sang putri tercinta baru pulang.

"Maaf Bu, tadi..."

"Maaf Bu, Saya yang membuat Arianna pulang terlambat." Ucap Baskoro yang menyela ucapan Arianna, saat ini Baskoro juga sudah berdiri disebelah Arianna.

Baskoro, masih menggunakan baju formal, kemeja dan celana halus, sepatu hitam yang juga terlihat formal.

"Anda?"

"Saya Baskoro Bu." Sambil tangannya terulur ingin memperkenalkan diri. Ibu yang kemudian menerima uluran tangan itu.

"Maaf, tadi Saya mengajak Anna untuk menemani Saya ke pembukaan gedung baru untuk perusahaan Saya."

"Oh ya?" Balas Ibu sambil melihat sekilas ke sang putri.

"Mas, sudah malam, apa tidak sebaiknya kalau Mas balik?" Meringis, Arianna tampak gugup dan bingung.

"Oh iya, sudah malam, kalau begitu, Saya permisi ya Bu, Ann."

Tersenyum melihat Ibu dan Arianna membalikkan badan dan berjalan menuju mobilnya, tampak kemudian sang sopir yang membukakan pintu. Mobil Arianna juga sudah diparkirkan dengan sempurna ditempatnya.

"Hati-hati ya Mas." Teriak Arianna sembari melambaikan tangan, Baskoro membalas lambaian tangan itu dengan senyuman dan....

Baskoro malah tidak jadi masuk kedalam mobil, Dia berjalan kembali ke rumah Arianna, membuat Arianna dan sang Ibu saling pandang.

"Lhoh Mbak, ngapain Dia balik lagi?" Tanya Ibu dengan suara lirih.

"Nggak tahu Bu."

"Dia teman dari datting apps?"

"Iya."

"Ya ampun, mana Ayah nggak ada dirumah, Dia pria jahat nggak sih?"

Percakapan Ibu dan anak yang sedang kebingungan, jarak mobil Baskoro dan rumah Arianna memang butuh beberapa langkah, Arianna dan sang Ibu bisa saling tanya tanpa takut Baskoro mendengarnya.

"Maaf Bu, boleh kah Saya bicara sebentar dengan Arianna?" Tanya Baskoro yang membuat Ibu mengalihkan pandangannya ke Arianna.

"Ann?"

"Iya Bu, nggak apa-apa."

"Ya sudah, Ibu masuk ke dalam ya, cuma diruang tamu, mau ngecek bunga anggrek yang tadi Ibu pasang di vas."

Sang Ibu yang kemudian berjalan masuk, menuju ruang tamu, ruang dimana Ibu bisa saja mendengar percakapan Arianna dan Baskoro.

"Maaf Ann tapi...Kita belum bertukar nomor."

Meminta untuk bertukar nomor telfon karena, Baskoro dan Arianna memang hanya berkomunikasi via chat dari aplikasi datting.

"Harus... tukeran nomor ya?"

"Kenapa? Kamu keberatan?"

"Ehmm...."

"Ya sudah, kalau Kamu keberatan, tidak apa-apa."

"Oh, Oke Mas." Balas Arianna yang malah terlihat senang saat Baskoro menerima keputusannya untuk tidak memberikan nomor telfonnya.

"Baiklah, Saya malah bisa sering -sering kesini, kalau perlu, Saya akan kesini sambil membawa hantaran dan..."

"Stop!" Ucap Arianna dengan mata membulat lucu, membuat Baskoro mengulum bibir dan menahan senyum. Kata hantaran yang berarti kalau Baskoro akan menseriusi Arianna, membuat perempuan yang sebenarnya sudah ingin menikah itu jadi takut sendiri.

"Jadi?"

"Ok Mas."

Jawaban Ok yang berarti Arianna mau dan legowo memberikan nomor telfonnya.

"Ini, silahkan tulis sendiri." Baskoro yang kemudian memberikan ponselnya ke Arianna. Berdiri sambil memasukkan kedua tangannya ke saku celananya, menatap lekat ke arah Arianna yang terlihat serius menekan tombol nomor dilayar ponsel Baskoro.

"Ini." Ucap Arianna dengan raut wajah masam.

"Kok begitu ekspresi wajahnya, Kamu marah Ann?"

"Kalaupun Saya marah, Mas tidak perduli kan?"

"Yah...kok jadi marah beneran, ya sudah Saya minta maaf."

"Maaf Ann." Baskoro yang kemudian mengulurkan tangan, meminta untuk dimaafkan, permintaan maaf yang direalisasikan dengan jabatan tangan, tanda jika Arianna benar-benar menerima permintaan maafnya.

Mengulurkan tangan, menjabat tangan Baskoro.

"Maaf ya."

"Iya."

Melepaskan tangan, berpamitan, kali ini benar-benar pamit pulang, Baskoro juga berpamitan dengan Ibu Arianna yang sedari tadi mendengar percakapan antara Baskoro dan Arianna. Melangkahkan kaki, menuju ke mobil, sekali lagi, sang sopir membukakan pintu. Menoleh sebelum masuk ke mobil tapi...Arianna tidak menunggu Baskoro pergi dari pekarangan rumah, Arianna sudah masuk ke dalam rumah, hanya Ibu yang masih berdiri memperhatikan Baskoro.

Tersenyum, entah Ibunya Arianna lihat atau tidak, Baskoro tersenyum ke arah Ibunya Arianna baru kemudian masuk ke mobil, Baskoro pergi dari pekarangan rumah Arianna.

"Mbak, Mbak!" Suara Ibu Arianna yang terdengar nyaring, beliau pun berjalan menuju ruang tengah, tidak mendapati sang putri di ruang tengah, Sang Ibu pun beranjak ke ruang makan dan... benar saja, Arianna sedang duduk diruang makan sambil duduk dan meminum segelas air putih.

"Mbak, itu tadi siapa?" Tanya sang Ibu yang kemudian duduk di sebelah Arianna.

"Baskoro putra Wijaya, Bu."

"Lha iya tapi, Dia itu siapa? Dia benar-benar teman datting apps Kamu?"

"Iya, Dia anak konglomerat Bu."

"Hah? anak konglomerat?"

"Iya."

Hening, Arianna dan sang Ibu, tidak berbicara lagi. Kata anak konglomerat membuat Sang Ibu sangsi, takut jika sang putri terluka kembali. Arianna yang pernah ditinggal menikah oleh sang pujaan hati, Pria yang meninggalkan Arianna juga putra orang terpandang, mungkin tidak bisa dibilang keluarga konglomerat seperti Baskoro tapi, alasan perjodohan karena sama-sama dari keluarga terpandang membuat sang Ibu sakit hati.

"Ya sudah Mbak, Kamu istirahat ya."

"Iya Bu, Aku ke kamar ya."

"Iya."

Berjalan menaiki tangga, membuka pintu kamarnya dengan malas, menghamburkan tubuhnya dikasurnya yang empuk.

Menghela nafas panjang, mengingat kembali apa yang baru saja terjadi, benar-benar diluar ekspektasi. Menemui dua orang berbeda lewat aplikasi datting, keduanya mempunyai keunikan tersendiri, si Tomo yang berakting sok kaya dan malah mengajak yang bukan-bukan, si Baskoro yang memang terlanjur kaya dari lahir dan langsung memperkenalkan ke beberapa temannya kalau Arianna adalah calon istrinya. Memejamkan mata sejenak, tidak bermaksud untuk tidur, hanya ingin sembunyi sejenak dari kenyataan hidup, merasakan sejenak kegelapan karena menutup mata itu juga menyenangkan.

"Ping!" Suara ponsel Arianna, membuat Arianna membuka mata, teringat akan ucapan sang Ibu yang mengatakan, kalau sang Ayah sedang pergi dan belum kembali. Berpikir jika dering notifikasi itu adalah pesan dari sang Ayah yang biasanya menanyakan mau dibawakan oleh-oleh apa. Sudah besar alias dewasa tapi, sang Ayah tetap menganggap Arianna itu putri kecilnya yang kalau sang Ayah pergi maka, wajib untuk membawakan oleh-oleh.

"Ayah." Gumam Arianna sambil tersenyum, merasa bahagia dengan perhatian sang Ayah tercinta. Membuka tasnya dan mengambil ponselnya, membuka layar dan....ada nomor tanpa nama yang mengirim pesan.

"Siapa ya?" sambil Arianna membuka pesan itu.

membulatkan mata, merasa jika sang pengirim salah mengirim pesan.

"Tidak, tidak mungkin, tidak mungkin ini Dia, mana mungkin ini Dia, tidak." Arianna yang kemudian meletakkan ponselnya di meja riasnya, matanya terpejam karena ingin kembali ke dunia nyata, dunia dimana nama dari pengirim pesan itu tidak seharusnya mengirimkan pesan itu, pesan yang membuat Arianna semakin membenci.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status