Share

Bab. 6

"Jadi kapan? apakah dalam waktu dekat?"

"Saya...Saya buk...."

"Hai, pada ngomongin apa ini? Kamu jangan ngomong yang aneh-aneh ya Bim."

Baskoro yang tiba-tiba datang, membuat percakapan Bima dan Arianna terhenti.

"Nggak, Aku malah ngomongin yang pasti-pasti, kapan Kamu akan nikah." Ucap Bima yang membuat Baskoro menelan ludah.

"Gimana? kapan nih?" Bima yang menarik turunkan kedua alisnya, tersenyum sambil menatap Baskoro dan Arianna secara bergantian.

"Nanti juga dikasih tahu, Kamu tenang saja." Baskoro yang kemudian duduk disebelah Arianna.

"Mas, Saya pulang ya."

"Oh iya, Mas antar ya."

Baskoro dan Arianna yang kemudian berdiri dari tempat duduk mereka.

"Lhah, kok malah pada pergi? Kita kan belum lama ngobrolnya."

"Ngobrol? ngobrol sama siapa?"

"Ya sama calon istri CEO, Ibu Arianna."

"Heh, jangan kurang ajar sama calon istri ku ya."

"Aduh-aduh galak amat sih, jagain tuh calon istrinya, jangan sampai kabur lagi kayak kemaren, hehe." Bima yang bergegas pergi meninggalkan Baskoro dan Arianna.

"Dasar, kalau nggak inget Budhe, sudah Aku pecat Dia." Gumam Baskoro.

Arianna tidak mau ambil pusing dengan pernyataan yang Bima ucapkan, tidak terganggu dan tidak mau tahu dengan kalimat 'jangan sampai kabur lagi kayak kemarin ', toh Arianna bukan siapa-siapanya Baskoro jadi tidak perlu dan tidak mau untuk mengkonfirmasi.

"Ayo An, Aku antar pulang."

"Nggak usah Mas, biar Saya pulang sendiri saja, lagian mobil Saya kan sudah ada diparkiran."

Diam, menatap Arianna lekat, membuat Arianna mengulum bibir, untuk sesaat, Arianna mengalihkan pandangannya ke objek yang lain.

"Mas kenapa ngelihat Saya kayak begitu sih?" Tanya Arianna dengan senyum yang meringis, merasa aneh dan tidak nyaman sama sekali.

"Kenapa tidak mau Saya antar, apa Kamu takut kalau Ayah dan Ibu Kamu tahu tentang hubungan Kita?" Masih dengan tatapan mata lekat, membuat Arianna menghela nafas. Ditatap lekat saja sudah berhasil membuat Arianna salah tingkah, ini malah diberi pertanyaan yang tidak masuk akal. Arianna, takut jika kedua orang tuanya menanyakan hubungan? ya ampun, apakah Baskoro ini sedang sakit jiw*? uups! kebangetan nggak sih ini tapi....orang mana yang mau diajak nikah hanya dengan perkenalan beberapa jam saja, mana ada coba?!!!!!

Kalaupun sudah pengen banget alias ngebet pengen nikah ya.... nggak gini-gini amat kan? Ya Tuhan, Arianna sungguh-sungguh sangat kesal.

"Mas, Aku tuh bingung ya sama Kamu, bukan, bukan bingung tapi, lebih tepatnya kesal sama Kamu. Dari tadi Mas sudah mengklaim secara sepihak kalau Saya adalah calon istri Kamu, bahkan teman Mas saja langsung menanyakan tanggal pernikahan. Mas, nikah itu bukan permainan, nggak seenaknya saja Kita ketemu terus langsung nikah." Ucap Arianna dengan ekspresi kesal tentunya tapi, volume tetap rendah, takut jika terdengar oleh orang lain.

"Dengan semua kelebihan yang Saya miliki, apa tidak cukup buat Kamu yakin untuk menikah dengan Saya?"

Menghela nafas, lagi-lagi gold money yang Baskoro miliki, membuatnya begitu yakin jika Arianna mau diajak menikah dengan hanya satu kali pertemuan.

"Mas, maaf ya, nggak semua perempuan bisa tergiur dengan status ataupun kekayaan yang Mas miliki."

"Dan Kamu salah satu diantara semua perempuan itu?"

"Iya." Dengan tegas Arianna berucap.

"Ok, ayo Kita pulang." Baskoro yang kemudian bangun dari tempat duduknya, berdiri menunggu Arianna yang hendak berdiri dari kursinya dan... keduanya pun berjalan beriringan keluar dari gedung.

"Sopir Mas dimana ya?"

"Takut banget kalau Saya antar ya?"

"Ya... nggak gitu juga tapi....Ibu saya galak, akan banyak pertanyaan yang akan memborbardir Mas nantinya." Ucap Arianna dengan tawa kecil mengiringi, kekesalannya tertimpa dengan bayangan ekspresi sang Ibu jika bertemu Baskoro nanti.

"Tidak apa-apa, Saya siap."

"Hah?!" Kening Arianna mulai berkerut.

"Lhoh, beneran ini Ann, Aku tidak sedang bercanda, Aku serius, serius ingin mengajak kamu menikah."

Gila, pria dewasa yang sedang dihadapi Arianna saat ini memang benar sakit jiw*. Apa ini yang namanya urgent seperti chat yang baru saja Dia kirimkan kemarin, urgent untuk segera menikah?!

"Mas jangan membuat Saya takut ya."

"Kenapa Kamu takut sama Saya Ann?"

"Ya ... karena Mas Baskoro tiba-tiba benar-benar ngajakin Aku nikah."

Baskoro yang kemudian tertawa kecil, membuat Arianna terpesona untuk sesaat karena, tidak bisa disangsikan kalau sebenarnya, Baskoro ini memang rupawan.

"Baiklah, Saya tidak akan terburu-buru tapi, ijinkan Saya untuk mengantar Kamu pulang, Saya juga tidak akan bilang sama Ayah dan Ibu Kamu kalau Saya ingin meminang putrinya."

"Beneran ya." Ucap Arianna dengan wajah serius tapi terlihat lucu dimata Baskoro.

"Ya tidak untuk hari ini, mungkin besok."

"Mas!"

Tergelak, Baskoro tidak bisa menyembunyikan tawanya saat Arianna mulai membulatkan matanya, terlihat kesal dan gemas.

"Ok fine, hanya mengantar, promise!"

"Beneran ini ya!"

"Iyaa."

Baskoro yang merasa jika Arianna adalah perempuan yang unik dan menarik, kenapa Arianna tidak langsung mengiyakan permintaannya untuk menikah, salah satu hal yang membuat Baskoro penasaran dengan perempuan cantik yang ingin Dia antar pulang saat ini.

Memanggil sang sopir, mobil Baskoro pun diantar ke depan Baskoro langsung, sedangkan mobil Arianna mengikuti dibelakang mobil Baskoro.

"Ayo." Ajak Baskoro yang sudah membukakan pintu mobil untuk Arianna.

"Tapi janji ya, jangan bilang aneh-aneh."

"Iyaa Ann, Saya janji."

Arianna yang percaya dengan ucapan Baskoro, berjalan dan naik ke mobil Baskoro.

Bersama lagi dalam satu mobil, keputusan yang tidak pernah Arianna bayangkan sebelumnya. Dalam bayangannya, Dia hanya bertemu dan makan siang kemudian mengobrol, tidak terpikirkan dalam benaknya kalau ternyata akan sampai selama dan sejauh ini apalagi, sampai-sampai diperkenalkan sebagai calon istri.

"Makasih ya Ann."

"Makasih? untuk?"

"Untuk kebaikan Kamu."

"Kebaikan apa? perasaan Saya nggak ngapa-ngapain, seharusnya Saya yang berterimakasih, karena Mas sudah traktir Saya direstoran mahal."

"Jangan begitu lah Ann, itu restoran juga biasa saja, nggak mewah-mewah amat."

"Buat Saya mewah Mas, seporsi spaghetti yang harganya delapan puluh lima ribu itu termasuk mewah Mas."

"Masak sih, memang biasanya Kamu makan pasta harga berapa?"

"Ihhh...kok jadi investigasi harga? nggak mau jawab ah, yang pasti...harga kaki lima rasa bintang lima."

"Ah, yang benar? yang ada itu ya....ada harga ada rupa. Kalau untuk makanan ya....kalau ada harga ya ada rasa. Kalau murah, pasti rasanya juga biasa saja." Ucap Baskoro, pria mapan yang belum pernah makan jajanan kaki lima.

"Iya-iya, percaya kalau Mas ini sultan, pria kaya yang memiliki golden money yang tak terkira.

"Ya nggak begitu juga Ann, kok terus pakai sebutan golden money."

"Ya Mas Baskoro kan memang dari keluarga kaya raya, dari Kakek sampai kedua orang tua Mas kan kaya raya."

"Iya juga sih tapi....Saya juga bekerja keras untuk perusahaan lho Ann, nggak cuma ongkang-ongkang kaki terus terima uang begitu saja."

"Iya Mas, Aku percaya. Tadi Pak.... ehmm...oh ya, Pak Arya kan juga bilang begitu, perusahaan berkembang pesat karena Mas dan Kakaknya Mas Baskoro."

Tersenyum, bahagia saat kerja kerasnya diapresiasi oleh Arianna, entah mengapa hati Baskoro merasa tenang saat dekat dengan Arianna, tidak merasa seperti laki-laki yang hanya dimanfaatkan status dan kekayaannya saja. Mengobrol seperti dua orang yang sudah akrab padahal, baru beberapa jam lalu mereka bertemu. Sekali lagi mengkonfirmasi soal ucapan terimakasih, ucapan terima kasih karena Arianna tidak langsung menyanggah ucapan Baskoro kepada semua orang yang ada di gedung baru tadi, yang menyatakan kalau Arianna adalah calon istrinya dan, Arianna hanya menjawab 'iya' sambil tersenyum tipis. Sungguh ini adalah keajaiban, Baskoro merasa jika Arianna memang wanita yang tepat dan harus segera Dia miliki sebelum ada orang lain yang akan memilikinya.

Mobil melaju sesuai arahan dari Arianna hingga akhirnya, mobil itu pun sampai di rumah Arianna.

Terlihat asri, ada taman dan juga pohon yang membuat rumah Arianna begitu apik dan hijau. Sangat terlihat jika sang empunya rumah senang dengan tanaman dan bunga.

"Rumah Kamu asri banget." Ucap Baskoro yang kemudian turun dari mobilnya begitu pun juga dengan Arianna.

"Iya dong, rumah siapa dulu." Ucap Arianna sambil tersenyum.

"Kamu juga yang merawat tanaman dan bunga-bunga itu." Ucap Baskoro sambil mengedarkan pandangannya, menikmati pemandangan yang asri dan indah.

"Oh....tentu... tidak, Ibu dan Ayah, mereka berdua sangat suka berkebun."

Melangkahkan kaki dan...

"Kok baru pulang Ann?" Suara sang Ibu yang membuat Arianna dan Baskoro langsung menoleh ke arah sang Ibu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status