Share

Tidak Perlu Pura-Pura, Ayla

"Lo tuh, ya! Dasar sialan!" Kedua tangan Zulaekah sudah menjenggut hijab syar'i yang Ayla kenakan.

Walau sudah memperkirakan di awal, tapi Ayla tetap kaget dengan reaksi Zulaekah. Sempat tatapan mereka beradu dan Ayla sadar jika Zulaekah telah terbakar api kebencian. Pijarnya berkobar. Tak peduli melukai keponakan-keponakan kecilnya yang menangis sambil menarik rok Zulaekah.

"Eama, Eama. Lepaskan Bunda kami!" pekik Yusuf. Tangannya terkepal dan memukul-mukul paha Zulaekah. Ayla semakin bimbang. Ia tak mau Yusuf bersikap tak baik seperti ini. Kadang-kadang orang dewasa bisa bertengkar. Tetapi anak kecil tak seharusnya terlibat. Ayla tak lagi mencoba melerai jambakkan Zulaekah. Dia malah memegang tangan mungil Yusuf. Meminta anak itu berhenti.

Karena tarikkan kuat dari Zulaekah. Hijab syar'i itu terbuka semua. Tanpa sengaja aurat atas Ayla terlihat. Kebetulan di sana banyak sodara-sodara Fawaz yang berkumpul. Melihatnya, Samir--calon suami Zulaekah meneteskan air liur. Sungguh, Zulaekah tidak ada apa-apanya ketimbang Ayla. Netra sepekat malam dengan kulit putih susu terjaga. Jangan lupakan leher jenjang mulus itu.

Samir berniat melerai. Bukan maksud melindungi Zulaekah. Tetapi dia punya misi lain.

"Berhenti!"

"Gak, Mas. Dia harus diginiin biar tahu diri," ucap Zulaekah murka. Ayla meraih hijabnya kembali memakai dengan tergesa dan menatap Zulaekah nyalang.

"Kamu salah Zulaekah. Aku gak layak untuk diperlakukan seperti ini. Karena aku kakak kamu!" bela Ayla tak ingin lemah. Di pundaknya ia membawa nama Fawaz. Akan Ayla tunjukkan dirinya bisa kuat dan tegar seperti pengajaran Fawaz selama ini.

Tapi pembelaan itu sia-sia belaka. Amena yang baru siuman meradang mendengar Ayla sangat berani pada Zulaekah. Semua kata yang tak pantas diucapkan mertua pada mantunya malam ini terlontar dengan mudah. Kata cacian bahkan ancaman jika Ayla sudah tidak dianggap menantu keluarga ini dengan mudahnya terucap. Ayla terdorong dalam gulungan kebenciaan. Dia jadi terpojok tak lagi mampu membela diri. Karena jika ia lakukan, sama saja ia membantah orangtua, bukan?

Ayla cuma bisa memohon sedikit pengertian dari Amena. Namun hasilnya nihil. Ia malah diusir dari rumah megah itu.

"Bunda..!" Yusuf mengepal tangan Balqis yang terlihat ingin menangis. Sampai di luar, tangis anak kecil itu tak mampu lagi di bendung. Mungkin tadi ia mengalami trauma. Entah apa saja kata-kata yang ditangkap ke dalam memori Yusuf juga Balqis. Ayla semakin merasa bernas. Dia, kan sudah tahu sikap keluarga Fawaz. Mengapa masih mengajak anak-anaknya ke sini. Sekarang mereka harus menanggung ketakutan. Mungkin juga, Balqis jadi tak suka dengan neneknya.

"Maaf.., maafin Bunda,ya!" ucap Ayla terjongkok dan memeluk Balqis dan Yusuf secara bersamaan.

Demi memenangkan kedua anaknya. Ayla pergi ke mini market sekedar membelikan es krim kesukaan Yusuf dan Balqis.

Disaat memilih. Ia jadi teringat Fawaz lagi. Biasanya Fawaz yang akan membelikan es krim sedang Ayla dan anak-anak menunggu di depan. Air matanya keluar lagi tanpa komandonya. Melihat Yusuf seorang diri yang menjaga Balqis di depan toko.

'Mas, tolong kembalilah. Aku gak akan kuat hidup tanpa kamu. Anak-anak kita masih membutuhkan kamu, Mas. Mereka butuh sosok kamu untuk tumbuh!'

******

Entah apa yang terjadi, di rumah Amena, keluarga Fawaz melakukan rembukkan dadakan.

Awalnya, mereka sedang makan malam membahas pertunangan Zulaekah dan Samir sebelum tahu-tahu Ayla datang membawa berita buruk. Sekalian saja, mereka memikirkan langkah selanjutnya.

Lama mereka berpikir, hingga akhirnya Zulaekah

menampilkan wajah culasnya. "Umi ... Kak Ayla dan Aa' Fawaz harus kita pisahkan. Nanti, kalau Aa' Fawaz sampai ketemu. Dia mesti menceraikan wanita itu."

Mega Silvia

Eama : Tante

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status