Share

Keadaan Fawaz

Penulis: Mega Silvia
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-09 14:59:09

"Kamu siapa. Kenapa bisa terluka seperti ini?" desis Nimas. Ia melirik ke handuk kecil yang ada di tangannya. Mungkin ia bisa membasuh debu dan helaian daun yang masih menempel di wajah si pria.

Nimas melakukan niatan. Jujur perasaannya berdebar karena pertama kali menyentuh pria-walau sebetulnya handuk itulah yang mengenai kulit pria malang itu.

Nimas terpaku dengan wajah pria itu. Sudah pasti ia pria tampan. Nimas mengakuinya. Bulu matanya lentik dengan hidung bangir. Aura maskulin juga terlihat meski kini ia masih terbaring lemah. Bibir pucat tidak mengurangi sisi kelakian Fawaz.

Nimas bertanya dalam hati. Siapakah nama lelaki itu. Apa gerangan hajat si pria sampai ia berada di hutan ini.

Tidak ada tanda-tanda yang bisa ia dapati di tubuh Fawaz. Karena, Fawaz kebetulan sedang tidak memakai seragamnya.

Nimas menggeleng setelahnya. Ia tahu, bukanlah waktunya mengurusi semua itu. Tapi gadis itu tetap terpaku. Menyaksikan dalam diam semua kejadian di luar nalar meski kini ia menatap korban langsung.

"Eeuuhh..!" rintihan keluar dari sudut bibir si pria. Nimas gugup, ia mengambil handuk itu lagi dan menekan diluka pria itu.

"Sakit,ya. Tunggu sebentar. Abi sedang mencarikan obat buat kamu," tutur Nimas resah. Tak tahu harus melakukan apa. Nimas menggengam tangan si pria itu erat. Pun pria itu membalas pegangan Nimas. Ia mencengkram tangan Nimas seakan mencari pegangan dari rasa sakitnya.

"Sakit... Ahk, sakit!" Fawaz meraung dengan mata terpejam. Dalam tidur menyakitkan itu, ia melihat Ayla menangis di sudut ruang. Ingin sekali Fawaz memeluk sang istri tapi punggung pria lain seolah menghalangi.

"Sakit. Ahk!" jeritnya makin kencang dan serak. Bahkan kuku-kukunya menancap di tangan kecil Nimas. Nimas mengeratkan gigi merasa sakit, tapi anehnya ia tidak bisa menarik tangannya begitu saja.

Nimas tahu, lelaki itu hanya mengekspresikan rasa sakit. Dan ia rela tangannya terluka demi mengurangi rasa sakit itu.

"Kamu kuat. Aku tahu, kamu bisa bertahan!" Semua kata semangat Nimas ucapkan kepada pria yang baru ia kenal.

Tak lama suara langkah kaki menginjak rating kering terdengar. Nimas spontan menoleh. Ia sangat takut jika itu bukan langkah Pak Majid.

"Nimas. Abi sudah mendapatkannya."

Nimas bisa bernafas lega karena ternyata benar abinya. Secepat kilat Nimas menarik tangan dan berdiri.

"Nimas. Tolong tumbuk dedauan ini semua,ya. Dicampurkan. Cepat, Nak."

Nimas menjalani titah sang ayah tanpa banyak tanya. Ia pergi ke dapur dan sebentar saja dedauan herbal itu sudah remuk sehingga siap dipakai.

"Abi. Kok dia bisa kayak gini, sih?" Nimas sekalian menyerahkan ramuan tanaman itu ke tangan ayahnya.

Sembari membalurkan ke luka Fawaz, Pak Majid menceritakan pengalamannya mengapa bisa bertemu pria malang itu.

"Gini, Ndok. Tadi Abi lagi mengitari hutan area timur. Lantas Abi mendengar suara bising. Untung saja Abi membawa senapan. Apa yang Abi takutkan terbukti. Ada seseorang yang sedang diterkam babi hutan. Langsung saja Abi menghunuskan senapan dan menembak mati babi itu. Dan pria malang ini, Abi bawa ke rumah kita."

"Masya Allah, Bi. Jadi dia terluka karena serangan babi hutan?" ulang Nimas tidak percaya. Pantas saja, keadaannya sangat mengenaskan. 

Ya Nimas. Babi-babi itu sangat brutal sekali. Mungkin karena massa kawin atau karena pria ini mengganggu otoritas mereka. Tapi untungnya Abi belum terlambat. Kau tahu, Nimas. Satu menit saja Abi tidak sampai sana. Pria ini sudah dipastikan tinggal tulang saja."

Nimas membulatkan netranya. Kepalanya menggeleng spontan. "Abi jangan bilang gitu. Aku yakin dia bisa selamat, Bi. Mungkin saat ini keluarganya sedang sibuk mencari dia. Dan tugas kita menjaga dia sampai ditemukan," tutur Nimas jadi dewasa. Pak Majid mengangguk maksum. Nimas benar, tak seharusnya dia berputus harapan sementara Yang Maha Penentu bukanlah dirinya.

Namun, sekali lagi Nimas benar. Keluarga Fawaz memang sedang mencarinya. Tepatnya kini sedang terpukul atas berita menghilangnya Fawaz.

******

Meski regu, Pierre dan yang lain belum kembali ke Ibukota. Tetapi, kabar yang Ayla terima sudah sampai ke telinga orangtua Fawaz, Amena.

"Ya Allah, Aa' Fawaz!" Zulaekah terus menangis seraya menyebut nama abang kandungnya.

Sedang ibu mereka-tak lain mertua Ayla pingsan setelah mendengar berita itu.

Beliau dibawa ke kamar dan didatangkan dokter keluarga. Ingin Ayla menemani ibu mertuanya itu. Tetapi, kehadirannya saja di keluarga ini adalah satu kesalahan.

Bertahun-tahun menikah dengan anak pertamanya tak membuat hati wanita itu terbuka untuk menyayangi Ayla. Terkadang, Ayla merasa kedatangannya tak pernah diharapkan. Bahkan kelahiran Yusuf dan Balqis tidak mampu meluruhkan dinding beton di hati wanita yang telah melahirkan suaminya. Amena tetap merasa bila Ayla membawa sial untuk hidup Fawaz dan kini, dugaan itu semakin terbukti.

Perih itu kini bertambah. Tanpa Fawaz di sisinya. Ayla merasa cacat! Kehampaan menggerogoti naluri. Meski kedua telapaknya memegang tangan Yusuf dan Balqis tapi rasanya masih kurang. Ayla tidak tahu kapan mereka akan menyudutkannya atas hilangnya Fawaz.

Dia seperti berjalan di dinding es yang tipis. Sewaktu-waktu bisa pecah kapan pun hingga menenggelamkannya ke dasar. Meski semua juga bukan salahnya. Apa pernah, Ayla berharap sang suami hilang ketika pergi bertugas. Malah, tiada malam yang dia lalui tanpa bermunajat meminta perlindungan Allah agar Fawaz selamat sampai tujuan. Cuma, karena Ayla terlalu hafal dengan tabiat Zulaekah. Dia yakin sebentar lagi gadis belia itu meronta dan melemparkan kesalahan di bahu Ayla.

Baru saja Ayla terpejam. Zulaekah sudah mendekatinya, menatap nanar ke arah Ayla. Tangannya terkepal siap merenggut hijab yang Ayla gunakan. "Lo tuh, ya! Dasar sialan---"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jodoh Pilihan Suamiku   Berharap Lebih

    Nimas sudah keluar hutan. Beruntung ia tidak mengalami banyak hambatan kecuali wajahnya lesu terlalu kelelahan. Karena dirinya mengitari jalan berbeda dari biasanya, ia tidak langsung bertemu jalan raya tetapi sungai kecil dengan air yang cukup deras itu menantinya dan mesti ia seberangi. Nimas berpegangan pada setiap batu besar, jemari kaki mencengkram kerikil sampai rasanya telapak kakinya linu.Semua itu tidak Nimas pedulikan. Ia sudah sampai di sini. Pantang untuknya kembali. Setelah melalui sungai, Nimas memanjat ke atas tepi jalan dan menunggu mobil yang lewat. "Sebentar lagi subuh." Ia merasa ada kemungkinan bertemu dengan mobil pengangkut hewan ternak yang biasa akan ke pasar dan bisa ia mintai tolong. Nimas menunggu tanpa memperdulikan penampilannya yang kucal. Tapi itu bagus, orang-orang tidak akan bisa mengenalinya apa lagi ini masih sangat gelap. Nimas hanya berharap bukan para penjahat yang ditemuinya.Setengah jam menunggu, terlihat lampu mobil dari ujung berlawanan

  • Jodoh Pilihan Suamiku   Segeralah Menikah Lagi

    Nimas menutup mata lekat. Tangannya ia letakkan di dada seraya merapal doa. Nimas tau, saat dirinya kabur. Artinya ia tidak bisa lagi bebas kembali ke makam ayahnya. Hal itu membuat air matanya jatuh tapi ia berusaha menahan sesenggukkan sampai rasanya dadanya sangat sesak. Sangat sakit bukan, tidak bisa mengunjungi makam orangtua saat rindu melanda. Tapi Nimas juga gak ingin menjadi istri kedua lelaki tua bangka. Tepat seperti dugaannya, beberapa orang terlihat mencarinya dengan tampang panik. Nimas yakin, mereka semua dimarahi oleh pak Rudi. Cepat ia memepet batang pohon. Berharap rindangnya dedauan dapat menutupi bayangannya. 'Apa aku naik saja ke atas?' Nimas ingin nekat panjat pohon. Tapi ia juga tidak begitu lihai, yang ada malah memancing keributan. Nimas mulai merapal doa. Ia sangat percaya, hanya doa yang bisa menyelamatkannya saat ini. Hasbunallah wa ni'mal wakiil(Cukuplah Allah menjadi penolong kami. Dan Allah adalah sebaik-baiknya pelindung)Doa yang terus ia lantun

  • Jodoh Pilihan Suamiku   Nimas Kabur

    Kesedihan masih membayanginya, dan kini Nimas kembali ditimpa masalah.Ditinggal sebatang kara di dunia yang belum puas ia kenali. Kekejaman ditunjukkan para warga, yang selama ini Nimas anggap sebagai saudara membuat ia putus asa. Namun, di tengah kegamangan yang Nimas rasakan. Pak Rudi memawarkan secercah sinar. Kabarnya lelaki itu punya sebidang tanah khusus makam keluarga. Di sana, Nimas diperbolehkan mensemayamkan jasad ayahnya."Alhamdulilah Ya Allah. Terima kasih, Pak." "Saya hanya membantu sebagai keluarga." Tanpa bertanya lebih lanjut, Nimas mengikuti setiap prosesi. Butuh satu jam untuk menyelesaikannya. Kini, ia terjongkok di samping papan nisan yang berdiri tegak seraya mengelusnya. "Abi gak perlu khawatirin aku. Aku pasti bisa mengurus diri aku sendiri." Gadis itu tersenyum, mencoba untuk kuat. Setelahnya, Nimas menghampiri pak Rudi demi menyampaikan rasa terima kasihnya sekali lagi. Habis itu Nimas berencana pulang lalu esoknya kembali menemani Ikhsan di rumah sakit

  • Jodoh Pilihan Suamiku   Bagaimana Caranya Balas Budi?

    Dengan berat hati Nimas memberi kabar ke para pemangku wilayah di daerah kampungnya tentang kepergiaan abi Majid.Sementara di rumah sakit, ia telah mengurus ijin kepulangan jenazah. "Terima kasih pak Said. Mohon dibantu mencarikan tanah kuburan buat abi." Nimas menelpon dari telepon rumah sakit. Menurut pak Said, ia akan menyiarkan berita duka ini ke semua warga dan mungkin tidak lama akan ada mobil yang menjemput mereka. "Kamu yang sabar, Nimas." Nimas tersenyum tipis. Kata-kata pak Said cukup menghiburnya, tapi ada yang ia pikirkan. Yaitu nasib pria yang ia tolong, salah satu kenangan perbuatan baik abinya semasa hidup.Bila Nimas kembali ke desa untuk waktu lama, lalu pria itu dengan siapa?!Akhirnya Nimas menitipkan Fawaz pada seorang suster tua. "... saya minta tolong Suster. Saya harus kembali secepatnya. Tapi saya juga kesulitan meninggalkannya." Nimas melirik ke arah Fawaz. Suster bernama Jihan itu ikut merasakan kegelisahan yang Nimas rasakan. Bisa dilihat, Nimas sangat

  • Jodoh Pilihan Suamiku   Kedudukan Anak Yatim

    "Hah! Mbak, benaran deh. Mbak gak bisa kayak gini. Mbak tau kan, seorang ayah bertanggung jawab menafkahi anak-anaknya. Meski mas Fawaz sudah gak ada, tapi dia punya harta peninggalan yang bisa diberikan ke Yusuf juga Balqis." Ayla yang menjalani musibah, Kia yang merasa tidak tahan. Melihat anak-anak Fawaz hidup hemat. Pun, Ayla yang mulai mencari pekerjaan sebagai penjaga toko.Katanya, selama menjaga toko roti itu Ayla boleh membawa Balqis. Gaji yang ditawarkan tidak besar. Tetapi Ayla begitu bersyukur masih bisa kerja.Kia menyentuh punggung tangan Ayla. "Mbak gak mau kan mas Fawaz gak tenang di sana karena mengabaikan anak dan istrinya." "Ki!" Ayla jadi tegas. Baginya, Fawaz tidak begitu. Ia tidak pernah mengabaikan keluarga. Malah, Fawaz selalu mengutamakan keluarga di atas segalanya. Tapi saat ini lelaki itu sudah habis kewajibannya. Giliran Ayla merawat kedua hatinya agar menjadi anak yang soleh dan soleha.Baru berharap demikian, ia mendengar keributan di luar."Mbak. Itu

  • Jodoh Pilihan Suamiku   Wanita Istimewa

    Hari ini giliran Pierre mengajar di taman bersama anak-anak, ia sama sekali tidak terlihat risih. Pierre sampai berpikir apa 'kelainan' yang ia idap perlahan menghilang? Atau hanya faktor cuaca cerah dan berkumpul di taman yang lega membuat perasaannya lebih tentram.Semua pertanyaan anak-anak itu Pierre jawab dengan suka cita."Om udah punya anak belom?" "Belum, Shafea," jawab Pierre tersenyum pada anak usia enam tahun itu. "Kok belom sih?" Shafea tidak sepenuhnya percaya. Gaya anak itu untuk mengintrograsi dirinya membuat Pierre terkekeh geli."Yah Om nikah aja belum... ." Sedetik ia bilang begitu, beberapa gadis remaja melirik ke Pierre. Spontan Wishaka tertawa keras.Apa yang Pierre katakan ibaratnya seperti memberi umpan untuk ikan kelaparan. Sebab kini mereka belajar di tengah kerumunan banyak orang. 'Aduh gawat nih!' Pierre menutup muka cepat. Rasa groginya timbul lagi.Ide belajar di luar kelas darurat sepertinya tidak berjalan dengan baik.Malam harinya, setelah ia seles

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status