Share

Bab 3

Rayra merasa sangat lelah hari ini. Tuntutan pekerjaan yang harus selesai sesuai deadline mengharuskan dia untuk lembur hingga jam 10 malam. Rayra merasakan pegal dan sakit di sekujur tubuhnya, pasti memar ditubuhnya yang turut memperparah rasa sakitnya itu.

Rayra sudah sampai di depan halaman rumahnya. Rumah yang tidak terlalu besar dan sederhana dengan pagar mengelilinginya. Disanalah Rayra tinggal bersama ibunya selama 25 tahun ini. Rayra hanya tinggal bertiga dengan ibu dan adiknya, sementara ayahnya sudah meninggal ketika Rayra berusia 12 tahun. 

Rayra baru saja ingin membuka pintu pagarnya sebelum akhirnya sebuah suara yang sangat dia kenal memanggilnya.

"Rayra!" Suara itu membuat tubuh Rayra gemetar. Suara yang sangat ditakutinya. Dia bahkan tak berani untuk menoleh.

"Sudah seminggu ini kamu tidak bisa dihubungi. Aku sudah berbaik hati berusaha menunggu kabar darimu. Tapi nyatanya kamu sama sekali tidak peduli. Apa kamu sengaja menghindar dariku?" Suara itu semakin mendekat diikuti langkah kaki pemiliknya. 

"Lihat aku, Rayra," 

Rayra perlahan menoleh. Matanya sudah memerah karena menahan tangis. Tangis karena takut. Rayra melihat Edam di depannya sudah dengan tatapan yang menakutkan. Tatapan yang biasanya diberikan Edam ketika memukulinya.

"Aa!!" Rayra menahan sakit saat Edam menarik lengan kirinya dan meremasnya. Rayra berusaha melepas cengkraman tangan Edam, tapi dia tidak bisa apa-apa. Tangan pria itu terlalu kuat dan kasar.

"Sudah kubilang kan kalau kamu itu milikku? Apapun yang kamu lakukan tidak boleh tanpa sepengetahuanku! Bukankah kamu tau aku sangat mencintaimu Rayra??" Edam semakin memperkuat cengkraman tangannya. Rayra semakin meringis kesakitan. Dia berharap ibunya tidak keluar rumah saat ini, jangan sampai ibunya melihat apa yang terjadi kepadanya.

"Edam ...lepaskan aku ...sakit," ucap Rayra dengan suara serak menahan Isak tangis dan sakit yang dia rasa.

"Jangan pernah menghindariku Rayra. Aku tidak ingin kita seperti ini. Harus berapa kali kukatakan padamu kalau aku mencintaimu?? Kamu mengerti,kan??" 

Rayra sudah tidak tahan lagi. Dia tersenyum sinis mendengar perkataan Edam yang terdengar sangat lucu baginya. Perkataan yang selalu terlontar sehabis Edam menyakitinya. 

"Cinta? Kamu pikir ini cinta??" Rayra memberanikan dirinya untuk memberontak untuk yang pertama kalinya. Dia balas menatap Edam dengan tatapan benci dan muak.

"Kamu pikir setelah semua yang kamu lakukan padaku selama ini dan semua luka memar di tubuhku ini adalah pertanda bahwa kamu sangat mencintaiku??!!! Kamu menyakitiku Edam!!! Apa kamu tidak sadar?!" ucap Rayra setengah berteriak. 

Plak!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kanan Rayra. Edam nampak terkejut mendengar semua perkataan Rayra.

"Apa kamu tidak bisa membedakan mana cinta dan yang mana bukan?!!! Aku bersikap seperti itu karena kamu sering membuatku marah Rayra!!"

"Lepaskan aku dan silahkan cari wanita lain yang mau dipukuli dan dicintai dengan cara tidak wajar seperti ini!!!" Rayra berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman Edam, tapi Edam terlalu kuat untuk dilawan secara fisik.

"Sampai kapanpun aku tidak akan melepaskan mu! Kamu milikku!!!" 

Edam terus memperkuat cengkramannya. Tidak peduli akan Rayra yang sudah kesakitan akibat ulahnya itu.

"Ouch!!" Sebuah lemparan batu mengenai kepala Edam. Tangan Rayra akhirnya terlepas dari cengkraman Edam yang tengah meringis memegangi belakang kepalanya.

"Bukankah dia bilang lepaskan? Kenapa kau masih saja bersikeras?" Rayra terkejut melihat Mada sudah ada di belakang Edam.

"Apa-apaan kau??" Edam menarik kerah baju Mada. Namun Mada dengan kasar menepis tangan Edam. 

"Kau yang apa-apaan?? Berani bersikap kasar pada wanita!" ujar Mada geram. 

"Bukan urusanmu! Ini urusanku dengan pacarku!!"

Mada langsung tertawa mendengar jawaban Edam. 

"Pacar?? Aku pikir tadi kau sedang menagih hutang!" ucapnya terkekeh. 

"Biasanya aku paling tidak suka ikut campur urusan orang lain. Tapi melihat lelaki sepertimu, benar-benar membuatku marah. Kalau kau tidak mau berurusan dengan polisi lebih baik pergi sekarang juga!" lanjut Mada. Edam yang tidak bisa berkutik mendengus kesal dan menatap geram pada Rayra sembari melangkah pergi.

Melihat Edam sudah pergi, Rayra langsung terduduk lemas. Seluruh tubuhnya masih gemetar. Antara shock, takut dan tidak percaya kalau dirinya tadi sudah berani memberontak pada Edam. 

"Ayo berdiri, aku antar kamu ke dalam,"  Mada mengulurkan tangannya pada Rayra. 

Rayra menerima uluran tangan itu. Ada rasa syukur mengalir dalam dada Rayra. Bersyukur Mada datang di waktu yang tepat. Karena Rayra sadar, dia tak akan bisa melawan Edam dengan fisiknya yg lemah. 

******

Ibu Rayra mondar mandir di ruang tamu. Dia begitu khawatir karena putrinya belum juga pulang. Rayra memang sudah mengabari bahwa ia akan lembur dan pulang terlambat. Tapi sudah jam setengah sebelas malam putrinya itu juga tak kunjung datang.

"Ibu, kakak belum pulang juga ya?" Riana melongok dari pintu kamarnya dengan mata setengah terpejam. 

"Belum, makanya ibu jadi khawatir sekali. Ibu akan coba telpon sekali lagi. Kamu tidurlah, ibu akan menunggu sampai kakakmu pulang,"

"Iya, Bu," Riana kembali menutup pintu. 

Tak lama terdengar suara pintu dibuka. Ibu Rayra mengurungkan niatnya untuk menelpon Rayra dan langsung berlari ke pintu.

Betapa senang ibunya melihat Rayra telah pulang.

"Akhirnya kamu pulang juga, Rayra," kata ibunya tersenyum senang dan memeluk putrinya.

"Maaf Bu,, aku pulang larut begini," kata Rayra sambil menepuk punggung ibunya.

"Yang penting kamu baik-baik saja, Nak. Ibu khawatir terjadi sesuatu padamu," 

Ibu Rayra melepas pelukannya dan menatap kaget pada Mada. 

"Mada?" 

"Maaf, Bu. Saya datang larut malam begini. Saya mau menyampaikan ini," Mada menyerahkan sebuah bingkisan pada ibu Rayra.

"Dari ibuku, Bu. Saya baru sempat mampir setelah pulang lembur bekerja," lanjut Mada dengan senyum menawannya.

"Astaga ...kenapa repot-repot, Nak. Terima kasih ya sampaikan pada ibumu juga," Ibu Rayra terlihat sangat senang menerima bingkisan dari Ibu Mada. 

"Ayo, masuklah dulu. Akan kubuatkan kalian minuman hangat," 

Mada dan Rayra duduk di sofa. Sementara ibu Rayra langsung menuju dapur. Mereka duduk diam tanpa bicara apapun. Sesekali Mada melirik ke arah Rayra. Wanita itu masih memegangi lengan kirinya bekas cengkraman Edam. 

"Pria tadi itu pacar atau mantan pacarmu?" tanya Mada memecah keheningan. Rayra menoleh. Dia enggan membicarakan soal Edam.

"Kamu tidak perlu tahu, dan terima kasih sudah membantuku tadi," ucap Rayra. Mada hanya tersenyum tipis mendengar ucapan Rayra. 

"Semoga kejadian tadi tidak terulang lagi," Mada menimpali. Tak sadar terdengar oleh ibu Rayra yang sudah datang membawa nampan berisi dua gelas coklat hangat. 

"Kejadian apa yang kamu maksud, Mada?" tanya ibu Rayra penasaran. Akibatnya Mada dan Rayra jadi salah tingkah. Rayra tak ingin ibunya tahu kalau Edam sempat mendatanginya dan memukulnya.

Ibu Rayra duduk di samping putrinya dan memegang kedua lengan Rayra. Otomatis Rayra langsung meringis saat ibunya memegang lengan kirinya yang skait akibat ulah Edam.

"Kenapa, Rayra?" Ibunya yang penasaran melihat putrinya meringis langsung menyingkap sweater Rayra. Benar saja, sudah ada memar kemerahan di lengan kiri Rayra. 

"Ulah siapa ini, Rayra? Jangan bilang kalau ini ulah Edam,"

Rayra hanya diam tak berani menjawab. Dia hanya mengucap kata maaf dengan lirih.  Sementara Mada juga terdiam melihat memar di lengan Rayra. Ada rasa marah yang muncul di hatinya mengingat kejadian tadi. 

Karena suasana terlanjur menjadi tidak nyaman, Mada memilih untuk pulang. Pikirnya, mungkin Rayra perlu waktu untuk berbicara dengan ibunya mengenai kejadian tadi.

"Bu, saya permisi pulang. Karena sudah larut malam. Ibu dan Rayra juga harus istirahat," ucapnya tersenyum kemudian berdiri dan memberi salam pada ibu Rayra.

"Maaf ya, Nak Mada. Kami belum menjamu dirimu dengan baik. Sampaikan salamku pada ibumu,"

"Iya, Bu," 

Rayra menatap Mada yang menghilang di balik pintu. Entah mengapa tiba-tiba dia berharap akan ada sosok seperti itu yang melindunginya dari Edam. Untuk hari ini dan seterusnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status