Share

Dia, Siapa?

Author: lnpgirl
last update Last Updated: 2024-05-21 18:00:22

Aku menatap Alia dengan kening yang mengerut. Tak biasanya temanku ini diantar oleh seorang pria selain ayahnya, pikirku. Aku tak bisa melihat dengan jelas siapa pria yang tengah membonceng Alia karena pria itu mengenakan helm, ditambah lagi aku melihat mereka dari arah yang berseberangan.

'Apa diam-diam Alia sudah memiliki kekasih?'

Aku bertanya pada diriku sendiri sambil terus melangkah memasuki gerbang sekolah.

Dari postur tubuh pria itu, rasanya aku tak mengenalnya. Ah, entahlah, mungkin selama ini aku terlalu sibuk dengan duniaku sendiri hingga tak mengenali banyak orang di sekolah ini.

***

Kulihat wajah Alia seperti biasa saat memasuki kelas.

'Tak terlihat jika kupu-kupu tengah menghinggapi hatinya,' pikirku dalam hati.

Aku menunggu Alia mengucapkan hal lain selain sapaan selamat pagi dan pertanyaan mengenai tugas sekolah, seperti biasa.

"Apa tidak ada yang ingin kau ceritakan padaku, Lia?" tanyaku setelah bosan menunggu Alia berterusterang.

Alia tampak bingung. Ia berdehem sejenak sebelum menggelengkan kepalanya.

"Kurasa tidak, Del."

Kulihat Alia kembali sibuk dengan buku dan pulpen di tangannya.

Aku menatap Alia dengan tatapan menyelidik.

"Kenapa?" tanya Alia setelah menyadari tatapan tak biasa yang kulayangkan terhadapnya.

Aku menggeleng.

"Katakan saja, Delyna Alicia. Aku tak punya banyak waktu untuk menebak maksudmu, Teman." Ucap Alia yang kembali fokus dengan aktivitas sebelumnya.

Aku terdiam beberapa saat sebelum mengutarakan isi hatiku. "Tadi aku melihatmu dibonceng oleh seorang pria, siapa dia? Apa dia pacar barumu?" tanyaku sambil terus menatap Alia.

"Apa kau mencoba menyembunyikan berita baik ini dariku?" aku mengajukan pertanyaan lain sebelum Alia menjawab.

"Oh, pria itu, seingatku namanya Nobel. Katanya, dia baru beberapa hari sekolah di sini," ucap Alia santai.

Aku mengernyit. "Kau berangkat dengan orang yang baru kau kenal? Humm... maksudku, apa kalian sedang dekat?" tanyaku penasaran.

Alia menggelengkan. "Aku sih maunya begitu. Selain tampan, dia juga sangat baik. Aku yakin orang-orang yang melihat kami berboncengan tadi juga merasa penasaran... atau bahkan cemburu denganku. Seperti dirimu ini."

Ucapan Alia membuatku menaikkan sebelah alisku.

"Sayangnya, aku dan dia hanya dua orang asing yang tak sengaja bertemu, dan berkenalan." Sambung Alia dengan dengusan di akhir kalimatnya.

"Siapa yang cemburu? Aku tak mengetahui siapa pria itu, bagaimana mungkin aku cemburu!" jawabku tak terima.

"Gelagatmu," Alia dengan santai memainkan pulpen di tangannya.

Aku membuang napas dengan kasar. "Alia, aku sama sekali tidak cemburu, bahkan jika tiba-tiba kau menikah dengan pria itu." Ucapku sedikit menaikkan nada bicaraku.

"Lalu untuk apa kau ingin tahu?"

"Ya karena kau adalah temanku. Teman baikku." Aku mengakhiri ucapanku tanpa melihat Alia.

Alia yang melihat tingkahku sedikit tertawa sebelum kembali menulis.

***

Belum kutemukan jawaban pasti mengenai sosok pria itu, hari ini, aku justru kembali melihat Alia berboncengan dengan pria yang ia sebut namanya sebagai Nobel.

'Hah?! Apa lagi sekarang? Apa mataku tak salah lihat? Alia... Mengapa gadis bar-bar itu malah bersama pria itu lagi?' aku membelalakkan mataku kala melihat motor yang ditumpangi sahabatku itu berlalu begitu saja dari hadapanku.

'Sungguh, apa Alia tak melihat keberadaanku di sini?'

Aku berjalan lebih cepat dari sebelumnya -lebih tepatnya aku sudah setengah berlari- ingin cepat-cepat menuju kelas untuk meminta penjelasan dari Alia.

Sebenarnya tak apa jika Alia dekat, atau bahkan mengikat hubungan dengan pria manapun, termasuk pria baru itu. Tapi setidaknya aku ingin Alia memberitahu padaku. Anggap saja saat ini aku sedang cemburu dengan temanku sendiri.

"Ayolah, Delyna, mengapa kau selalu begini jika berkaitan dengan pria itu?" tanya Alia yang terlihat sedikit kesal karena desakan dariku.

"Lia, ini bukan hanya tentang pria itu! Kau tahu, aku tak pernah mempermasalahkan jika itu pria pilihanmu, tapi setidaknya beritahu aku tentang dirinya, agar aku bisa menjagamu dari kebusukan pria-pria yang mendekatimu. Ya termasuk pria yang entah dari planet mana seperti dirinya," suaraku terdengar seperti kereta api yang panjang. "Ahaa, kuharap kau tak lupa bahwa kau sudah terlalu sering dimanfaatkan dan dipermainkan oleh pria di luar sana," kulanjutkan ucapanku tanpa memberi Alia ruang berbicara.

Alia mendengus. "Lalu cerita bagaimana yang ingin kau dengar dariku tentang pria itu, hah?"

Aku hanya mengidikkan bahuku.

"Delyna, aku tak memiliki cerita yang harus kubagi denganmu mengenai pria itu. Aku juga tak memiliki hubungan apapun dengannya. Dia hanya teman sekolahku. Teman sekolahmu. Teman sekolah kita." Ucap Alia seperti sudah kehabisan akal menghadapi tingkah konyolku kali ini.

"Lalu, bagaimana kalian bisa saling mengenal?" tanyaku sedikit ragu.

Alia tampak tersenyum jahil mendengar pertanyaanku. Senyum yang menyebalkan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jodoh Titipan untuk Delyna   Jemput?

    Bang Raymoon terlihat menghela napas kasar sebelum mengeluarkan suara. "Kenapa lagi sih, Bro?" sekarang giliran Nobel yang ditanyai; tepat setelah pria itu menghentikan langkahnya di sebelahku. "Tahu nih adek lo. Masa cuma karena gue ke dapur dia langsung ngomel-ngomel? Padahal kan yang nyuruh gue ngambil minum itu lo.""Engga, ga gitu, Bang." Ucapku, lalu beralih menatap Nobel. "Eh, Jamet, kalau cerita tuh jangan setengah-setengah gitu dong! Pengen banget ya dapat pembelaan dari Bang Ray?" ucapku kesal. "Delyna, kok manggil jamet-jamet gitu, sih? Walaupun kamu sama Nobel itu 1 angkatan, tapi dia itu lebih tua dari kamu, Dek. Minta maaf sekarang." Ucap Bang Raymoon menegur.Oh, lebih tua, ya?Aku menghela napas dalam-dalam. "Delyna minta maaf, ya, OM?" ucapku dengan penekanan pada panggilanku padanya. "Lah? Kok malah om, sih?" Nobel tampak mengerutkan keningnya. "Kan LEBIH TUA." Ucapku langsung dengan penekanan pada 2 kata terakhir. "Ya ga gitu juga dek manggilnya." Lagi-lagi Ban

  • Jodoh Titipan untuk Delyna   Naik darah

    Suara teriakan itu bersamaan dengan lonjakan kaget sesaat setelah orang itu mendapati diriku membuka pintu. Aku segera memukul lengannya. "Berisik, jamet! Ini manusia. Delyna ini, Delyna!" ucapku kesal. Mama dan Bang Raymoon menyusulku ke luar dengan langkah yang tergesa -yang kutahu pasti karena suara berisik dari salah satu penghuni bumi yang baru kutemui ini-. Keduanya bingung melihat ekspresi wajahku dan Nobel. "Dia, Ma. Dia yang teriak, bukan Delyna." Ucapku sambil menunjuk Nobel. Yang kutunjuk justru berjalan menghampiri mama dan dengan tidak terduganya dia malah mengulurkan tangan dan menyalam mama. Ya bukannya apa-apa ya, aku hanya kaget saja. Di situasi seperti ini, kenapa dia masih kepikiran dengan sopan santun yang seperti itu? Ah benar-benar tidak bisa kuselami. "Nobel minta maaf ya tante udah ganggu waktu tante dan bikin tante panik gini. Habisnya tadi Nobel kaget banget tiba-tiba dibukain pintu sama Delyna dengan kondisi mukanya yang begitu, Tante." Ucap Nobel den

  • Jodoh Titipan untuk Delyna   Tamu

    Ia menyunggingkan bibirnya. "Sekarang aku belum tahu akan aku gunakan untuk apa kesempatan yang kau beri, tapi nanti akan aku pikirkan." Setelah mengatakan itu, kulihat Alia mengutak-atik layar ponselnya. Untuk apa, aku pun tidak tahu. "Ini." Ucapnya tiba-tiba. Semakin bingung saja aku dibuat anak ini. "Apa ini?" tanyaku saat melihat aplikasi recorder yang ia suguhkan padaku melalui ponselnya. "Sekarang, kau rekam saja suaramu." "Untuk apa? Kau tahu kan aku bukan penyanyi?" "Siapa pula yang memintamu untuk bernyanyi? Ini sebagai jaminan bahwa kau benar-benar akan melakukan apa yang aku mau setelah kau mendapat info tentang sahabatku." Kunaikkan sebelah alisnya. "Apa kau berencana untuk mengurasku?" "Kalau aku jahat, aku mungkin akan melakukannya." "Lalu mengapa harus dengan cara begini? Apa kau tidak percaya padaku?" Alia tampak membuang napas kasar. "Nobel, aku bukannya tidak percaya padamu-" Belum sempat Alia menyelesaikan ucapannya, kuulurkan tanganku menjentik tepat di

  • Jodoh Titipan untuk Delyna   Informasi

    Di toko ice cream, terlihat di dalamnya dominan dipenuhi oleh gadis-gadis seusia Alia. Adapun laki-laki, kebanyakan bernasib sama denganku; hanya memenuhi keinginan gadis yang tengah bersama mereka."Alia, kenapa lama sekali? Ini hanya perkara ice cream, Alia." Ucapku dengan suara yang setengah berbisik. Kulihat Alia tak menanggapi ucapanku. Gadis itu justru asik memilih ice cream seraya berbincang tipis-tipis dengan gadis lain di sebelahnya. "Alia, ayo, cepatlah! Ini sudah jam berapa." Ucapku menuntut."Nobel, tolong sabar sebentar. Aku harus memastikan bahwa ice cream yang kupilih benar-benar tak membuatku kecewa nantinya. Aku harus memikirkannya dengan baik. Jadi kuharap, kau bersabarlah!""Ck! Dia berucap seperti itu seakan ia tengah memilih pasangan hidup, padahal ia hanya tengah berkutat dengan varian ice cream. Dasar wanita!"Aku mengomel pelan seraya berjalan kembali ke kursi tunggu. Dan kini, pria yang menunggu di tempat itu semakin bertambah saja. Apa perkara varian ice c

  • Jodoh Titipan untuk Delyna   Toko ice cream

    Ah! Mengapa dia selalu menyebalkan seperti ini?!Ucapannya membuat kerjaanku bertambah. Setelah ini, Alia pasti akan mencecarku dengan rentetan pertanyaan. "Dasar laki-laki aneh!" kesalku dengan geram. ***[Delyna, abang sudah di depan. Apa belnya masih lama?]Kubaca pesan dari kontak bernama 'Bang Ray yang diikuti emoticon bulan' melalui notifikasi ponselku.Kulihat jam tanganku sekejap. Masih ada kurang lebih 15 menit lagi menuju bel pulang sekolah. 'Apa Bang Raymoon tidak ke kampus hari ini?' pikirku sebelum membalas pesannya. Baru saja aku menyimpan kembali ponselku, Alia tiba-tiba menyikut lenganku. "Ntar mau ke toko ice cream dulu ga, Del? Dengar-dengar toko ice cream di simpang lampu merah depan baru aja ngeluarin varian baru dan lagi ngadain promo juga." Alia terlihat excited mengajakku. Aku berpikir sejenak. Tidak mungkin aku mengiyakan ajakan Alia, sedangkan Bang Raymoon sudah menungguku di depan. "Aduh... gimana ya, Lia, masalahnya Bang Ray sudah di depan. Udah nunggu

  • Jodoh Titipan untuk Delyna   Hijau

    WOI!!! ARRRGHHH! APA-APAAN?!Senyuman lebar yang ditampilkan Nobel seolah memang sengaja untuk membuatku kesal. Dan senyuman itu ia tunjukkan bersamaan dengan lototan tajam yang kuberi dan pekikan terkejut dari Alia. Alia yang sedari tadi bertahan hanya sebagai penonton pada akhirnya angkat bicara. "What? Hei, sebentar sebentar, apa aku tidak salah dengar, nih? Kalian berdua sejak kapan resmi begini?"Aku menggelengkan kepalaku sembari memajukan kedua tanganku membentuk silang. "Ya ampun, Delyna Alicia, kenapa bisa berita bahagia seperti ini tak kau beritahu padaku? Apa aku tidak sepenting itu bagimu?"Mulai lagi drama manusia satu ini, pikirku.Belum selesai, Alia kembali berucap. "Padahal kalau aku tahu tentang ini, aku pasti tak akan mendukung Kak Niel untuk mendekatimu seperti tadi."Panjang lebar Alia berucap membuatku benar-benar ingin menenggelamkan anak itu ke kolam ikan sekolah.APA TIDAK BISA SEHARI SAJA MULUTNYA ITU DI-REM? SANGAT MEREPOTKANKU!Kulihat wajah jahil Nobel de

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status