Jodoh Titipan untuk Delyna

Jodoh Titipan untuk Delyna

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-02
Oleh:  lnpgirlOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
5 Peringkat. 5 Ulasan-ulasan
34Bab
753Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sinopsis

Aku merasa sangat yakin tentang bagaimana segala sesuatu seharusnya terjadi. Hingga akhirnya 'luka' membuatku mengerti bahwa aku hidup di dalam ketidakpastian, termasuk kehadiran Nobel Danerson di dalam hidupku.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Kehilangan

Aku masih tersenyum sembari menjabati tangan setiap orang yang datang ke rumahku. Di dalam pikiranku, aku merasa mereka sangat aneh. Mereka menatap aku dengan wajah iba, dan suara bisik-bisik pun masih mampu kudengar dari beberapa orang yang ke luar masuk dari rumahku.

"Kasihan ya istri dan anaknya,"

"Saya ga yakin Bu Helda dan anak-anaknya bisa bertahan setelah kepergian Pak Satyo,"

"Memang umur ga ada yang tahu ya, Mbak,"

"Kasihan, padahal Pak Satyo masih cukup muda,"

Kalimat-kalimat itulah yang sedari tadi tertangkapku di pendengaranku.

"Delyna, kau tak perlu berpura-pura kuat. Menangis bukanlah satu hal yang menjijikkan," aku mendengar perkataan itu dari Dennis, pemuda yang menjadi tetanggaku sejak dua tahun belakangan ini.

Aku mengerutkan keningku. Aneh sekali, pikirku.

"Delyn, tante tahu kamu anak yang kuat, tapi kehilangan sosok yang paling kamu sayang itu tentu tidak akan mudah. Tetaplah tersenyum jika itu yang membuatmu merasa baik." Tante Rina yang adalah salah satu rekan kerja papaku tersenyum tulus sembari mengusap lembut lenganku sebelum ia berjalan memasuki rumahku.

"Ini apa?" aku berucap di dalam hatiku. Ragaku memang berada di sini, namun aku masih tak mengerti dengan apa yang terjadi. Tatapan mereka, ucapan mereka, bahkan kehadiran mereka terasa sangat menyakitkan.

"Ayo masuk, Dek," ucap Bang Raymoon, sembari mengelus pundakku.

Aku melihat keramaian di dalam rumahku. Isak tangis jelas terdengar di telingaku. Dan hal yang sungguh membuatku menyadari bahwa aku tidak sedang berada di alam mimpi adalah ketika melihat papa, sosok pahlawan bagiku, pria yang paling kusayang dan kuhormati tampak berbaring di tengah-tengah tamu yang datang. Wajahnya terlihat tenang...  dan pucat.

"Kumohon, seseorang bangunkan aku. Aku tak mau lebih lama lagi berada di dalam mimpi buruk ini," rintihku dalam hati. Aku ingin berteriak, tapi rasanya terlalu sakit. Terlalu sakit hingga aku tak bisa berbuat apa-apa.

"Delyn, ke mari, Nak," ucap ibuku dengan suara serak. Jelas itu karena ia tak berhenti menangis sejak tadi pagi.

Aku mulai mendapat kesadaran penuh kala melihat jenazah papa. "Pa, mengapa harus secepat ini?" bisik batinku.

Tak ada penjelasan dari siapa pun. Dan memang saat ini aku tak membutuhkan itu.

"Delyn, aku turut berduka ya atas kepergian papamu. Kalau kamu ada apa-apa, kalau kamu mau cerita, kamu bisa kabarin aku. Kamu bisa cerita sepuasnya sama aku. Aku di sini buat kamu. Kapanpun." Ucap Nielson, salah satu kakak kelasku di SMA Cipto Kusuma.

Tadinya aku tak menangis, namun entah mengapa mendengar ucapan Niel justru berhasil membuatku menangis perih. Bahkan para tamu yang hadir langsung menoleh ke arahku dan Niel karena mendengar suara tangisku yang mendadak.

Kulihat sepintas wajah panik Niel. Tentu saja panik, Niel yang awalnya ingin memberiku kekuatan justru kusambut dengan air mata.

"Tidak apa-apa, menangislah jika itu yang membuatmu merasa lebih baik," ucap Niel sembari mengelus lenganku dengan lembut.

***

Aku duduk di ujung kasur setelah pulang dari pemakaman. Ibu dan Bang Raymoon berada di ruang tamu. Aku sadar, yang merasa kehilangan bukan hanya aku, yang butuh dikuatkan bukan hanya aku, karena itu aku lebih memilih untuk berada di kamarku.

"Pa, Delyn takut kalau nanti Delyn ga sanggup menjalani hidup Delyn. Delyn takut kalau Delyn ga seberani dan sekuat yang papa anggap selama ini. Pa, Delyn masih butuh papa untuk dengerin cerita-cerita Delyn. Delyn butuh papa untuk bantu Delyn bertahan lebih jauh, Pa," ucapku dengan suara yang sedikit tertahan.

Aku menoleh ke arah meja di kamarku. Kuraih bingkai kecil yang menunjukkan senyuman lembut keluarga kecil di dalamnya.

"Pa, papa tahu kan kalau Delyn baru aja kehilangan Cito? Papa tahu Delyn belum sembuh dari luka itu? Tapi kenapa sekarang papa justru ikutan pergi dari hidup Delyn?"

Aku menangis sembari mengelus wajah papa dari balik bingkai kaca yang kupegang.

"Kemarin Delyn punya tempat cerita setelah kepergian Cito, tapi sekarang Delyn punya siapa untuk cerita tentang kepergian papa?" tangisku semakin menjadi-jadi sembari kudekap erat bingkai yang sedari tadi kutatap.

"Delyn, bisa buka pintu sebentar? Abang mau bicara sama kamu," kudengar suara Bang Raymoon sembari mengetuk pintu kamarku.

Aku mengusap air mataku secepat mungkin. Aku berusaha menghilangkan jejak tangisku, meski itu menjadi usaha yang sia-sia.

"Kenapa, Bang?" tanyaku tanpa berani menatap mata Bang Raymoon.

"Boleh ngobrol sebentar?" tanya Bang Raymoon yang hanya kubalas dengan anggukan kecil.

Biasanya Bang Raymoon akan berteriak ketika menyuruhku membukakan pintu kamarku sekedar untuk membuatku kesal atau hal-hal aneh lainnya, tapi penampakan yang terjadi malam ini sangat berbeda. Ia tampak lembut dan menjadi sosok abang yang dewasa.

"Delyn sekarang sudah kelas 12, kan?" Bang Raymoon membuka percakapan.

Kujawab ia dengan anggukan.

"Delyn, abang tahu kamu perempuan yang kuat, dan setelah ini kamu pasti akan lebih kuat,"

Aku tertegun.

"Dek, kalau kemarin-kemarin kamu selalu cerita apapun ke papa, sekarang izinin abang buat gantiin tugas papa ya buat dengerin semua cerita kamu. Delyn jangan pernah nutupin masalah apapun dari abang,"

Kubiarkan Bang Raymoon meneruskan ucapannya. "Abang bakal lakuin yang terbaik buat Delyn... buat mama... buat keluarga kita,"

Jelas itu adalah ucapan jujur dari Bang Raymoon. Meskipun selama ini dia sering mengerjaiku, membuatku kesal, tapi aku tahu pasti bahwa dia sangat menyayangiku. Di ingatanku jelas terekam bagaimana Bang Raymoon mempertaruhkan nyawanya untuk melindungiku dari pria mabuk yang tak sengaja kutemui sepulang sekolah.

"Bang..." ucapku pelan.

Bang Raymoon mengayunkan dagunya seolah mempertanyakan apa yang hendak kukatakan.

"Kenapa papa pergi ninggalin kita secepat ini, Bang? Apa papa ga sayang sama kita? Apa papa bosan dengar cerita Delyn? Apa papa marah karena Delyn banyak permintaan?" tanyaku yang membuat Bang Raymoon dengan cepat menggelengkan kepalanya.

"Delyn, papa sangat menyayangi kita. Papa juga ga pernah bosan buat dengerin cerita Delyn. Papa ga pernah marah kalau Delyn minta banyak hal. Delyn tahu, bahkan kalau Delyn minta seisi dunia ini, papa akan usahain itu," ucap Bang Raymoon sembari mengusap rambutku.

"Terus kenapa papa ga berjuang?" belum sempat Bang Raymoon menjawab, aku langsung mengajukan pertanyaan lain, "Sama kayak Cito. Cito tiba-tiba ninggalin aku gitu aja. Cito ga berjuang buat aku," ucapku dengan air mata yang tertahan.

"Delyn, papa sama Cito bukannya ga berjuang, tapi ini semua sudah takdir. Tuhan sayang sama kita, tapi Tuhan punya rencana lain buat papa dan Cito,"

"Kenapa Tuhan ga ngizinin Delyn ada di samping papa dan Cito di saat Tuhan akan bawa mereka pergi untuk selamanya? Bahkan Tuhan ga ngasih aba-aba buat Delyn sebelum Tuhan ngambil papa dan Cito," ucapku yang terdengar menyalahkan keputusan Tuhan.

Bang Raymoon segera membawaku ke dalam dekapannya. Mungkin ia takut jika aku akan terus-terusan menyalahkan Tuhan.

"Delyn, Tuhan selalu punya cara yang berbeda untuk menguatkan anak-anak-Nya. Delyn ga boleh nyalahin Tuhan. Delyn harus lebih kuat dari Delyn hari ini, ya?"

Aku ingin memberontak, tapi sungguh aku tak bisa. Aku tak berani dan tak punya kekuatan untuk terus-terusan menyalahkan Tuhan.

"Kita harus saling menguatkan, ya," ucap Bang Raymoon yang masih mendekapku.

Ga ada yang siap dengan perpisahan karena kematian, bahkan setelah orang itu berpamitan.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

default avatar
backuplasss
Seru ini ceritanya
2024-06-20 10:34:39
0
default avatar
ratarajay686
Bolehhhh. lanjut min.
2024-05-29 20:30:07
0
user avatar
saniaciaaa
Mari kita baca...
2024-05-25 20:38:40
0
user avatar
Lina Dian
semoga ceritanya menarik
2024-05-24 15:06:59
2
user avatar
saniaciaaa
Bolehlah ceritanya masuk rak
2024-05-21 12:44:54
2
34 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status