LOGINPintu rumah dibuka dengan kasar, kedua anak laki-laki berjalan memasuki rumah besar milik mereka sembari menarik kasar anak perempuan di rumah itu yang hampir saja berhasil melarikan diri dari rumah kalau saja kedua kakak laki-lakinya itu tidak langsung mengetahuinya.
Dito dan Rani sebagai orang tua kandung dari anak perempuan itu menunggu kedatangan kedua anaknya yang berhasil membawa pulang anak perempuan mereka yang sangat bandel. Mereka kompak menghembuskan nafasnya dengan kasar kala melihat anak perempuan mereka menunduk dengan tubuh yang bergetar karena menangis. Akibat pergaulan, sang anak perempuan menjadi sangat tidak terkendalikan! Pergaulan bebas yang selalu ditakutkan oleh kedua orang tua tersebut telah memasuki kehidupan putrinya. Selaku orang tua, mereka mengaku kecolongan. Mereka benar-benar tidak menduga kalau anak perempuan mereka bisa melakukan itu. Apalagi diam-diam ternyata dia mengenal dunia bebas tanpa sepengetahuan mereka. Ini dikarenakan setelah sang anak mengenal kekasihnya yang bernama Rio, kekasihnya lah yang mengenalkan Rara pada pergaulan yang tak seharusnya ada dalam hidupnya. "Akhirnya kalian berhasil membawanya pulang," ujar Dito sembari menghela nafasnya panjang. "Dia sempat menolak, tapi syukurlah kami berhasil memaksanya pulang, meski cukup sulit karena pacarnya mencoba menghasut dia untuk membuat Rara memberontak pada kami," ujar Danuel sembari menatap tajam pada sang adik perempuannya yang begitu nakal. Dito kembali menghembuskan nafasnya dengan kasar. Perlahan dia melangkah menghampiri putri tercintanya itu. "Rara, apa kamu pikir kami tidak tahu kalau kamu membuat rencana untuk kabur? Dan apa kamu pikir kami tidak tahu kalau diam-diam kamu keluar dari rumah? Tanpa kamu ketahui, kalau dari jauh-jauh hari kami sudah menduga kalau kamu akan melarikan diri dari rumah, dan kami sudah menyiapkan semua persiapan seperti memindahkan letak CCTV dan sengaja membiarkan pintu tidak dikunci supaya kamu bisa keluar dari rumah ini, dan memudahkan kamu. Namun sayang, kamu tidak bisa pergi begitu saja," ujar Dito. Apa? Jadi semua keluarganya sudah tahu soal niatnya yang akan melarikan diri itu? Ah sial, pantas saja acara kabur dia malam ini terasa sangat berjalan mulus tanpa hambatan, itu karena semua keluarganya pun sudah tahu dan memudahkannya pergi dan menangkapnya. Begitu? Rara merasa dibodohi sekali. "Sudah aku katakan kalau aku tidak mau di jodohi!" Serunya memberontak. "Lantas, kamu mau menikah dengan siapa kalau bukan kami yang memilihkannya langsung untuk kamu? Dengan anak berandalan yang terlihat seperti gelandangan karena tidak ada didikan orang tua di dalamnya? Dia maksud kamu?" Seru Rani sangat marah. "Jangan panggil dia seperti itu, dia Rio! Dan aku sangat mencintainya!" Seru Rara yang semakin memberontak. Rani merasa tersulut emosi, dia melangkah cepat menghampiri putrinya lalu saat itu juga dia menamparnya dengan keras, sampai suara tamparan itu terdengar sangat nyaring. Suaminya, kedua anaknya dan kedua menantunya sangat terkejut mendengarnya. "Siapa yang mengajarimu untuk berteriak di depan orang tuamu, Rara? Sudah punya keberanian kamu sampai berani berteriak di depan orang tuamu? Siapa yang mengajarimu berlaku tidak sopan seperti ini? Apa pria bajingan itu?" Sentak Rani dengan nafasnya yang memburu kasar lantaran begitu emosi karena tindakan anaknya yang melewati batasnya. Rara semakin menangis mendengarnya, untuk pertama kalinya dalam hidupnya dia ditampar sekeras ini oleh ibunya. Dan tentunya bukan hanya pipinya yang sakit, tapi hatinya pun ikut sakit. "Gara gara laki laki itu kamu menjadi anak yang pembangkang! Dan bisa-bisanya kamu mau kabur bersama dia? Akan jadi apa kamu pergi bersama dia? Masa depan yang sudah di atur serapi mungkin oleh keluargamu, dan kamu akan merusaknya hanya demi laki-laki seperti itu? Sadar Rara, dia bukan laki-laki baik! Harus dengan apa kami menyadarkan kamu!" "Rani tenanglah." Dito merasa cemas dengan emosi istrinya yang menggebu-gebu. "Tidak bisa, anak ini harus aku beri pelajaran supaya dia tahu sopan santun!" Ujarnya dengan penuh penekanan. "Mulai sekarang, 1 minggu sebelum pernikahan, kamu tidak boleh keluar rumah sedikit pun! Kami akan mengurung kamu sampai pernikahan itu tiba! Dan Rara, sampai kapan pun kamu tidak akan bisa kabur atau pun menolak pernikahan ini! Pernikahan ini akan tetap berjalan seperti yang sudah di rencanakan!" Tangisan Rara semakin menjadi saat mendengarnya, dia terisak hebat dengan tubuhnya yang bergetar. Perkataan ibunya mematahkan semangatnya untuk menolak perjodohan ini. Ibunya tetap bersikeras untuk menikahkan dia dengan pria yang sama sekali tidak dia inginkan. Dan Rara sudah tidak punya kesempatan untuk menolaknya lagi. ****** Hari demi hari telah berlalu, kini hari yang dinanti oleh dua pihak keluarga telah terjadi. Hari dimana hari pernikahan yang mereka nantikan pun akan segera berlangsung. Di kediaman Davin, semua orang tengah bersiap-siap untuk pergi ke rumah calon pengantin mereka. Davin pun tampak sibuk mempersiapkan dirinya dengan pakaian pengantin yang sudah di siapkan. Davin benar-benar tidak menyangka kalau dia akan segera menikah, dia pikir kalau dia tidak akan menyentuh kehidupan pernikahan atau pun sebuah rumah tangga yang akan dijalani seumur hidup. Dia yang hobinya hanya kerja, kerja, kerja dan kerja sama sekali tidak terpikirkan untuk menikah. Dan pernikahan ini terjadi karena sebuah perjodohan. Benar-benar tak disangka, Davin yang sudah lama tak mengenal perempuan, berakhir di jodohkan oleh orang tuanya yang sudah muak karena dirinya yang terlalu lama melajang. Davin adalah anak pertama dari dua bersaudara, jelas tentu saja kedua orang tuanya jengah melihat anaknya yang belum mendapatkan pasangan, padahal kedua orang tuanya sudah tak sabar ingin memiliki menantu dan cucu dari anak sulungnya itu. "Widih, kece banget lo." Rendi--salah satu teman Dokter di rumah sakit mereka bekerja masuk ke kamar pengantin dan melihat keadaan calon pengantin itu dengan senyuman lebarnya. Bukan hanya dia saja, temannya yang lain pun ikut datang menghampirinya, dia adalah Danu. "Gimana? Udah ganteng kan gue?" Tanya Davin sembari terkekeh pelan. "Gak nyangka, bujang lapuk kita udah mau nikah," ujar Danu sembari terkekeh geli, "Tapi gue senang, karena akhirnya teman kecil gue ini mendapatkan pasangan, ya meski pun lewat perjodohan, tapi gue senang banget! Selamat ya Dav, gue berdoa semoga rumah tangga lo awet." Davin tersenyum kecil sembari menganggukan kepalanya. Soal awet nya rumah tangga, entahlah dia tidak yakin karena beberapa hari yang lalu dia mendengar kalau calon pengantinnya itu sempat melarikan diri untuk menolak perjodohan ini. Ah entah akan seperti apa nanti pernikahan ini, tapi Davin akan mencobanya secara perlahan. Dan mungkin saja, di tengah-tengah pernikahan ini ada cinta yang tumbuh di hati mereka sehingga menciptakan rumah tangga yang awet sampai mereka menua. Ya, semoga saja.Pagi telah menyapa, di pukul 9 pagi Rara baru saja bangun, dia terbangun juga karena cahaya matahari yang masuk ke dalam kamarnya. Biasanya dia bisa bangun lebih dari jam 9 ini, tapi karena cahaya matahari menyorot sangat tajam membuatnya merasa sangat terganggu."Ah siapa sih yang buka gordennya!" Gerugutnya sangat kesal. Sepertinya ada yang membuka gorden jendela kamarnya. Tapi siapa? Ibunya tidak akan berani melakukan itu, dan setiap malam juga pintunya selalu di kunci supaya tidak ada yang mengganggunya yang ada di kamar.Terpaksa Rara harus bangun, dia tidak punya pilihan lain. Saat dia menyibakkan selimutnya, betapa terkejutnya dia saat melihat sosok pria dewasa dengan pakaian santainya namun terkesan sangat rapi dan wangi itu berdiri tepat di depan matanya menatapnya dengan sangat lekat."AAAAA." Rara tentu saja sangat kaget, dia bahkan hampir terjatuh ke bawah sana kalau saja pria dewasa itu tidak langsung menarik tangannya dan menghalangi nya supaya tidak jatuh ke bawah sana.
"Gue gak mau tidur bareng sama Om, jadi om tidur aja di sofa, atau Om tidur aja di lantai sana! Atau mau dimana pun juga terserah, yang pasti gue gak mau tidur bareng!"Davin sangat terkejut, baru saja keluar dari kamar mandi dalam keadaan segar dan merasa lebih baik. Namun tiba-tiba saja dikagetkan dengan bantal serta selimut yang berserakan di bawah lantai sana. Davin hanya bisa melongo kala melihatnya.Apalagi saat dia mendengar suara istrinya yang berseru sembari menatapnya tajam diatas tempat tidur empuk itu."Apa maksud kamu?" Tanya Davin yang sama sekali tidak mengerti dengan tingkah laku istrinya itu."Kurang jelaskah? Gue bilang tadi kalau gue gak mau tidur bareng sama lo! Inget ya Om, gue gak cinta sama lo, gue gak punya perasaan sama sekali! Dan jangan harap kalau kita akan tidur bareng. Malam ini gue tidur diatas ranjang, sedangkan om tidur aja di bawah atau di sofa. Terserah mau dimana pun yang penting gak tidur di ranjang yang sama!" Ujarnya dengan penuh penekanan.Davi
Nisa dan Keira membantu adik iparnya untuk pergi menghampiri suaminya yang sudah menunggunya setelah acara ijab kabul selesai. Di karpet putih bertaburan bunga marah putih Rara berjalan didampingi kedua kakak iparnya, dia terpaksa harus tersenyum hanya karena suruhan kedua kakak iparnya yang memaksanya untuk tersenyum pada para tamu yang sudah menunggunya dan menyambutnya dengan senyuman kebahagiaan.Di depan sana suaminya Davin sudah menunggunya dengan senyuman lebarnya, dia terlihat sangat senang sekali. Dia terlihat lega karena acara sakral tadi sudah dilewati, sebelumnya dia hampir pingsan karena saking gugupnya.Rara muak sekali melihat suaminya itu, sebisa mungkin dia terus menerus mencoba untuk tersenyum meski dalam hatinya dia merasa sangat dongkol sekali.Saat keduanya saling berhadapan satu sama lain, Rara mencoba untuk bersikap jutek pada suaminya itu. Tapi suaminya justru tersenyum terus sedari tadi. Ah, cukup menyebalkan menurutnya.Davin benar benar dibuat tercengang kal
Davin merasa sangat gugup, selama di perjalanan dia tak berhenti mengatur nafasnya yang terasa sangat berat sekali. Tak pernah terbayangkan kalau hari H pernikahan akan sangat gugup seperti ini. Jantungnya sampai berdebar-debar sampai membuatnya merasa lemas karena saking gugupnya."Jangan gugup, Davin. Semuanya akan baik-baik saja," ujar sang ayah yang bernama Tama. Ayahnya duduk di kursi depan bersama supir yang membawa mereka untuk pergi ke rumah pengantin perempuan.Ibunya Sora tampak terkekeh geli saat melihat raut wajah putranya yang terlihat masam akibat mendengar perkataan ayahnya, perlahan dia genggam tangan anaknya yang terasa dingin, lalu dia usap dengan lembut, "Semuanya akan baik-baik saja."Davin merasa tenang kala mendengar perkataan ibunya, dengan perlahan dia menganggukan kepalanya sembari tersenyum hangat."Apa nanti setelah menikah abang gak akan tinggal di rumah kita lagi?" Celetuk adiknya Rayhan yang baru saja berumur 17 tahun."Iya tentu saja, setelah menikah aba
Pintu rumah dibuka dengan kasar, kedua anak laki-laki berjalan memasuki rumah besar milik mereka sembari menarik kasar anak perempuan di rumah itu yang hampir saja berhasil melarikan diri dari rumah kalau saja kedua kakak laki-lakinya itu tidak langsung mengetahuinya.Dito dan Rani sebagai orang tua kandung dari anak perempuan itu menunggu kedatangan kedua anaknya yang berhasil membawa pulang anak perempuan mereka yang sangat bandel. Mereka kompak menghembuskan nafasnya dengan kasar kala melihat anak perempuan mereka menunduk dengan tubuh yang bergetar karena menangis.Akibat pergaulan, sang anak perempuan menjadi sangat tidak terkendalikan! Pergaulan bebas yang selalu ditakutkan oleh kedua orang tua tersebut telah memasuki kehidupan putrinya.Selaku orang tua, mereka mengaku kecolongan. Mereka benar-benar tidak menduga kalau anak perempuan mereka bisa melakukan itu. Apalagi diam-diam ternyata dia mengenal dunia bebas tanpa sepengetahuan mereka.Ini dikarenakan setelah sang anak menge
1 minggu sebelum menuju pernikahan, Rara semakin dibuat ketar ketir. Hanya tinggal menghitung jari, pernikahannya akan segera dilangsungkan. Rara semakin kalang kabut. dia tetap saja menolak pernikahan itu, sebelum pernikahan itu terjadi, Rara selalu berusaha keras untuk mencari cara supaya dia bisa lepas dari perjodohan ini! Berbagai cara sudah dia lakukan. Namun tetap saja, semua cara yang dia lakukan tidak membuahkan hasil. Keluarganya tetap bersikeras untuk menjodohkannya. Dan sekarang hanya tinggal satu cara supaya Rara benar-benar terlepas dari perjodohan ini. Yaitu, kabur! Ya, kabur! Malam ini Rara sudah membuat rencana untuk kabur dari rumahnya, entah akan pergi kemana namun yang pasti malam ini dia harus kabur bersama teman temannya yang akan membantunya. Kalau bukan karena teman-temannya, Rara tidak akan bisa kabur dari rumahnya. Pukul dini hari Rara sudah bersiap di kamarnya, disaat semua anggota keluarganya sudah terlelap dan damai dalam tidurnya, Rara akan menja







