Beranda / Romansa / Jodoh Untuk Tuan Arogan / Bab 4. Tak mau harus mau

Share

Bab 4. Tak mau harus mau

last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-13 12:31:04

"Apa! Maksudmu, aku? Aku mendapat panggilan kerja?"

"Iya, kau berhasil Laras! Kali ini kau yang terpilih."

Kedua sahabat itu berlompatan kegirangan.

"Ayah ... Ayah ... Lihat kertas pemberitahuan ini. Aku masuk mendapatkan panggilan kerja."

"Benarkah?"

"Iya, Ayah nggak bakal percaya kan? Lihat lah, cuma aku yang mendapatkannya."

Lelaki berkacamata itu, melihat kertas pemberitahuan itu. Benar adanya nama anaknya Laras Kencana mendapat panggilan wawancara kerja di sebuah perusahaan

Ayahnya segera memeluk anak semata wayangnya.

"Bersyukurlah, Nak. Kepada Tuhan. Karena sudah mengabulkan semua doa-doamu, Nak. Capailah cita-citamu."

"Oh, Ayah. Aku menyayangi mu, yah."

Ada hujan air mata siang ini. Juga dari Meta sahabatnya.

***

Hari ini, apa yang dijanjikan Ibunya, untuk mendatangnya dua calon isteri untuk Alden terpenuhi.

Dua wanita anggun sudah duduk di ruang tamu yang luas. Satu berbaju biru muda, berbahan satin. Model sabrina, nampak kulit mulusnya bersinar. Layak sebagi istri Tuan muda Alden. Untuk tinggi badannya pun bisa mengimbangi Alden yang tinggi hampir 171 cm. Wajah oval manis, terlihat sebagai wanita yang berpendidikan tinggi.

Yang satunya, bergaun hitam, dan memakai anting besar, berlengan panjang, sopan. Tak banyak memperlihatkan lekuk tubuhnya, ada sebuah kacamata bertengger di hidungnya, sangat pas dan terlihat cantik mempesona.

Joshua, berdehem, melihat dua calon pilihan dari Nyonya Imelda.

"Nyonya, untuk aku satupun mau, sisa pilihan dari Tuan Alden, ya," bisik Joshua  di telinga Imelda.

"Hush ... Kau ini. Tugas apa yang aku berikan padamu? Sudah kau kerjakan?"

"Maaf, belum Nyonya." Lalu, Joshua  meminta kedua wanita itu untuk di ambil fotonya. Dan akan diperlihatkan pada Alden nantinya.

"Dengar ya, bukan hanya penampilan kalian saja yang menarik, aku ingin tahu kepribadian kalian." Imelda duduk diantara mereka. Kebetulan kedua gadis cantik itu adalah anak dari koleganya.

Jushua pamit meninggalkan mereka, segera naik ke kamar atas, menuju kamar Tuan mudanya.

"Lihat, dua calon istrimu, Tuan." Joshua memperlihatkan hasil foto di ponselnya.

Alden memperhatikan mereka, dan tettawa.

"Aku kenal mereka, ha ha ha, ibu tahu saja wanita yang pintar untukku."

"Apa kau kenal mereka?"

"Jangan salah, mereka berdua punya perusahan besar."

"Oh ya ... Kandidat yang istimewa."

Alden tersenyum, tentu saja bisa ditebak, itu semua adalah anak pebisnis handal.

Mereka berdua mau jadi calon istri, orang yang sama dalam pebisnis juga, siapa juga yang tidak kenal dengan Alden.

"Lalu, Tuan, mau pilih yang mana?"

"Ah, mereka bukan seleraku! Tiap hari aku banyak melihat wanita cantik."

Apa, Tuan Alden akan memilih wanita yang tidak cantik? Aku punya stoknya?"

"Ais ... Kau ini, bukan begitu maksudnya. Aku ingin punya istri yang istimewa."

"Siapa? Apa sudah ada calonnya?"

Alden mengangguk kecil, dan tersenyum.

"Mengapa tak bilang pada Nyonya Imelda?"

Alden hanya diam saja. Tak menanggapi belbagai pertanyaan Joshua.

Alden masih sibuk dengan laptopnya, memantau semua kerjaan kantornya yang saat ini semua dihendel chiko.

Tak lama, ada ketukan pintu kamar, dan muncul wajah Rosa penuh binar.

"Tuan Alden diminta ke ruang tamu bawah, ada yang ingin bertemu." ucap Rosa sopan.

"Ahay ...."  jawab Alden dan segera berjalan keluar dari kamarnya, dan berbalik lagi, lalu berdiri di hadapan Rosa.

"Rosa, aku minta tolong padamu, bilang sama ibu aku sudah punya calon sendiri."

Apa, Tuan Alden akan memilih wanita yang tidak cantik? Aku punya stoknya?"

"Ais ... Kau ini, bukan begitu maksudnya. Aku ingin punya istri yang istimewa."

"Siapa? Apa sudah ada calonnya?"

Alden mengangguk kecil, dan tersenyum.

"Mengapa tak bilang pada Nyonya Imelda?"

Alden hanya diam saja. Tak menanggapi belbagai pertanyaan Joshua.

Alden masih sibuk dengan laptopnya, memantau semua kerjaan kantornya yang saat ini semua dihendel Chiko.

Tak lama, ada ketukan pintu kamar, dan muncul wajah Rosa penuh binar.

"Tuan Alden diminta ke ruan tamu bawah, ada yang ingin bertemu."

"Ahay ...."  jawab Alden dan segera berjalan keluar dari kamarnya, dan berbalik lagi, lalu berdiri di hadapan Rosa.

"Rosa, aku minta tolong padamu, bilang sama ibu aku sudah punya calon sendiri."

"Tuan Alden, jangan berulah, ya."

"Tidak aku tidak berulah, aku mau pilihanku sendiri. Suruh ibu ikuti aku, ya."

Kemudian, Alden segera keluar dari kamarnya, berjalan tenang, turun dari lantai atas, dan tak langsung ke ruang tamu tapi ...

"Tuan Alden, tunggu, Tuan ..." Rosa segera turun setengah berlari, menuju kevruaj tamu dan berbisik lirih di telinga Imelda.

Imelda kaget, dan tanpa pedulikan dia wanita di sampingnya, dia langsung mengikuti Rosa yang sudah mengejar Tuan Alden, begitu juga Joshua.

Tuan Alden menuju sebuah tempat di mana kegiatan seseoarang yang rutin dia kerjakan.

Dari jauh Alden sudah melihatnya, sedang mengupas kelapa. 

Alden menenggok ke belakang, ibu, Rosa , dan Joshua nampak kebingungan dengan tingkah Tuan mudanya.

Sambil tersenyum, Alden dengan langkah pasti, berjalan menuju gadis tersebut.

"Maafkan aku, bila ini akan sangat menyinggungku," kata Alden pada gadis tersebut.

Gadis tersebut adalah Laras, yang sedang membantu ayahnya mengupas kelapa, untuk dijadikan minyak copra.

Laras kaget, atas situasi yang tak terduga ini, belum juga sepatah kata diucapkanya. Alden langsung menarik tangan Laras, hingga masuk dalam pelukannya, dan segera mengecup bibir Laras.

Sesuatu perbuatan yang baru pertama kali Alden lakukan yaitu, mencium bibir lawan jenisnya.

Semua, terpana. Bahkan Imelda menutup bibirnya karena kaget.

"KAU!" Laras kaget, namun tak bisa bertindak lebih, banyak pasang mata melihat kejadian tersebut, terlebih Ayahnya.

"Dialah, calon istriku, Bu." cakap Alden dengan semangat dan kesungguhan hati.

Laras kembali kaget, tangannya mencoba melepaskan diri dari genggaman tangan Alden yang kuat. Tapi, usahanya sia-sia. Malah kini, tubuhnya menempel lekat di tubuh Alden. Tangan kekar itu sudah memeluk pinggang Laras. 

Laras menatap lelaki yang juga anak majikan Ayahnya itu lekat-lekat. Justru Alden menatap lembut pandangan Laras  tersebut, membuat  gadis yang biasanya tomboy dan berani, malah tak berkutik dalam pelukan tuan Alden.

"Tuan Alden, apa yang kau lakukan?" Rosa sudah melontarkan pertanyaan yang membuat orang tercengang di tempat tersebut.

Ayah Laras, mendekat bingung.

Alden yang sudah siap.atas segala resikonya, atas sikap yang akan ditimbulkannya.

"Paman, ijinkan aku melamar anak gadis, Paman." Alden pun akhirnya memberanikan diri berkata di hadapan Ayah Laras.

"Tuan, Tuan .." kata-kata Ayah Laras tak bisa terucapkan.

"Aku bersungguh-sungguh." Mimik Alden sungguh tak diragukan lagi.

Laras masih terdiam, memandang Ayahnya tak mengerti, mengenal lelaki yang memeluknya saja tidak, apa lagi sudah mencuri ciuman pertamanya. Sungguh Laras tak bisa bicara apapun. Saat Ayahnya hanya mengangguk pada Tuan Alden.

"Benarkah, Tuan? Baguslah, tapi Nyonya

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jodoh Untuk Tuan Arogan   Bab 21. Rencana Nakal

    Laras terbaring diam, wajahnya pucat. Sakit lamanya kambuh lagi. Laras mengalami kekurangan sel darah merah. Tubuhnya teramat lelah dan lemas. Untuk membuka mata pun rasanya susah sekali. Tapi telinganya mendengar suara-suara di sekitarnya. Saat Dokter berkata banyak tentangnya. Ayah yang datang, lalu menangis, ada juga Joshua dan seseorang yang entah siapa terus menjaganya sepanjang malam."Bangunlah, Laras. Kau sudah aman sekarang." Sebuah suara membuat Laras ingin membuka matanya. Satu-satunya keinginannya adalah membuka ponsel Alden. Penasaran dengan nomor terakhir yang sempat Laras simpan dengan inisial 'N'.Pelan Laras membuka kelopak matanya, Lalu memejamkan mata kembali. Sinar lampu dalam ruangannya membuat matanya terasa sakit."Pelan-pelan saja, buka matamu."Suara seorang wanita hadir lagi, ah ... Ah suara siapa itu?Laras ikuti perintah itu, dan mencoba membuka matanya pelan. Sepi.Laras menatap atap berwarna putih, tembok putih dan ada alat infus pada tangannya.Mulut La

  • Jodoh Untuk Tuan Arogan   Bab 20. Beraksi!

    Di rumah besar, sedang duduk Imelda dan Annabel. Wajah gadis cantik itu tampak tidak senang dengan wanita di depannya."Mengapa Tante menyuruhku, kembali pulang? Padahal kemarin, aku dapat tugas, membuat anak babu itu nggak betah di rumah!""Kau mampu tidak? Aku bilang tanya pada ibumu, dia lihai dalam hal seperti ini.""Tante! Aku nggak mau pulang!""Kalau kamu gak mau pulang, nurut apa kataku. Tadi di rumah sakit kau saja tak bisa melawan anak babu itu!"Annabel mulai mendelik pada Imelda."Lalu apa yang harus aku lakukan?!" Sewotnya sengit."Kau harus mampu bersaing bukan hanya dalam merebutkan Alden, buat dia tak mampu dan tak bisa berkutik di depan suaminya paham.""Cari dan kulik dia, kesalahannya apa, bila tak ada buat kesahan ada padanya."Annabel, terdiam melihat sinis pada wanita di depannya. Imelda hanya tenang saja, "Mengapa? Kau marah padaku?" Sudah aku bilang, telepon ibumu, dan minta bantuan dia, agar bisa mengusir anak babu itu." Imelda pun berdiri, dan meninggalkan An

  • Jodoh Untuk Tuan Arogan   Bab 19. Alden Kembali!

    Laras menatap Alden yang tiba-tiba jatuh pingsan saat sudah sampai di rumah sakit.Lelaki yang baru saja semalam menjadi suaminya ini, terbaring dalam luka yang cukup serius, sedangkan dirinya hanya luka ringan pada sikunya. Ponsel Alden sudah aman dalam tas Laras. "Bangun, Alden .... Jangan buat aku jadi janda. Baru saja nikah tadi malam." kata Laras pelan dan mengembuskan napasnya kesal.Namun, Alden masih juga terdiam, dalam pikiran Alden ada seseorang yang memanggilnya dengan pelan. Alam bawah sadarnya terbawa ke masa kecilnya, di mana ayahnya, memeluk erat dirinya saat mobil yang ditumpanginya bermanuver. Hingga tubuh mereka terbentur dalam badan mobil.Tangan ayahnya melindungi kepala Alden dengan kuat. "Ayah, bangun yah!" teriak Alden kecil. Melihat ayahnya terbujur kaku.Beberapa benturan pun akhirnya mengenai kepala bagian kiri Alden. Malang tak dapat di tolak, Alden mengalami gegar otak ringan. Laras melihat suaminya tanpa berkedip. Membelai pipinya, dan tiba-tiba, mengecu

  • Jodoh Untuk Tuan Arogan   Bab 18. Kecelakaan ke tiga

    Joshua memandang tajam pada Laras begitu juga Alden."Lepaskan, sakit tahu!""Katakan darimana kau tahu?""Bukankah kau sendiri yang mengatakan padaku?""Kapan?""Saat ... Saat di pantai dulu."Keruyuk .. terdengar dari perut Laras. Alden menelan salivanya."Jalan Josh, kita cari rumah makan."Alden melepas tangan Laras. Dirinya pernah menceritakan tentang hal tersebut? Alden masih meraba-raba lagi ingatannya.Laras mengelus bekas cengkraman tangan Alden, ada bekas merah yang membuatnya meringis sakit."Maaf ..." bisik Alden pelan pada Laras.Laras mengangguk pelan.Joshua pun memasuki area rumah makan yang terlihat sedikit sepi. Mereka pun masuk, mengisi perut yang terasa lapar. Sementara itu, dalam rumah besar itu, duduk Imelda, sedang berusaha menghubungi seseorang berkali-kali."Tante, apa yang harus aku lakukan ..." Annabel cemberut."Buat, wanita hina itu tak betah di rumah ini, ibumu jagonya, tanyakan pada dia," jawab, Imelda masih terus sibuk dengan ponselnya."Mengapa harus t

  • Jodoh Untuk Tuan Arogan   Bab 17. Pernikahan

    Laras terdiam duduk di sudut pembaringan yang empuk. Namun hatinya tak tenang. Karena Alden yang terus menatapnya dari tadi dari sudut ruangan dimana Alden duduk di sebuah sofa besar. Bak seorang tawanan. Laras tak tahu lagi mau bicara apa. Dan akhirnya,"Aku mau berganti pakaian." lirih Laras berucap.Alden masih juga menatapnya dalam pandangan yang berbeda.Lebih baik aku katakan terus terang saja, batin Laras."Kau masih ingat perjanjian sebelum nikah kan?" "Perjanjian? Perjanjian yang mana? Sekarang aku saja bingung. Mengapa aku menikahimu. Tapi aku harus menikahimu, membingungkan bukan? Terus sekarang apa yang harus aku lakukan?" "Hah! Masih belum ingat toh," ucap Laras, seakan ada kesempatan untuk bisa menghindari sesuatu yang tak inginkan."Baik, sekarang aku mau berganti pakaian, jadi lebih baik kau keluar saja dulu.""Tapi, kau istriku aku ...""Saat ini jangan fikirkan hal tersebut. Aku mohon." Suara Laras merendah, agar sifat Alden yang sedikit arogan tidak kambuh lagi.T

  • Jodoh Untuk Tuan Arogan   Bab 16. Siapa Hendro?

    Laras memperhatikan terus, lelaki yang marah-marah pada Vespanya. Laras hanya tertarik pada kamera jadul yang melingkar pada leher lelaki itu. Sepertinya dia pernah lihat seseoarang membawa dan memegang kamera mahal tersebut. Tapi di mana? Laras kecil sejak ibu pengasuhnya meninggal langsung ikut dengan bibinya di desa. Adik ayahnya inilah yang merawat hingga Laras dewasa, setelah dirinya mampu mandiri. Laras kini bersama ayahnya, menemani sekaligus harus dekat dengan ayah ini. Karena bibinya sudah meninggal. Mata Alden menatap Laras tak berkedip. Cewek ini terlihat biasa saja, tapi mengapa Alden merasa Pasti bahwa Laras adalah orang yang istimewa."Kau kenal dengan diam" tanya Alden"Tidak," Laras tersadar dan menjawab sambil menggelengkan kepalanya.Alden masih menikmati kopi dan rotinya. Kni giliran Laras yang memandang lelaki gagah di depannya. Sepertinya sebuah cerita rahasia yang Alden ungkapkan tempo hari pada Laras sebelum kecelakaan itu, masih terngiang di ingatan Laras. Apa

  • Jodoh Untuk Tuan Arogan   Bab 15. Aroma yang tak terlupakan

    Alden terus menatap Laras yang duduk di hadapannya. Laras merasa jengah dan tak nyaman, saat mata tajam Alden terus menatapnya tanpa berkedip."Aku suka memandangmu, tapi apa yang aku suka? Aroma tubuhmu aku suka. Aku seakan terikat dengan pesonamu, siapa sebenarnya kamu?" tanya Alden sambil terus mengingat sesuatu.Laras terdiam, ingin rasanya Laras ungkapkan rahasia yang dulu pernah Alden ungkapkan antara mereka berdua saja. Akan tetapi bibir Laras terkunci rapat. Apakah betul amnesia itu akan hilang. Bila itu terjadi ? Apa Alden ingat rahasia besar yang diungkapkannya secara empat mata bersamanya."Tuan ..." Bisik Laras."Panggil aku Alden dulu kau panggil aku hanya nama bukan?""Tuan ...""Alden ... Al–den""Al den.." Laras berbisik lirih. Suaranya seperti tercekat, pasti kau sangat tersiksa Alden atas ingatan yang tak bisa kau jangkau.Cukup lama Laras memandang Alden, begitu juga Alden, yang sedang dalam taraf penyembuhan ingatannya itu. Secara perlahan, kepala mereka semakin

  • Jodoh Untuk Tuan Arogan   Bab 14. Lelaki Misterius

    Joshua memesan sebuah greb dan membawa Laras pergi dari tempat tersebut. Joshua teringat kembali dengan sosok Annabel. Alden dan gadis itu tumbuh bersama. Annabel adalah anak sahabat Nyonya Imelda. Mereka sudah dijodohkan sejak kecil. Tapi, Alden tak pernah akrab ataupun akur dengan Annabel. Tapi wanita itu terus saja membayangi kehidupan Alden. Hingga saat dirinya harus melanjutkan sekolahnya di Belanda, tetap saja Annabel tak kurang akal. Tetap, mengikuti semua kehidupan Alden. Entah ini, kabar dari mana? Tiba-tiba, Annabel ada di sini. Apakah Nyonya Imelda yang menyuruhnya datang? Ataukah ada alasan yang lain?Joshua terus berpikir keras. Apa yang akan terjadi apakah, Alden akan terlihat atau lupa dengan Annabel?Laras, merasakan sakit hati. Sama sekali tak mengenal wanita itu, tapi dirinya merasa terhina. Apalagi menyebut dirinya, anak babu! Sepertinya, dia tahu banyak, tentang Laras dan Ayahnya."Siapa dia, Joshua?""Nanti aku jelaskan, Nona. Maaf tidak sekarang."Laras diam, tap

  • Jodoh Untuk Tuan Arogan   Bab 13. Kedatangan Annabel

    "Ayah!" Laras langsung memanggil ayahnya. Lihatlah."Ayah hanya bisa tergugu melihat begitu banyak belanjaan anaknya."Kau sudah gajian, Nak?""Ini, semua dari Alden, dan aku sekarang bekerja di kantornya.""Maksudnya? Kau ...""Iya, ternyata aku kerja di perusahaan Alden, lalu dia memindahkan tempat kerjaku yang tadinya aku ... a-ku." Laras tak melanjutkan kalimatnya. "Iya, magangnya sudah selesai jadi aku, sudah ditempatkan, dan aku bekerja pada Alden." jelas Laras berbohong."Lalu, ada hubungan apa, dia membelikan semua ini? Apakah ini, bertanda?"Laras langsung menyanggahnya, teringat sikap Alden yang berubah.'Tidak, Ayah. Tidak ada maksud apa-apa. Aku masuk dulu ke kamar." Laras segera membawa semua barang belanjaan itu.Dalam kamar, Laras bernapas lega. Pelan-pelan, Laras mencoba baju kerjanya, komplit dengan sepatu tinggi, dan tas bermerek mahal.Sementara itu, dalam kamar Joshua masih terus mendekati Alden."Tuan, apa tuan sudah teringat sesuatu? Sebelum kecelakaan yang meni

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status