Jodoh Untuk Tuan Arogan

Jodoh Untuk Tuan Arogan

Oleh:  Langit Biru Kelabu  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 Peringkat
21Bab
375Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Alden adalah lelaki matang yang seharusnya sudah menikah. Namun, di usianya menjelang 30 dirinya belum menemukan pasangan yang cocok. Sifatnya yang kaku dan cenderung pendiam menjadikan dirinya terkenal si bos angkuh yang sombong. Anak buahnya tak ada yang berani membantah perintahnya. Sang kakek yang sudah mengalami struk, sudah mulai gusar dengan keadaan Alden,ibunya mulai mencari beberapa wanita untuk menjadi kandidat , dijadikan calon istri untuknya. Ada yang menarik dari sisi Alden, dia malah memilih orang yang sama sekali tidak masuk dalam daftar pilih orang tuanya. Dia Laras, anak salah satu tukang kebunnya. Usianya baru saja lewat 25 tahun. Apakah intrik dan trik dari cerita ini? Apa Alden setelah mengalami amnesia akan menemukan sosok wanita idaman pada diri Laras, yang tomboy dan sedikit slengekan. Nyawa Laras menjadi taruhan karena mengetahui rahasia besar keluarga Alden. Apakah Alden akan melindungi Laras?

Lihat lebih banyak
Jodoh Untuk Tuan Arogan Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
EL Dziken
aku suka sifat aroganmu......
2023-10-27 11:14:23
0
21 Bab
Bab 1. Seleraku
"Lepaskan! Aku tak bersalah!" teriak gadis berambut panjang dan sedikit berwarna semburat merah. Sementara di dekatnya beberapa pot bunga nampak becah berantakan. "Hai, gadis kecil. Sepertinya tidak pada tempatnya, kau bermain bola di sini!" Sebuah suara berwibawa terdengar. Beberapa orang lelaki yang memegang lengannya segera melepasnya. Gadis itu segera menengok ke sumber suara tersebut, terlihat seseorang memakai stelan jas berwarna hitam, rapi. Rambutnya begitu licin berbelah pinggir, aroma parfumnya sudah menguasai penciuman gadis tersebut. "Maafkan aku, aku tak tahu kalau bola yang ditendang temanku mengenai pot-pot ini, tuan. Aku hanya hendak mengambil bola tersebut. Tapi algojo tuan, malah memfitnahku memecahkan pot itu." Tuan beraroma wangi itu, memandang gadis di depannya, wajah imut, celana belel sebatas lutut, terlihat sangat tak sopan berpakaian seperti itu. "Bukankah kau putri, Pak Pardi, bukan?" "Betul, aku anak bungsu, tukang kebun anda, tuan." Jawaban gadis itu
Baca selengkapnya
Bab 2. Muncul Tiba-tiba
"Laras ..." panggil balik. Mereka pun tertawa bersama, "Tidak usahlah, datang ke tempat ayah," "Aku ingin, ayah. Lihat aku buat makanan ini untuk Ayah." Laras membuka bekalnya, dan terlihat makanan yang mengunggah selera. "Laras apa aku, juga boleh makan?" "Oh tentu saja , ayo ..." Kebahagian yang membuat iri semua orang, Laras, besar bersama Ayahnya. Ibunya sudah meninggal, Laras dititipkan pada adiknya, kini sudah tumbuh besar dan menjadi gadis cantik yang periang dan tomboy. Akhir-akhir ini, dirinya membantu bibinya menjualkan buah-buahan. "Ayah, aku pergi dulu, pasti bibi, sudah menungguku." "Pergilah, hati-hati,' pesan Ayahnya. "Baik, Ayah." *** "Silakan Tuan, buah ini rasanya manis sekali. Berbeda dengan buah tetangga. Ini buah matang di pohonnya nggak pake karbit, Tuan. Silakan incipi yang sudah saya kupas ini." Tawar gadis itu dengan lihatnya. Lalu menyodorkan piring kecil berisi potongan buah mangga yang sudah terpotong kecil-kecil. "Apa ini, bersih?" tanya lelak
Baca selengkapnya
Bab 3. Bertemu
Terjadi tragedi Mangga, Alden yang terlalu makan banyak buah mangga itu mengalami diare. "Sudah aku ingatkan, tapi tuan tidak percaya." "Sudahlah kau jangan banyak meracau. Mengapa kau tak diare Josh, bukan kah kau pun makan begitu banyak?" "Oh perut aku nggak latah, tuan, sudah terbiasa dalam keadaan apapun." 'Hai! Kau pikir perutku latah juga karena kena diare!" Bentakan dari Alden membuat Josh langsung menghentikan candaannya. "Maaf, Tuan." "Ah, kau ini. Bantu aku. Hari ini ada rapat, gunakan slide saja. Aku tinggal duduk dan prestasi. Usahakan rapat hanya 25 menit saja, paham!" "Paham, Tuan. Apa sisa mangga perlu kita kembalikan lagi, Tuan?" Alden langsung mendelik pada Josh. *** Karena diare, Alden tak berangkat ke kantor hari ini, ini pertama kalinya dirinya hanya berdiam diri di rumah. Semua tugas kantor di serahkan pada Joshua. Dari jam sembilan tadi, sudah hampir 20 lebih, Alden mondar-mandir ke toilet. "Tuan, apa tak sebaiknya, kau ke rumah sakit?" tanya Rosa.
Baca selengkapnya
Bab 4. Tak mau harus mau
"Apa! Maksudmu, aku? Aku mendapat panggilan kerja?" "Iya, kau berhasil Laras! Kali ini kau yang terpilih." Kedua sahabat itu berlompatan kegirangan. "Ayah ... Ayah ... Lihat kertas pemberitahuan ini. Aku masuk mendapatkan panggilan kerja." "Benarkah?" "Iya, Ayah nggak bakal percaya kan? Lihat lah, cuma aku yang mendapatkannya." Lelaki berkacamata itu, melihat kertas pemberitahuan itu. Benar adanya nama anaknya Laras Kencana mendapat panggilan wawancara kerja di sebuah perusahaan Ayahnya segera memeluk anak semata wayangnya. "Bersyukurlah, Nak. Kepada Tuhan. Karena sudah mengabulkan semua doa-doamu, Nak. Capailah cita-citamu." "Oh, Ayah. Aku menyayangi mu, yah." Ada hujan air mata siang ini. Juga dari Meta sahabatnya. *** Hari ini, apa yang dijanjikan Ibunya, untuk mendatangnya dua calon isteri untuk Alden terpenuhi. Dua wanita anggun sudah duduk di ruang tamu yang luas. Satu berbaju biru muda, berbahan satin. Model sabrina, nampak kulit mulusnya bersinar. Layak sebagi istr
Baca selengkapnya
Bab 5. Terpilih
"Apa! Maksudmu, aku? Aku mendapat panggilan kerja?" "Iya, kau berhasil Laras! Kali ini kau yang terpilih." Kedua sahabat itu berlompatan kegirangan. "Ayah ... Ayah ... Lihat kertas pemberitahuan ini. Aku masuk mendapatkan panggilan kerja." "Benarkah?" "Iya, Ayah nggak bakal percaya kan? Lihat lah, cuma aku yang mendapatkannya." Lelaki berkacamata itu, melihat kertas pemberitahuan itu. Benar adanya nama anaknya Laras Kencana mendapat panggilan wawancara kerja di sebuah perusahaan Ayahnya segera memeluk anak semata wayangnya. "Bersyukurlah, Nak. Kepada Tuhan. Karena sudah mengabulkan semua doa-doamu, Nak. Capailah cita-citamu." "Oh, Ayah. Aku menyayangi mu, yah." Ada hujan air mata siang ini. Juga dari Meta sahabatnya. *** Hari ini, apa yang dijanjikan Ibunya, untuk mendatangnya dua calon isteri untuk Alden terpenuhi. Dua wanita anggun sudah duduk di ruang tamu yang luas. Satu berbaju biru muda, berbahan satin. Model sabrina, nampak kulit mulusnya bersinar. Layak sebagi istr
Baca selengkapnya
Bab 6. Kecupan Pertama
Gadis bernama kintan itu, tersenyum manis pada Alden. Gadis blasteran India dan indonesia itu mendekat pada Alden, dan mengulurkan tangannya. Alden tergugu melihat teman semasa SMP-nya kini berada di depannya. Penampilannya sungguh sangat berbeda, dulu tubuhnya yang tambun kini berubah menjadi langsing dan kulitnya putih bersih, perubahan pada fisiknya pun terlihat nyata, dengan buah dadanya yang membusung besar. Akhirnya, Alden menyalami Kontan, dengan ragu-ragu. Ada firasat yang tidak enak atas kehadirannya. "Sekali lagi, aku tanya, ada keperluan apa, kau kemari? Ada acara reuni?" Alden bertanya dengan egoisnya, tanpa basa-basi pada seorang wanita cantik macam Kintan. Gadis berpakaian sopan itu, tersenyum, "Kau tak berubah, Alden. Masih saja angkuh seperti dulu. Aku pun baru tahu kalau kau belum punya pasangan. Ibumu yang memasang iklan, untuk jodohmu. Jadi ... Aku beranikan diri menemuimu. Maaf ..." serunya manja. Ada lirikan menggoda pada sudut matanya. "Ish, kau ini, aku suda
Baca selengkapnya
Bab 7. Terasa
Mata Alden mendelik pada ke dua adiknya, dirinya paling tidak suka pada sikap keduanya yang membuatnya berang. Tanpa penjelasan yang panjang. Alden meninggalkan mereka di kamarnya, begitu juga Markus. Tomi dan Brendon cuma mendesah saja, lalu mereka pun, turun dengan gerutuan panjang. Kini mereka berkumpul, Nyonya besar, Alden, Tomi dan Brandon. Tomi memandang kakak tirinya yang duduk di ujung meja makan berukuran besar. "Kau tak terima dengan sikapku?" tanya Alden. "Tidak, kak." "Bagus! Aku harap nilai kalian untuk semester ini bagus dan patut dibanggakan." Lanjut Alden, dan memulai memakan sarapannya. "Baik, kak" jawab mereka hampir bebarengan. "Bagus! Aku tak perlu banyak cakap untuk kalian berdua. Pesanku, jaga sikap dan perilaku kalian di rumah." Nyonya Imelda hanya diam saja, atas kejadian yang baginya sudah terbiasa.Terkadang malah terjadi sebuah persilihan antara mereka. "Apa kau tidak masuk kerja, Alden?" tanya ibunya. "Tidak, Bu, hari ini, perutku masih agak mula
Baca selengkapnya
Bab 8. Terasa tersisih
Terjadi sebuah perdebatan sengit antara Alden dan Bimo . Keduanya dari perusahan yang berbeda, keduanya ingin menangkan tender besar. Alden menatap tajam pada Bimo. Sialan anak ini, benar-benar ingin menusukku dari belakang. Senyum seringai kesombongan ada pada bibir Bimo. Alden menutup meeting, tanpa ada hasil atau keputusan, meeting berikutnya, akan diadakan Minggu depan. Malam menjelang, Alden pulang. Tiba-tiba. "Rosa, aku ingin bicara dengan Ibu." "Baik, tuan." Tak lama, Imelda sudah duduk, menunggu anaknya ingin membicarakan sesuatu. "Tolong Bu, sekali ini jangan halangi aku, siapkan acara untuk aku melamar Laras." "Apa!" Imelda berdiri saling kagetnya. "Kau serius? Ibu sudah ..." "Jangan banyak bertanya Bu, aku ingin besok melamar Laras, bila perlu aku ingin menikah secepatnya, sebelum Bimo menikah." Ibunya kaget, namun masih terdiam. "Aku ingin bertemu, kakek." "Jangan! Dia baru saja istirahat, mohon, jangan diganggu." "Aku hanya ingin, ijin, padanya." "Nanti ibu
Baca selengkapnya
Bab 9. Sembrono
Markus memandang Denok, dan Rosa bergantian. Dirinya paham atas perilaku tersembunyi, bahkan ada hubungan terlarang. Siapa lagi kalau bukan dari Nyonya Imelda. "Pergilah, ke belakang, kau aman di sana Markus." "Aku akan tetap membongkar ketidak adilan ini, bibi Rosa. Bila ada sebagian dari mereka ada yang tersakiti. Terutama, Pak Pardi. Jangan sakiti orang baik itu." Rosa mengangguk, "aku tahu, Markus, stt, tolong pelankan nada bicaramu." Rosa pun menarik lengan baju Markus untuk keluar dari dapur utama. Markus menuruti saja perintah Rosa, saat tahu ada Nyonya Imelda ada di depan pintu dapur. "Markus! Apa yang kau lakukan di sini!?" "Maafkan dia, Nyonya. Dia hanya haus dan meminta segelas air. Makanya sekarang aku suruh dia pergi dari dapur utama." Markus segera permisi dan meminta maaf karena telah lancang masuk ke dapur utama, yang merupakan dapur khusus untuk orang rumah bukan dapur untuk pekerja rendahan macam Markus, yang hanya sebagai sopir cadangan saja. Markus berjalan
Baca selengkapnya
Bab 10. Perselisihan
Terjadi sebuah perdebatan sengit antara Alden dan Bimo . Keduanya dari perusahan yang berbeda, keduanya ingin menangkan tender besar. Alden menatap tajam pada Bimo. Sialan anak ini, benar-benar ingin menusukku dari belakang. Senyum seringai kesombongan ada pada bibir Bimo. Alden menutup meeting, tanpa ada hasil atau keputusan, meeting berikutnya, akan diadakan Minggu depan. Malam menjelang, Alden pulang. Tiba-tiba. "Rosa, aku ingin bicara dengan Ibu." "Baik, tuan." Tak lama, Imelda sudah duduk, menunggu anaknya ingin membicarakan sesuatu. "Tolong Bu, sekali ini jangan halangi aku, siapkan acara untuk aku melamar Laras." "Apa!" Imelda berdiri saling kagetnya. "Kau serius? Ibu sudah ..." "Jangan banyak bertanya Bu, aku ingin besok melamar Laras, bila perlu aku ingin menikah secepatnya, sebelum Bimo menikah." Ibunya kaget, namun masih terdiam. "Aku ingin bertemu, kakek." "Jangan! Dia baru saja istirahat, mohon, jangan diganggu." "Aku hanya ingin, ijin, padanya." "Nanti ibu
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status