Home / Rumah Tangga / Jodoh Wasiat Ibu / Bab 5. Tak Tergoda

Share

Bab 5. Tak Tergoda

Author: EL Dziken
last update Last Updated: 2023-02-10 12:45:01

Malam menjelang, janji Sean untuk mengantar Sonia dipenuhi juga untuk dinner, karena bagi Sean, pantang bagi dirinya untuk melanggar janjinya sendiri. Apa lagi pada Sonia.

Sean sudah berada di teras depan indekos milik Sonia. Memang dirinya harus indekos karena jadwal pemotretannya yang terkadang hingga malam hari. Sebenarnya iklan apa ya? Sean tak pernah peduli dengan apa yang di lakukan Sonia. Asal masih sewajarnya ya, terserah saja.

Setelah keduanya sudah berada di dalam mobil, Sonia tampak duduk menyilangkan kakinya, dalam pakaian mini dresnya berwarna hitam, kulitnya yang putih bersih terlihat kontras dengan warna baju yang di kenakan malam ini, justru lebih elegan di mata Sean. Pahanya yang mulus terpampang bebas di depannya.

Sonia menunggu waktu yang tepat. Rasanya sudah tidak tahan melihat Sean. Nafsunya seakan sudah di ubun-ubun.

Sean menghentikan mobilnya di sebuah studio. Yang biasa Sonia pakai untuk pemotretan iklan, baju dan lainnya.

Kali ini Sonia mendapat iklan produk paket slim. Sebuah produk pakaian yang bisa memperlihatkan tubuh terlihat lebih langsing.

"Aku tunggu di luar saja ya, nggak enak sama fotografernya. Ntar nggak konsen lagi." seloroh Sean.

"Ya udah nggak apa-apa, paling cuma satu jam saja."

"Yup, aku tunggu ya."

Sonia pun, pamit dan keluar dari mobil. Melenggang sendirian masuk dalam studio milik PT. Cahaya.

Sean berada di dalam mobil sendirian. Disetelnya musik untuk menemaninya.

Di dalam studio, sudah siap beberapa orang yang sedang bergiliran untuk membuat foto iklan.

"Sonia!" Panggil seseorang, "Sebelah sini."

"Oh iya," Sonia pun mengikuti pria tersebut ke sebuah tempat studio yang lain.

Ada Gibran sang Fotografer yang sudah siap membidik gambar dengan kamera mahalnya.

Ada dua orang gadis, sedang on kamera, pakaian mereka cukup seksi, jumpsuit keluaran terbaru mereka kenakan.

Sonia terdiam, "Hai nglamun aja, ini bagian kamu, pakai nih." suruh wanita bule yang berlogat Betawi mengagetkan Sonia.

"Ih, Mbak Widi, masa aku pake baju saringan." celutuk Sonia sambil tertawa ngakak, melihat baju yang akan dikenakannya.

"Ha ha ha, memang begitu say, jangan nolak, biasa. wajah kamu nggak akan kelihatan. Sini, puting kamu, aku tutup dulu pakai isolasi ini." Mbak Widi menunjukkan isolasi warna hitamnya sambil tertawa. Mereka pun sudah tertawa ngakak.

"Sttt, mahal nih mahal ... Mau fulus nggak sih lu." sontak Mbak Widi.

"Mau, lah ... Tapi nggak gini juga kali."

"Atau mau yang ini." Mbak Widi memperlihatkan G- string berbentuk tali temali. Sonia sudah tertawa ngakak melihat pakaian tersebut. Mbak Widi Pun ikutan tertawa.

"Mbak ... Jangan buat aku tertawa ngakak."

"Ngakak gimana? Ini datang dari Singapura tahu. Yang make tuh bule-bule."

"Ya udah, aku pakai pilihan yang pertama, tapi Gibran yang foto in aku kan? Aku nggak mau selain Gibran."

"Iya, Gibran yang foto. Rewel amat lu hari ini."

"Nih, sok pentil gue, buruan tutup dulu pake isolasi."

Dua wanita itu masih kasak kusuk dalam kamar ganti.

Selanjutnya pemotretan pun selesai, iklan baju G-String sudah Sonia lakukan. Berbagai pose menantang Sonia lakukan. Dada Sonia yang ukuran super menjadi daya tarik tersendiri, ditambah kulitnya yang putih dan bersih. Bayaran pun cair, uang langsung diterimanya. Sonia menjual foto tubuhnya tanpa memperlihatkan wajahnya. Tubuh seksinya, sering terpampang di majalah dewasa terbitan luar negeri tanpa diketahui identitasnya, dan Sean tak mengetahui pekerjaan Sonia ini. Karena studio yang berada di depannya adalah studio resmi untuk foto iklan tanpa embel-embel foto porno.

Tak lama, Sonia pun keluar dari studio tersebut, sudah berpakaian rapi. Mungkin ada satu jam lebih Sean menunggu dengan setia gadis pujaannya.

"Sudah?"

Sonia mengangguk, "Tapi lapar ..." rengeknya manja.

"Ayo, kita cari makan, aku juga lapar dari tadi." Kembali, mobil Sean meluncur menuju kafe yang terdapat live musiknya. Suasana malam begitu indah, langit cerah, dan angin berembus sepoi-sepoi, tenang dan romantis.

Di meja tersendiri, mereka sudah memesan makannya. Bersantap dalam momen yang romantis. Canda dan tawa dari mereka. Bersua foto bereng. Tak sadar waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam.

"Pulang yuk, besok 'kan kerja lagi."

"Hu um." Sonia berjalan masih terbawa romantisnya. Tangannya tak mau lepas dari genggaman Sean.

Mereka kini sudah di dalam mobil. Sonia sudah tidak tahan lagi. Tangan Sean ditariknya pelan, di arahkan ke pahanya yang mulus. Dengan tatapan mesranya pada Sean.

"Sayang, nggak pengin apa?"

"Apanya?" Sean hanya memandang Sonia. Ada gejolak birahi tiba-tiba. Disaat tangannya sudah menyentuh pangkal paha Sonia.

Parkiran yang cukup sepi membuat Sean leluasa mengelus paha Sonia. Tangan Sean semakin ke atas. Desahan dari bibir merah Sonia membuat darahnya semakin mendidih. Pelan lelaki tampan itu meremas gundukan empuk, terasa kenyal, walau masih dilapisi baju lengkap.

Sonia sudah sange, segera diraupnya bibir Sean, mereka saling mencium bibir, melumat, decakan terdengar halus. Sean semakin panas, bibirnya sudah melengsak ke sela leher jenjang Sonia. Tangan Sonia memeluk erat tubuh Sean.

Namun tiba-tiba. Sean mengendurkan pelukannya. Di betulkannya baju Sonia, lalu Sean mundur, memposisikan diri di belakang kemudi.

Tanpa kata-kata, Sean mengendarai mobilnya menuju tempat indekos Sonia.

Sonia terdiam malu. Rasanya ingin sekali melumat bibir Sean sekali lagi. Tapi rasa itu ditahannya. Berulang kali Sonia menggigit bibirnya sendiri.

Sean pun sama-sama terdiam, tanpa banyak kata, akhirnya sampailah mereka di teras indekos Sonia.

"Maafkan aku, Sean. Kamu nggak marah kan? Aku lakukan karena —aku, aku terlalu cinta padamu, Sean."

Sean tersenyum. "Tak apa sayang. Nanti ada waktunya kita lakukan itu. Masuklah, sudah malam."

Sonia mengangguk dan mengecup lembut Pipi kiri kanan Sean. Yang kena cium hanya diam saja dan tersenyum.

"Aku turun ya, terima kasih sudah anterin aku. Bye ..." Sonia turun dari mobil dan menutup pintu mobil. Sean melambaikan tangannya dan melajukan mobilnya pelan, pulang menuju apartemennya.

Sonia memandangnya dalam pandangan sedih. "Sebel, di kasih enak nggak mau. Sok jual mahal lu." Gerutu Sonia pelan.

Saat akan membuka kamarnya ada seseorang yang menyapanya.

"Hem, enak nih yang baru saja cair."

"Gibran." Sonia terkaget, dan tak lama tersenyum. Lelaki yang di sebut Sonia adalah sang fotografer dari PT. Cahaya.

Gibran mendekat pelan pada Sonia. Tak lama mereka saling memandang mesra. Gaya Gibran yang eksentrik, rambutnya yang keriting di ikatnya ke belakang menjadi satu. Aroma alkohol tercium dari mulut merah Gibran.

Sonia membuka pintu kamarnya. Gayanya semakin mempesona. Sonia menurunkan sebelah tali bajunya. Hingga belahan dadanya menyembul sedikit. Karena gagalnya merasakan keinginannya dalam pelukan Sean, kini dilampiaskan pada lelaki tirus tersebut.

Gibran bak mendapat duren runtuh. Sonia begitu panas dalam permainan ranjangnya malam ini. Hingga Sonia merasa puas dalam peluhnya yang kini telah membasahi tubuh telanjangnya.

Begitu pula, Gibran sudah berkali-kali gol, hingga dirinya tak mau beranjak dari dua gundukan kenyal tersebut.

Malam nampak tersenyum melihat dua insan tersebut sudah mereguk nikmat manis madu yang belum saatnya untuk dipanen.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jodoh Wasiat Ibu   Bab 56. Kritis

    Sean berlari di samping ranjang beroda milik sebuah Rumah sakit. Nampak, Dira terbaring, wajahnya pucat pasi. bibirnya membiru. Matanya terpejam rapat. Bila Aisyah tak menangis, mungkin Sean tak tahu, kalau Dira sudah pingsan di sudut nakas."Lebih baik, Bapak tunggu di sini, Pak. Silakan daftar pasien dahulu, percayalah, kami akan lakukan yang terbaik untuk pasien." ucap salah satu perawat yang mendorong, hingga ke ruangan gawat darurat.Dari jauh, Ilham dan Dewi berlari mengejar Sean."Pak, bagaimana Kak Dira?""Mereka sedang menanganinya," jawab Sean dalam kecemasan, "aku belum daftar pasien." sambungnya pada Ilham."Biar aku saja, Pak. " Dewi segera pergi ke bagian pendaftaran pasien.Sean terduduk, napasnya masih memburu. Dengan ditemani Ilham. Mereka menunggu kabar tentang Dira.Sepuluh menit kemudian, Dewi sudah datang kembali,. dengan membawa minuman, lalu menyerahkan pada Sean."Minumlah dulu, Pak. Tenangkan hati, Pak Sean.""Betul, Pak " Ilham pun menyerahkan minuman pada Se

  • Jodoh Wasiat Ibu   Bab 55. Bimbang

    "Boleh aku gabung dengan kalian?" tanya Dira, masih berdiri di depan Dewi.Segera wanita tomboy itu berdiri, dan memberikan kursi padanya. Dewi segera mengambil kursi yang lain, dan menjejeri kursi tadi."Bu Dira? apa yang dilakukan di sini?" tanya Ilham masih dalam kebingungan. Pasalnya Dira yang selama ada di Malang yang dia tahu selalu diam di rumah."Kalian ini kenapa sih? kok kaya lihat hantu saja. " Dira duduk pada kursi yang diberikan Dewi."Kak ..."Dira tersenyum pada mereka. " Mas Sean lagi ada di rumah sakit, menemani Tiara dan Papa yang sedang cek up."Ilham dan Dewi masih, terdiam sambil menatap Dira."Kalian ini? Mas Sean kesini pakai motor, aku bonceng saja. Nggak enak aku ikutan ke rumah sakit. biar Tiara saja yang mengantar Papa, toh, memang sudah terbiasa dengan Tiara 'kan?" jadi aku ... dan akhirnya, aku bisa menemukan kalian. tadinya aku ingin minum espresso dan sepiring roti." "Aku pesankan, Kak." Dewi segera bangkit dari duduknya dan menuju tempat pemesanan.Dir

  • Jodoh Wasiat Ibu   Bab 54. Keajaiban Sang Pencipta

    Pagi ini, sinar matahari menyeruak dari sela dedaunan. Riaknya membuat bayangan pada lantai trotoar, hingga bayangan itu membuat bias cahaya.Seorang anak kecil, berlari bebas. Mendekati seseorang, berkerudung lebar dan bercadar."Subhanallah .... jangan berlarian, nanti kau jatuh!" teriak wanita itu, sambil mengejarnya. Bajunya melambai. warna hitam yang pekat. Di belakangnya, seorang lelaki berjenggot tebal, mengikutinya sambil menggendong seorang anak kecil sekitar berumur Lima tahunan."Umi, jangan berlari, nanti kau jatuh!" Seru lelaki tersebut pada wanita yang dipanggilnya Umi.Akhirnya gadis kecil yang berlari itu, sudah digandeng oleh wanita bercadar tersebut.Mereka adalah keluarga Gibran.Lelaki yang dulu pernah menjadi orang yang paling dekat dengan Sonia atau Miss Lola. Istri dari lelaki tersebut adalah adik kandung dari Dewi. Mereka dulu pernah berseteru dalam keluarga. Anak yang sudah dalam genggaman wanita itu adalah anak yang dulu pernah diiadopsi oleh Sonia. Tapi, k

  • Jodoh Wasiat Ibu   Bab 53. Clear

    "Mas, foto siapa ini?" tanya Dira pada suaminya, setelah dirinya naik lagi ke dalam truk.Sean memandang foto tersebut, dan mengerutkan dahinya."Foto, kekasih Firman, mungkin. kemarin firman yang bawa truk ini." "Oh, kupikir ...""Janganlah, berpikir yang aneh-aneh sayang, aku tak akan melakukan hal tersebut. Percayalah," ucap Sean menyakinkan istrinya.Dira, hanya tersenyum, lalu memandang Sean."Mas, tak bosen dengan aku?""Tidak, justru senyummu itu yang aku rindukan.""Tak inginkah Mas ... bercumbu?""Oh, pasti itu ada, tapi aku lebih suka mencumbui istriku, aku tipe setia, dulu sudah puas olehku berbuat don juan.""Benarkah?""Dengarlah Dira, saat ini yang aku impikan adalah membuatmu sehat, punya rumah, punya usaha, tinggal melihat anak-anak tumbuh dalam kebajikan. Kita menua bersama."Dira tersenyum dan menitikkan air matanya, segera diraihnya tangan suaminya, dikecupnya berulang kali punggung tangannya.Sean mengerti kesedihan Diri. diraihnya tubuh kurus itu, dan dipeluknya

  • Jodoh Wasiat Ibu   Bab 52. Penganggu

    "HAI! LEPASKAN ADIKKU!" teriak keras dari Dewi. Wanita gesit itu langsung berlari mendekati Tiara. Murni pun tergopoh-gopoh seraya membawa pentungan golf milik Papa Panji.Dua lelaki yang menarik tangan Tiara langsung melepaskan tangan Tiara. Mereka langsung berlari meninggalkan tempat tersebut."Kurang ajar! Wei! jangan lari." Murni sudah mengangkat tinggi-tinggi tongkat tersebut.Dewi, menatap tajam dua lelaki tanggung tersebut yang langsung hengkang dengan sepeda motornya. Namun, Dewi mengingat nomor plat itu dengan baik dalam ingatnya.Tiara , bersembunyi di belakang tubuh kakaknya. "Kau kenal mereka, Tiara?""Iya kak, salah satunya adalah Wawan, dia yang terus mengejarku, aku sudah menolaknya, tapi dia masih main paksa saja. Siapa yang mau pacaran sama preman, kak," jelas Tiara."Oh, naksir sama Non Tiara, ya? tapi preman? jangan Non! enak aja, gadis cantik dan shaleh gini, sama preman." Murni sudah mencicit sebal pada lelaki yang belum dikenalnya."Sudahlah, Mbak, Nggak usah k

  • Jodoh Wasiat Ibu   Bab 51. Terjerat

    "Hai, kurang ajar!" Sonia berteriak, karena rambutnya ditarik dengan keras oleh Murni, Sonia tak tinggal diam, dia membalas tindakan Murni yang tiba-tiba tersebut. Wanita yang sudah dalam keadaan emosi itu menarik lengan Murni, dan membuatnya mengaduh karena kuku-kuku itu menghujam dalam lengannya.Murni menarik tangan Sonia membantingnya hingga tubuh wanita itu tersungkur keras ke lantai toko mainan siang itu.Banyak mata yang melihatnya, namun Murni tak pedulikan lagi, diinjaknya jari jemari Sonia. Otomatis dia berteriak sekencang-kencangnya, seraya menarik betis kaki Murni.Wanita setengah abad itu hampir tersungkur, tapi kakinya segera menahan tubuhnya agar tidak terjerembab. Sonia kaget, melihat kuku tangannya sudah patah, terlihat merah karena bekas injakan keras kaki Murni.Semua yang melihat, tak ada yang melerai. Tiara, segera menyingkir, dan memanggil satpam di depan toko.Terjadi pertengkaran lagi, kali ini lebih ekstrem, mereka sudah bergumul, saling tarik-menarik rambut,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status