Share

Bab 06

Author: Olivia Yoyet
last update Last Updated: 2025-09-19 09:09:24

06

"Dari tadi kamu ugal-ugalan. Akhirnya nabrak orang!" desis perempuan berambut panjang, sambil memelototi sang penabrak. 

"Nia, kamu, kok, bisa ada di sini?" tanya Haikal sembari memandangi perempuan tersebut. 

Yusnia Widuri Gariwa, menoleh ke kiri. "Ehh, Bang Hai rupanya," balasnya. "Bocah ini, sudah meliuk-liukkan motornya dari perempatan sana. Mobilku tergores, dan dia langsung kabur," jelasnya. 

"Aku kejar. Ternyata dia nabrak yang lain. Benar-benar bawa musibah buat orang lain!" geram Yusnia sembari mendorong lengan kiri remaja itu yang terlihat ketakutan.

"Tahan, Nia." Haikal menarik tangan Yusnia dan menggeser perempuan tersebut ke belakangnya, untuk menjauhi sang pelaku. 

"Panggil orang tuamu!" bentak Yusnia, yang menyebabkan pemuda tanggung itu terisak-isak. "Malah nangis!" cibirnya sambil bercekak pinggang. 

"Nanti saja urusan itu. Kita harus mengobati luka-lukanya dan ketiga korban lainnya," timpal Haikal, sebelum dia berdiri dan jalan ke mobil. 

Yusnia tertegun. Dia mengarahkan pandangan pada ketiga orang lainnya yang juga masih remaja. Yusnia mendengkus pelan, sebelum berbalik untuk menuju mobilnya. 

Haikal kembali sambil membawa kotak obat. Lula menyusul sembari membawakan tisu kering dan basah. Keduanya bekerjasama membersihkan luka yang diderita keempat orang tersebut, dengan dibantu beberapa orang di sana. 

Yusnia datang sambil membawa beberapa gelas plastik air mineral. Dia membantu korban paling kecil terlebih dahulu, lalu membantu Kakak korban yang menjadi pengendara motor yang ditabrak. 

Kala dua petugas kepolisian datang, sang pelaku makin ketakutan. Terutama karena dia belum memiliki SIM, bahkan tidak membawa STNK. 

Haikal memandangi sang pelaku yang tengah dinasihati polisi. Haikal menggeleng pelan, karena kecerobohan pelaku itu menyebabkan orang lain menjadi korban. 

Sekian menit terlewati, Haikal berpamitan pada kedua polisi dan warga lainnya. Dia dan Lula bersalaman dengan Yusnia, kemudian Haikal mengajak Adik iparnya kembali ke mobil. 

Yusnia memandangi kedua orang tersebut, sambil bertanya-tanya dalam hati tentang sosok Lula. Dia turut hadir saat pemakaman istri Haikal beberapa minggu lalu, tetapi Yusnia tidak mengenali Lula. 

Setelah mobil Haikal menjauh, Yusnia bergerak memasuki kendaraannya. Dia menyalakan mesin, lalu mengenakan sabuk pengaman. Kemudian perempuan bergaun krem itu melajukan mobil menjauhi tempat kejadian perkara. 

"Yang tadi itu, siapa, Bang?" tanya Lula. 

"Yusnia Widuri Gariwa. Direktur marketing Gariwa Corps," terang Haikal sembari terus mengemudi. 

"Cantik. Mirip artis siapa, gitu. Lupa aku." 

"Banyak yang bilang dia mirip Maudy Kusnaedi." 

"Ah, ya, benar. Sama-sama tinggi juga. Kayak model." 

"Dulunya memang pernah jadi model. Waktu masih muda." 

"Umurnya berapa?" 

"Kurang tahu. Kayaknya sama dengan Iis." 

Lula mengangguk paham. Dia hendak kembali bertanya, tetapi teralihkan oleh dering ponselnya. Lula membuka baugette bag hitamnya untuk mengambil ponsel. Dia tercenung sekejap, sebelum menekan tanda hijau pada layar dan menempelkan telepon genggam ke telinga kanan. 

"Assalamualaikum," sapa Lula. 

"Waalaikumsalam," jawab sang penelepon. "Di mana, La?" tanyanya. 

"Di jalan." 

"Pantes. Aku ke rumahmu, tapi nggak ada orang." 

"Mau apa Mas datang?" 

"Pengen sowan aja. Sudah lama kita nggak ngobrol." 

"Lebih baik jangan. Nanti perempuan itu marah dan ngamuk-ngamuk di depan rumah. Padahal aku nggak kayak gitu. Bahkan saat melabraknya karena menjadi pelakor pun, aku tetap sopan." 

"Ehm, jangan diungkit lagi. Sudah lewat." 

"Ya, memang sudah lewat. Makanya aku juga nggak mau bersilaturahmi dengan mantan suami. Hubungan kita sudah selesai, tepat seusai palu hakim pengadilan agama diketuk 3 tahun lalu." 

"La, aku ...." 

"Sudah, ya, Mas. Assalamualaikum." 

Lula memutus percakapan. Dia menonaktifkan ponsel, supaya tidak dihubungi kembali oleh mantan suaminya. Lula mengalihkan pandangan ke luar kaca, dia mendengkus kuat beberapa kali untuk menghilangkan rasa sesak dalam dada. 

Kendatipun sudah tiga tahun berlalu, hati Lula masih sedikit sakit. Terutama karena pernikahannya hancur, sebab banyak masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan baik. 

*** 

*Grup Petinggi dan Komisaris Baltissen Grup* 

Alvaro : @Daffa, acara gathering jadinya kapan? 

Daffa Irawan : Awal November, @Padre. 

Alvaro : Lokasi? 

Daffa : Antara resor BPAGK di Pangalengan, atau resor 5 sekawan di dekat Gunung Salak. 

Alvaro : Pilihan kedua aja. 

Yanuar : Setuju. 

Wirya : Idem.

Zulfi : Aku pundung! 

Yoga : Dirut BPAGK merajuk, noh. 

Andri ; Zulfi jarang ngambek. Pasti lagi PMS. 

Haryono ; Bukan, dia lagi ngidam. 

Miranda Baltissen : Rina hamil lagi? @Bang Zulfi. 

Zulfi : Enggak, @Mira. Yono ngawur itu. 

Haikal : Ane curiga. Zulfi punya pos dua. 

Chan Ardiga : Aku baru mau komentar gitu. 

Damtias Yandana ; @Zulfi, beneran-kah? 

Hugo Elazar Baltissen : Mana Bang Zulfi berani punya harem. 

Delmar Benedicto : Yups. Bisa-bisa dia dijadikan pepes sama istrinya. 

Bertrand Luiz : Bukan pepes lagi, tapi jadi kornet. 

Gutierre Benedicto : Bubur lebih pas. 

Jose Luiz : Kalian menyebutkan makanan Indonesia. Saya jadi ingin makan itu. 

Gustavo : Kemari, Sahabatku. 

Jose Luiz : Ya, kami akan datang sebelum acara pernikahan Beni. 

Edmundo Baltissen ; Bertahan sampai tahun baru. Kemudian kita pulang sama-sama ke Spanyol. 

Jose Luiz : Ya, @Papa Edmundo. 

Alvaro : Jadwal siapa yang ngawal Kakek mudik? @Wirya. 

Wirya : Aku, Yoga, Hisyam, Qadry, Chairil, dan Aditya. Kami mau sekalian serah terima pergantian pasukan PB dan PBK, wilayah Eropa. 

Haryono : Aku endak diajak? @Wirya. 

Wirya : Kamu bagian nemenin Zulfi ke Australua, @Yono. 

Haryono : Endak mau. Aku bosan ketemu kangguru. 

Andri : Kukira Yono takut ketemu ikan hiu. 

Yoga : Ikan kerapu. 

Yanuar ; Ikan sapu-sapu.

Zulfi ; Kupu-kupu. 

Daffa : Penyu. 

Hamid : Labu. 

Damtias : Tebu.

Idris : Sagu. 

Hugo : Dadu. 

Ilyas : Bambu. 

Bertrand : Baju. 

Darma : Tahu. 

Chan : Saku. 

Fuad : Tisu. 

Gutierre ; Perahu. 

Miranda : Susu. 

Ririn Listia ; Buku. 

Rizwan Kamil : Kuku. 

Alvaro : Panu. 

Haikal : Kutu. 

Wirya : Tinju. 

Zulfi : Bahu. 

Yoga : Babu. 

Andri : Bisu. 

Hauono : Nganu. 

Gustavo : Astaga! Kalian makin variatif kata-katanya. 

Jose Luiz : Saya buka kamus dulu. 

Javier : Saya bingung mau jawab apa. 

Tio (Artio Laksamana Pramudya) : Tidak usah dijawab, @Paman Javier. Mereka hanya bergurau untuk mengisi waktu. 

Hugo : @Mas Tio, dicariin Pak Jerome Hank Ming dan Pak Patrick Fillmore. 

Tio : Dua minggu lagi aku merapat ke London. 

Hugo : Okay. 

Marley Yudhana Pramudya : Apa nggak ada yang nyariin aku? 

Miranda : Enggak ada, @Marley. Justru yang ditanyain itu Gayatri. 

Marley : Aku sedih. 

Alvaro : Jangan drama, @Marley. Itu bagian Sipitih. 

Yanuar : Sudah diambil alih Engkoh Wei Wiw Ya. Kalah pamor aku sekarang. 

Ririn : Itu karena Engkoh lebih tampan. 

Damtias : Lebih pintar. 

Chan : Lebih keren. 

Daffa : Lebih powerfull. 

Yoga : Yanuar Kaisar Ming Sipitih, kalah telak! 

Olivia Yoyet

Chat lucknut nongol Pembaca setia Emak pasti sudah hafal tentang chat absurd yang jadi trademark Emak ^^

| 1
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
kwkwkwkwk chat luchnut keluar langsung berubah suasana mwkwkw
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jodoh Wasiat Istri    Bab 105

    105Bulan demi bulan berganti. Sore itu Haikal tengah berada di rumah sakit milik Benigno dan teman-temannya. Lula telah selesai operasi caesar tadi pagi, dan sedang beristirahat di paviliun VVIP.Bayi kedua Lula ternyata berukuran besar, yakni 4,2 kilogram. Sebab panggul Lula sempit, tim dokter menyarankan untuk dilakukan operasi caesar, dan Haikal mematuhinya. Demi menjaga kenyamanan Lula, Haikal terpaksa melarang banyak sahabatnya untuk datang menjenguk. Hanya Hamid, keluarga Pramudya dan Baltissen, serta semua komisaris PB dan PBK, yang diizinkan datang. Yang lainnya baru diperbolehkan berkunjung, setelah Lula pulang ke rumah. Haikal mengamati Bariq yang tengah duduk di sofa, sambil memangku sang bayi jumbo. Sebab ukuran adiknya besar dan panjang, hanya Bariq yang sanggup menggendongnya, sedangkan Ghazwa tidak bisa. Baadal memandangi bayi berselimut biru yang telah berpindah ke gendongan Namira. Baadal tampak ragu-ragu sesaat, sebelum merunduk untuk mengecup dahi adiknya. Zefa

  • Jodoh Wasiat Istri    Bab 104

    104 Hari yang dinantikan Lula telah tiba. Dia berpamitan pada para tetangga yang ikut melepas kepindahan mereka, di depan rumah Haikal. Lula menaiki mobilnya sambil menggendong Zefa. Dia membiarkan sang suami yang tengah mengucapkan salam perpisahan, pada rumah yang telah menjadi saksi hidup Haikal selama belasan tahun. Selain Haikal, Bariq dan Ghazwa juga sempat termenung lama di ruang tengah. Mereka mengenang berbagai peristiwa yang dialami di tempat itu. Mulai dari saat mereka masih kecil, hingga tumbuh besar.Haikal menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan. Dia mengusap foto pernikahannya dengan Isnindar yang tergantung di ruang kerja. Pigura itu tidak dibawa pindah dan akan tetap berada di sana.Ruang kerja dan dua kamar utama di lantai 2, tidak akan digunakan sebagai mess. Hal itu sesuai dengan perjanjian Haikal dan Hisyam, sebelum penandatanganan nota penyewaan tempo hari. Semua perabot yang memiliki histori bersama Isnindar, dikumpulkan di kamar utama satu. H

  • Jodoh Wasiat Istri    Bab 103

    103Sepasang insan berdiri di depan bangunan dua lantai bercat hijau muda. Mereka terlihat senang, karena rumah baru itu sudah siap ditempati. Haikal mengajak Lula memasuki rumah. Mereka menemui Satrio yang sedang mengawasi para pekerja cleaning service, yang sedang berjibaku membersihkan setiap sudut ruangan. Lula berpindah ke ruang tengah. Dia mengamati satu dinding panjang yang akan dilukisnya bersama anak-anak. Lula sangat antusias mengerjakan proyek baru itu, yang menandakan kepemilikannya atas bangunan tersebut."Barang-barang mau masuk kapan, Bang?" tanya Satrio."Nanti sore," jawab Haikal. "Sebagian besar dari tokonya si bule. Karena yang dari rumah sana hanya dibawa sedikit," lanjutnya. "Rumah lama, siapa yang nyewa?" "Hisyam and the gank. Itu buat mess karyawan kantor mereka yang perempuan. Buat karyawan laki-laki, mereka nyewa rumah Lula." "Mereka niru 3 robot. Nyediain mess, untuk mengurangi beban pegawai." "Ya, dan itu ide yang bagus. Ane juga kepikiran buat bikin me

  • Jodoh Wasiat Istri    Bab 102

    102Giovanni memandangi perempuan berjilbab hitam, yang berada di seberang kaca. Giovanni mengambil gagang telepon dari meja, lalu dia memberi kode agar perempuan itu juga mengangkat gagang telepon di meja seberang. "Terima kasih sudah mau datang," ucap Giovanni. "Aku hanya memenuhi permintaan suamiku. Dia bilang, aku harus menemuimu dan melepaskan semua kemarahan padamu," jawab perempuan tersebut. "Aku terima kalau kamu mau marah. Dimaki pun, aku siap." "Aku sebetulnya pengen mukulin kamu. Tapi ada kaca ini, jadi nggak bisa." "Aku minta izin penjaga dulu. Supaya kamu bisa ke sini." Lula membeliakkan matanya. "Emang bisa?" "Bisa. Suamimu juga pernah menemuiku, dan kami ngobrol di ruang itu." Giovanni menunjuk pintu di sisi kiri. Kemudian dia meletakkan gagang telepon ke meja, lalu berdiri untuk menemui sang penjaga. Tidak berselang lama, Lula diizinkan mendekati pria berpakaian khas tahanan, yang menunggu di ruangan samping kanan. Rita turut masuk untuk mengawal sang nyonya. G

  • Jodoh Wasiat Istri    Bab 101

    101Waktu terus berjalan. Jumat malam, ballroom hotel J&A dipenuhi ribuan orang. Mereka yang merupakan seluruh pengawal PBK, beserta segenap komisaris dan banyak bos dari PG, PC, PCD, PCT serta PCE.Akhtar dan Hana menaiki tangga menuju tepi kanan panggung. Keduanya menempati area khusus MC, dan memulai acara dengan ucapan salam, yang dibalas hadirin dengan semangat. Akhtar dan Hana terlihat akrab serta bisa berkomunikasi dengan lancar. Keduanya berulang kali melemparkan candaan, yang memancing tawa penonton. Setelahnya, Akhtar mempersilakan kedua komisaris utama PB dan PBK untuk menaiki panggung. Sultan menyapa hadirin dengan kalimat salam, yang disambung Gustavo dengan salawat. Kedua pria tua itu memberikan pidato singkat. Mereka sangat bangga dengan hasil kerja seluruh petinggi PB dan PBK 2nd Generation. Selain itu, Sultan dan Gustavo juga menyampaikan kebanggaan mereka, akan keberhasilan seluruh tim luar negeri, yang turut mengharumkan nama kedua perusahaan itu di mancanegara.S

  • Jodoh Wasiat Istri    Bab 100

    100Jalinan detik bersatu menjadi menit, hingga menggulirkan jam yang menyebabkan hari berganti minggu, dan bulan bergeser dengan kecepatan maksimal. Pada penghujung minggu itu, kediaman Haikal didatangi banyak ibu-ibu sekitar kompleks, dan istri para sahabat Haikal. Teman-teman dan karyawan Lula di dua tokonya juga turut hadir, untuk melaksanakan acara empat bulanan. Lantunan ayat suci dibacakan Riani Silvia, anggota tim lapis 17. Gadis berjilbab putih itu merupakan salah satu qoriah andalan PB dan PBK, yang kerap mengisi acara serupa yang diadakan para istri bos.Setelahnya, Ghea menunaikan tugasnya sebagai saritilawah. Adik Gunandar tersebut telah resmi bergabung sebagai anggota pengawal angkatan terbaru. Ghea bertugas menjadi ajudan Winarti, yang turut menghadiri acara tersebut bersama Ira, Elis (Emak Yanuar), dan beberapa Ibu dari para sahabat Haikal di tim lapis satu. Seorang ustazah memberikan tausiah dengan santai. Istri Ustaz Sulaiman tersebut (guru spiritual tim PG), seka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status