Share

6. Memergoki Arya dan Mita

Anjas urung memasuki kamarnya. Ia memilih untuk menajamkan telinganya.

Suara-suara ambigu itu kian terdengar jelas dan parahnya ia merasa familiar dengan suara-suara yang saling bersahutan itu.

"Udah ah, Mas ... Pegel tau!' Itu suara Paramita, Anjas tentu tak salah mengenali suara bundanya.

"Lima menit lagi, Mit ... yang tadi rasanya nyaman sekali, jangan salahkan kalo aku jadi ketagihan," tawar pria yang menjadi lawan bicara sang bunda. Suara pria itu pun sangat Anjas kenali. Siapa lagi kalau bukan Arya Bagaskara, paman angkatnya.

Anjas merasa tak perlu menunda untuk menegur keduanya. Sudah bukan rahasia lagi kalau bundanya menjalin hubungan dengan sang kakak angkat.

Seluruh penghuni rumah bahkan karyawan kantor sudah mengendus cukup lama meski tak ada yang berani angkat bicara.

Tentu saja alasannya karena tak ingin punya masalah dengan sang CEO dan berpikir masih sangat sayang dengan mata pencaharian mereka.

Sungguh mereka belum siap untuk didepak karena meributkan hubungan sang CEO dengan adik angkatnya tersebut.

"Om, Bunda ... sedang apa di sini?" tanya Anjas yang tiba-tiba muncul dari balik pilar balkon tempat keduanya dilanda kesibukan yang menimbulkan suara-suara berisik yang ambigu.

"Oh, Astaghfirullah Jas! Kamu ngagetin Bunda aja!" Mita menekan dadanya dengan satu telapak tangan, sementara telapak tangan satunya lagi meremas jemari sang kekasih.

Wanita berkepala empat itu memandang nyalang ke arah putranya. Meski sebenarnya Anjas sendiri bukanlah putra kandungnya.

Hanya segelintir orang yang tahu kalau Anjas sebenarnya adalah anak yang diadopsi Mita di hari yang sama ia gagal melahirkan putra kandungnya.

Saat mengetahui bayi yang ia lahirkan dalam keadaan tak bernyawa, Mita mengalami depresi berat.

Kala itu ia hanya didampingi oleh Rosana--ibu angkatnya.

Kesedihan yang mendera Mita saat kehilangan putra kandungnya teramat dalam meski ia tak lagi mencintai lelaki yang pernah menjadi suami dan menyemai benih anak itu di dalam rahimnya kala mereka masih berada dalam ikatan pernikahan.

Sejak perselingkuhan antara suami Mita dengan mantan kekasih pria itu terungkap di bulan keenam pernikahannya, Mita tak mau membuang waktu dan langsung mengajukan gugatan perceraian walau ia sadar sepenuhnya tengah berbadan dua.

Mita hanya merasa tak ingin mempertahankan rumah tangga yang pada dasarnya dibangun berlandaskan keterpaksaan semata.

Tak ada cinta.

Hanya sebatas membalas budi karena telah diasuh dengan baik sejak lahir oleh kedua orang tua angkatnya.

Di hari ia kehilangan bayi yang seharusnya lahir pagi itu, seorang wanita sebatang kara juga melahirkan di waktu dan di tempat yang sama dengannya.

Wanita tanpa sanak saudara yang suaminya dikabarkan meninggal dunia sehari sebelum ia menghembuskan napas terakhirnya itu memohon kepada bidan di klinik bersalin untuk berkenan merawat bayinya.

Wanita itu mengatakan kalau dirinya dan mendiang suaminya tak lagi memiliki siapa-siapa, keduanya berasal dari sebuah panti asuhan yang sama di pinggir kota.

Arya yang saat itu baru saja tiba sempat mendengar kasak kusuk yang beredar di klinik bersalin. Ketika Rosana menyampaikan berita kehilangan yang menyebabkan Mita mengalami depresi, Arya seketika mendapat ide untuk menghadiahkan bayi yatim piatu yang lahir di momen yang sama dengan persalinan Mita tersebut agar dapat meredakan kesedihan wanita yang sejak lama ia cintai itu.

Awalnya Rosana ragu dengan ide yang diutarakan oleh putranya. Namun melihat Mita yang tampak sangat terpukul dengan kehilangan bayi yang ia kandung menggoyahkan pertahanan Rosana hingga akhirnya menyetujui adopsi yang hanya diketahui oleh mereka saja. Bahkan Lukman Bagaskara yang kala itu masih berada di luar negeri untuk perjalanan bisnis pun tak diberitahu tentang hal itu. Namun Arya merasa perlu untuk memberitahukan kepada Henry--mantan suami Mita kalau putranya telah tiada dan yang berada di dalam pelukan Mita adalah bukan darah daging lelaki yang memilih kembali menjalin hubungan dengan mantan terindahnya dulu.

Didukung oleh pernyataan para saksi, Henry pun akhirnya menerima kenyataan bahwa putranya dan Mita telah tiada. Lelaki yang pada dasarnya juga hanya terpaksa menjalani pernikahan yang dirancang oleh atasannya itu sejatinya tak merasa kehilangan sama sekali, karena ia memang tak begitu mengharapkan anak buah pernikahannya dengan putri angkat Lukman Bagaskara, ia bahkan tak menyesal ketika kehilangan jabatannya sebagai salah satu asisten Lukman kala bercerai dengan wanita yang sebenarnya tidak ia benci namun juga tak dapat ia cintai sepenuhnya karena hati yang masih memilih sang mantan kekasih.

Dalam hati berulang kali Henry mengatakan bagaimana ia bisa mencintai wanita yang ia pahami juga sebetulnya mencintai pria selain dirinya. Henry menyadari hati sang mantan istri telah tertaut ke kakak angkatnya sendiri dan hanya terpaksa menjalani pernikahan dengannya.

Kembali ke balkon mansion Bagaskara yang kini dipenuhi ketegangan di antara Anjas dan pasangan kekasih yang ternyata memang sedang sibuk saat dipergoki.

"Bundamu bantu ngerokin punggung Om, Jas! Kamu lihat sendiri bekasnya, asli Om masuk angin berat.

Kamu kan tahu gimana seringnya Om lembur hingga tengah malam belakangan ini.

Syukurlah setelah dikerok rasanya jadi lebih mendingan. Pijatan Bundamu juga sangat nyaman, itu bukan rahasia lagi, kan?" Arya dan Mita kini duduk berdampingan di balkon mansion menatap sang pemuda yang juga menatap tajam ke arah keduanya.

"Om, Bunda ... maafkan Anjas.

Anjas mengerti kalian saling menyayangi, berita burung tentang hubungan kalian telah merebak kemana-mana. Anjas sampai tak tahu harus menjawab apa ketika ditanya apa sebenarnya hubungan Om dan Bunda.

Tapi sungguh Anjas berharap kalian segera menghalalkan hubungan jika memang Om benar-benar mencintai Bunda.

Anjas sadar, Anjas juga hanya putra angkat Bunda, jadi tidak bisa memaksa Bunda keluar dari mansion dan tinggal bersama Anjas di luar sana, tapi Anjas mohon Om muliakan Bunda ... posisikan Bunda dengan semestinya. Sungguh Anjas sayang pada kalian berdua, sayang dengan keluarga penuh kasih yang telah membersamai Anjas selama ini. " Pemuda itu meneduhkan tatapannya pada Mita dan Arya yang juga balas menatap lembut ke arah anak muda yang mereka sayangi itu.

Sesaat Arya dan Mita juga saling melemparkan tatapan. Mita mengangguk ke arah Arya yang dibalas anggukan oleh pria itu dan hanya mereka yang mengerti apa arti anggukan itu.

"Egh hm...," dehem Arya seraya memindahkan posisi lengan merengkuh tubuh wanita yang ia cintai.

"Sebelumnya Om minta maaf kepadamu karena baru akan mengatakannya saat ini.

Anjasmara Prasetya, sesungguhnya Aku-- Arya Bagaskara telah menikahi Bundamu-- Mentari Paramita setahun yang lalu.

Memang belum sah secara negara, karena masih ada sesuatu yang harus kami pastikan terlebih dahulu.

Opa dan Omamu juga belum mengetahuinya.

Om harap kamu berkenan merestui kami.

Om berjanji akan segera mengesahkan pernikahan ini secara negara, sampai dengan niat itu terlaksana, Om mohon kamu turut merahasiakannya," pinta Arya Bagaskara sembari mengecup kening Mita di hadapan putranya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status