Share

Bab 4 Pencarian Melda

Dengan bersikap yang mulai biasa saja Kirana tetap melakukan aktivitasnya meski ada asisten rumah tangga. Itu mungkin untuk mengusir kejenuhan.

"Baiklah. Cari dia sampai ketemu!" Terdengar suara Arjuna yang tengah menelpon orang lain.

'Ck, aku hanya status agar keluargamu tidak malu. Tapi masa bodo dengan itu. Aku ingin segera pergi dari sini sebelum apa yang tidak aku inginkan terjadi,' pikir Kirana.

Ia pikir pria itu sudah berhenti mencari Melda karena mulai akrab dengannya.

Kirana menjauh dari tempat Arjuna sedang menelpon. Tidak lama pria itu telah selesai. Pria itu mematung saat tahu Kirana tetap saja melakukan pekerjaan rumah meski mereka terkadang berdebat karena hal itu. Bukan soal sudah biasa mengerjakan. Arjuna mulai sedikit peduli pada wanita itu.

"Kirana!" panggil Arjuna.

"Kirana," suaranya mulai meninggi. Wanita itu menatap tajam suaminya. Arjuna justru menatap Kirana itu penuh tanya, karena wanita itu tiba-tiba kembali menakutkan.

Kirana berlalu pergi dan mengunci kamar agar Arjuna tidak masuk saat ia mandi dan berganti pakaian.

Harum menguar saat Kirana keluar dari kamar. Ia terlihat lebih segar dan rapi saat ini.

"Kamu mau kemana?" tanya Arjuna.

"Aku mau ke luar,"

"Iya keluar kemana?" tanyanya lagi.

"Ya, terserah aku dong mau kemana. Kita menikah cuman untuk status. Selebihnya, jangan ada yang ikut campur dengan urusan masing-masing." Jelas Kirana. Itu seperti menyindir Arjuna yang selalu kemana pun untuk mencari Melda tanpa diketahui oleh Kirana.

Kirana pergi begitu saja melewati suaminya. Namun, ia seperti merasa kesal semenjak suaminya itu menelpon seseorang untuk mencari Melda-adik tirinya.

Di sebuah taman. Kirana bertemu dengan seorang pria. Dia adalah sahabat karib Kirana dari dulu. Dia juga orang yang menerima Kirana apa adanya.

"Apa kabar, Ki?" tanya pria bernama Dani itu.

"Baik,"

"Beneran kamu punya suami?" tanya Dani. Ia sepertinya memastikan kebenaran informasi yang ia terima.

"Ya, begitulah," jawab Kirana.

"Kok begitulah,"

"Yang mau dinikahin Melda, Dan. Yang nikah malah jadi aku. Ya, kaburnya Melda membuat aku jadi kena getah," seloroh Kirana.

"Ibu kamu yang lakuin," ucap Dani menerka. Ia memang tahu tentang Kirana karena berteman dekat dengannya.

"Nah, kamu tahu itu,"

"Ish,"

Arjuna tampak tidak tenang saat Kirana pergi. Ia pun mengikuti wanita itu. Ia terkejut dengan Kirana yang bertemu dengan pria. Bahkan, ia sangat terkejut dengan keakraban keduanya. Ia akui wanita yang penampilannya kucel saat bertemu di rumah Melda, sekarang lebih terlihat segar.

"Kamu makin cantik," puji Dani.

"Ya elah. Kamu muji gimana pun, aku gak bakal terbang ke langit jadi bidadari," celetuk Kirana.

"Beneran. Sayangnya bukan punya aku,"

"Gombal deh. Berapa cewek lagi yang kamu gombalin. Aku gak bakal mempan, Dan." Selorohnya.

"Hehe, sepuluh orang atau lima orang. Aku gak tahu," ujar Dani.

"Pilih salah satu, dong! Jangan ini itu diberi harapan palsu," cerocos Kirana.

"Aku pilih kamu," ucap Dani menatap Kirana. Hal itu membuat Kirana menjadi salah tingkah. Walau bagaimana pun ia memang menyukai temannya itu.

"Aku udah nikah, Dan. Kami harus pilih yang lain," ujar Kirana.

"Aku tunggu jandamu," goda Dani.

"Doain aku cerai?" tanya Kirana dengan menatap pria itu tajam.

"Lah, dia gak cinta sama kamu. Buat apa bertahan?"

"Bener juga, sih."

" Kita makan. Mau seafood, junkfood atau Korean food,"

"Korean food,"

"Baiklah, Tuan Putri. Kita berangkat," ucap Dani dengan semangat.

Mereka berdua pun masuk ke dalam mobil milik Dani. Sementara itu, pria yang sedari tadi menguntitnya itu merasa kesal pada Kirana. Mungkinkah dia cemburu?

Malam harinya. Kirana pulang diantar oleh Dani. Ia sangat senang bisa menikmati makanan yang dirindukannya selama masa kuliah.

"Huh, senangnya," gumam Kirana sembari berjalan menuju ke kamar.

"Senang karena kencan sama cowok lain," Kirana terkejut dengan hadirnya Arjuna di kamar.

Keduanya memang di dalam kamar yang sama. Akan tetapi, Arjuna memilih tidur di atas kursi dibandingkan di atas ranjang yang sama.

"Kamu dari mana aja?" tanya Arjuna mengintimidasi.

Kirana yang mendengar hal itu pun merasa heran.

"Lah, bukannya tadi aku sudah bilang,"

Arjuna mendekat. Ia semakin sengaja mendekati Kirana.

"Mau ngapain?" tanya Kirana yang ketakutan.

"Kamu istriku!" Ucap Arjuna penuh penekanan.

"Istri itu dalam status palsu. Di hati kamu cuman ada Melda," ucapan itu membuat pria itu semakin mendekat.

"Aku...,"

Kirana mendorong Arjuna sebelum pria itu bicara lagi. Ia keluar dari kamar dan masuk ke dalam kamar tamu lalu menguncinya.

Tidak bisa dipungkiri. Jantungnya berdebar begitu cepat saat Arjuna berada di dekatnya.

"Jangan sampai aku mencintainya," gumam Kirana.

Ia mencoba menutup matanya, tapi bayangan tentang Arjuna yang mendekat tadi mengganggunya.

"Dia bukan untukku," katanya meyakinkan hati.

Sementara itu, di kamar utama. Arjuna tampak mengusap wajah kasar dan mengacak rambutnya.

"Apa yang aku rasain sekarang?" gumamnya.

Ada rasa sesak dan tidak senang saat melihat Kirana bersama pria lain. Selama ini wanita itu bersikap dingin padanya, tapi begitu hangat dan ceria saat bersama orang lain.

"Apakah aku jatuh cinta padanya? Tidak. Yang aku cintai hanya Melda," sangkalnya.

Jika ia menyangkal tidak mencintai wanita itu. Untuk apa dia merasa tidak senang dan seperti terbakar cemburu saat melihat wanita itu bersama lelaki selain dirinya. Pria itu mencoba untuk menutup matanya, tapi tetap saja terjaga.

Senyuman wanita itu membuat Arjuna terbayang wajahnya.

Di sela pikirannya tentang Kirana. Sebuah pesan memberitahu Arjuna keberadaan Melda. Ya, Melda dan kekasihnya yang sering berada di tempat yang sama.

Seharusnya kabar itu menjadi kabar yang baik untuk Arjuna. Namun, sayangnya pria itu malah tidak seantusias sebelumnya. Padahal, Kirana sudah memberi waktu satu bulan untuk mencari Melda dan ia pun menemukannya meski lewat orang suruhannya.

Pagi harinya. Kirana tampak biasa saja. Ia seolah tanpa masalah. Wanita itu membantu asisten rumah tangga yang baru datang dan memasak untuk dirinya sendiri.

Waktu sarapan. Makanan sudah terhidang di meja makan. Ia menyiapkan makanan untuk diri sendiri dan pria itu pun sama. Namun, dengan cepat pria itu menukar piring.

"Aku mau ini," ujarnya.

"Tapi...,"

"Ya sudah. Aku tidak akan sarapan,"

"Baiklah. Terserah kau saja," ucap Kirana dengan cemberut. Itu adalah makanan kesukaannya.

Untuk pertama kalinya Arjuna menyantap makanan masakan Kirana. Ia tertegun, lalu kemudian menyantap makanan itu dengan lahap.

"Apa dia kelaparan?" batin Kirana. Ia menatap ke arah suaminya itu, tapi pria itu tidak menghiraukannya karena sangat menikmati makanan yang dibuat oleh Kirana.

"Boleh aku makan masakan kamu lagi nanti saat makan malam,"

"Aku tidak mau memasak untukmu,"

"Hemmm," pria itu tampak diam dan menunduk.

"Ya, ya. Aku akan masak untukmu," ucapnya. Ia terpaksa menuruti permintaan pria itu.

"Ish, ternyata kayak bocah," umpat Kirana.

Umpatan itu terdengar oleh Arjuna saat hendak beranjak dari meja makan. Namun, pria itu hanya tersenyum.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status