Share

Bab 5 Bertemu Melda

Hujan membasahi bumi. Arjuna menjemput Kirana yang keluar dari supermarket. Entah mengapa ia ingin mengantar istrinya itu walau begitu banyak penolakan.

Kirana keluar. Ia terkejut saat ia tahu pria itu masih menunggu. Matanya menatap tidak percaya dengan apa yang dilakukan suaminya.

"Kirana," panggil Arjuna.

Wanita itu menatap ke arah Arjuna. Namun, sudut matanya melihat wanita yang seharusnya jadi penggantinya itu.

"Melda," lirih Kirana.

Arjuna yang mendengar hal itu pun menoleh kemana mata Kirana menatap.

Dengan cepat Kirana menghampiri Melda yang tengah menyantap makanan pinggir jalan bersama seorang pria dengan senangnya.

"Melda," panggil Kirana.

"Kakak,"

"Kenapa kamu gak pulang, Mel?" tanya Kirana. Matanya berkaca.

"Melda gak bisa, Kak. Melda gak mau nikah sama orang itu,"

"Tapi Mel, bukan gini caranya,"

"Maaf! Aku udah nyusahin Kak Kirana. Aku cuman...," Ucapan Melda terhenti saat orang yang dibicarakan menghampiri mereka.

"Mas Arjuna," lirih Melda.

Pria yang disebut namanya itu pun menatap Melda dengan tajam. Ia pun melihat ke arah Bima.

"Jadi ini pria yang kau cintai," suaranya begitu menakutkan dua wanita itu.

"Ya, kami saling mencintai." Ucap Bima.

Dua pria itu saling menatap seperti tatapan elang.

"Kurang ajar," pekik Arjuna. Pria itu memberi bogem mentah pada Bima.

Bima yang tidak kalah marah karena pria itu merendahkannya pun membalas. Perkelahian cukup membuat dua wanita itu ketakutan, terlebih malu karena di tempat umum.

Kirana mencoba melerai dua pria itu. Namun, tangan Arjuna melayang di pipinya hingga ia pun pingsan.

"Kak Kirana," pekik Melda.

"Kirana bangun," Arjuna panik.

"Jangan sentuh kakakku," pekik Melda.

"Dia istriku. Aku berhak atas dirinya," tegas Arjuna.

Melda membiarkan Arjuna membawa kakaknya itu. Kemudian ia dan Bima menyusul dengan motor Bima.

Di Rumah sakit. Arjuna tampak gelisah karena Kirana belumlah sadar.

"Kalian sudah menikah?" tanya Melda.

"Ya,"

"Lalu untuk apa kau marah-marah pada kami,"

"Aku masih mencintaimu," ucap Arjuna.

"Maaf! Aku tidak akan pernah bisa mencintai kamu. Aku mencintai Bima. Jangan sia-siakan kakakku. Dia sangat baik. Ayahnya pun sangat baik," ucap Melda.

Arjuna membisu. Pikirannya kini pada Kirana. Tanpa ia tahu kalau Kirana sudah sadar sedari tadi. Ia mendengar pengakuan suaminya itu pada Melda.

"Kakak," lirih Melda saat melihat Kirana keluar.

"Mel,"

"Kakak gak apa-apa, kan?" tanya Melda.

"Kakak gak apa-apa,"

"Kak aku lebih baik pulang ke kostan. Nanti aku hubungi. Nomor Kak Kirana masih sama?"

"Iya,"

Melda dan Bima pun berjalan menjauh. Pria yang kini berada di hadapan Kirana pun menatap punggung Melda yang semakin lama semakin menjauh. Sementara itu, Kirana pun memilih untuk berjalan mengambil tas kemudian melangkah tanpa bicara.

"Kirana," panggil Arjuna. Kirana tidak menggubris panggilan suaminya itu. Ia pun kembali berjalan meski merasa sedikit pusing.

"Aku bantu, Ki."

"Tidak perlu," ketus Kirana.

Kirana berjalan diikuti Arjuna yang tidak tahu harus berbuat apa. Sikapnya tadi memang berlebihan dan Kirana malah menjadi korban.

Sesampai di rumah. Kirana berjalan dengan belanjaan yang ditentengnya. Ia tidak berbicara apapun pada suaminya.

"Masih sakit?" tanya Arjuna. Wanita itu menggeleng, padahal ia berbohong soal itu.

"Obatnya,"

"Biar nanti saja," ujar Kirana.

Wanita itu tampak serius untuk memasak. Seperti biasa, Kirana pasti akan membisu walau di ajak bicara.

"Ki, aku minta maaf! Aku tidak sengaja," tutur Arjuna pada istrinya itu.

"Tidak perlu minta maaf,"

"Ki, aku...,"

"Marah karena Melda dengan pria lain. Aku sudah tahu. Tidak perlu dibahas!" Pungkas Kirana.

Wanita itu menyiapkan makanan di meja. Ia tampak acuh, meski suaminya terus menerus mengekornya.

"Enak," puji Arjuna.

Kirana masih membisu. Ia tahu itu hanya basa-basi agar ia bicara. Wanita itu menandaskan makanan lalu mencuci piring yang sudah dipakai. Dengan cepat ia meninggalkan pria itu.

"Oh, ya. Kamu masih mencintai dia, kan? Kita sekamar pun seperti orang asing. Lebih baik kita beda kamar agar lebih privasi dan Melda tidak sungkan untuk kembali sama kamu," seloroh Kirana.

Dengan cepat Kirana pergi ke kamar. Selama ini ia dan Arjuna memang tidur terpisah. Terkadang Arjuna pun tidur di kamar tengah. Hal itu tidaklah aneh. Arjuna masih mengharapkan Melda mau menikah dengannya.

"Kirana," panggil Arjuna saat Kirana benar-benar membereskan barang-barangnya.

"Kirana," panggilnya lagi. Namun, masih tetap tidak dihiraukan oleh Kirana.

Pelukan menghentikan aktivitas Kirana. Jantungnya berdegup dengan cepatnya. Bahkan, pria yang memberanikan diri untuk memeluknya itu pun merasakan hal yang sama.

Kirana tersadar dan melepaskan pelukan suaminya itu. Ia kembali membereskan barang dan pergi begitu saja.

Air mata sudah tak dapat Kirana bendung lagi. Ia menangis di kamar tamu. Dadanya merasa sesak. Pada kenyataannya ia memang tidak pernah ada di hati pria itu.

Suara tangis terdengar sayup. Arjuna mendekatkan telinga ke daun pintu. Kali ini ia mendengar tangis wanita itu. Mungkin itulah sebabnya Kirana ingin kamar mereka terpisah.

Pagi hari. Kirana keluar dengan mata yang memerah.

"Kirana," panggil Arjuna.

"Hemm,"

"Kamu gak apa-apa?" tanya Arjuna.

"Aku gak apa-apa," jawab Kirana.

"Kamu mau kemana?" tanya Arjuna.

"Aku mau ke rumah ibu. Ada yang harus aku bawa," jawab wanita itu lagi.

"Aku antar?"

"Kamu kerja, kan? Lagipula jam segini ibu di luar. Aku cuman ngambil berkas,"

"Berkas?" Arjuna menautkan alis.

"Aku ada tawaran pekerjaan," ucap Kirana.

"Kamu gak perlu kerja, Kirana!"

"Aku harus. Aku gak bisa bergantung sama kamu. Hanya menghitung hari atau pekan kita tidak akan bersama. Sekarang kamu urus saja Melda," seloroh Kirana.

Arjuna tampak mematung. Ia tidak berbicara apapun. Ya, itu adalah kesepakatan yang tidak disepakati. Kirana pergi dan Arjuna hanya menatap punggung Kirana yang semakin menjauh, lalu menghilang dari pandangannya.

Di perjalanan Kirana terus memikirkan hubungannya. Ia tidak mungkin bertahan jika tak ada sedikit pun rasa cinta di hati suaminya itu. Kirana menatap ke luar jendela. Ia harus bisa hidup seperti tidak pernah mengenal Arjuna mulai sekarang.

Di rumah masa kecilnya itu. Kirana membuka pintu rumahnya. Ia menatap rumah yang tidak beraturan. Mungkin karena sekarang tidak ada ia yang membereskan. Kirana masuk ke dalam kamar mengambil berkas yang ada.

"Kirana," sebuah suara mengejutkannya.

"Bibi,"

"Kenapa kamu di sini?"

"Kirana mau kerja. Melda udah ketemu. Kemungkinan mas Arjuna juga akan menceraikan Kirana." Jelas Kirana.

"Maaf Bibi tidak bisa membantumu,"

"Tidak apa-apa,"

"Kamu gak di sini dulu,"

"Ada kerjaan yang belum selesai. Lagipula kalau ada ibu nanti malah banyak ini itu,"

"Baiklah. Jaga diri kamu!" imbuh wanita itu. Kirana mengangguk

Dengan melangkah cepat, Kirana pergi dari rumah itu. Mobil melaju, ia melihat rumah penuh kenangan itu dengan pilu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status