Share

5. Tawaran Gila

Author: Aeris Park
last update Last Updated: 2022-10-14 11:53:07

"A-apa? Menikah?" tanya Sakhala untuk memastikan.

Dayana kembali memesan segelas wine sebelum menjawab pertanyaan Sakhala. "Iya, kamu butuh seorang istri, kan? Nikahi saja aku dari pada kamu terus-terusan mengikuti kencan buta yang diatur oleh mamamu. Bagaimana? Apa kamu mau?"

Sakhala terenyak karena Dayana benar-benar serius ingin mengajaknya menikah. Apa gadis itu sudah kehilangan akal?

"Jangan bercanda, Dayana. Pernikahan itu bukan main-main. Apa kamu ingin mempermainkan pernikahan?"

"Siapa yang bercanda, Sakha? Aku cuma ingin membantumu agar tidak mengikuti kencan buta konyol yang diatur oleh mamamu. Lagi pula aku juga diuntungkan kalau kita benar-benar menikah. Kapan lagi aku bisa punya suami yang tajir melintir seperti kamu?" jelas Dayana tanpa beban.

Sakhala diam sejenak, sepertinya bukan ide yang buruk kalau dia menikah dengan Dayana karena dia tidak perlu lagi mengikuti kencan buta yang diatur oleh ibunya.

"Baiklah, aku terima tawaranmu. Seminggu lagi kita menikah. Bagaimana?"

Mulut Dayana sontak menganga lebar. Dia tidak pernah menyangka kalau Sakhala menanggapi serius ucapannya. "Hei, tunggu! Aku tidak serius ingin mengajakmu menikah, Sakha. Aku tadi cuma ingin menggodamu. Tolong jangan marah dan menganggap serius ucapanku."

Sakhala menatap Dayana dengan alis terangkat sebelah. Padahal beberapa menit yang lalu gadis itu begitu ngotot meyakinkannya agar mau menikahinya. Namun, Dayana ternyata cuma ingin menggodanya.

Menyebalkan!

"Aku sudah mengambil keputusan. Aku akan tetap menikahimu, Dayana. Dan aku tidak menerima penolakan!” ucap Sakhala terdengar penuh penekanan.

Dayana tanpa sadar menelan ludah. "Bagaimana mungkin kamu menikahi wanita yang baru saja kamu kenal, Sakha? Apa kamu sudah kehilangan akal? Aku tidak mau menikah denganmu."

"Apa salahnya kalau kita menikah? Bukankah kamu yang mengajakku menikah lebih dulu?"

"Aku kan, sudah bilang kalau aku tidak serius, Sakha," desah Dayana menahan kesal.

"Tapi aku sudah telanjur menganggap serius ucapanmu, Dayana," balas Sakhala sambil menatap Dayana dalam-dalam. Tidak ada keraguan yang terpancar dari kedua sorot matanya. Sakhala benar-benar serius ingin menikahi Dayana.

Dayana kehilangan kata-kata melihat kesungguhan yang terpancar dari sepasang mata abu-abu milik Sakhla. Dalam hati dia terus merutuki diri sendiri karena suka berbicara sembarangan.

Sakhala meraih ponsel Dayana yang tergelatak di atas meja dan menekan beberapa angka.

"Hei, apa yang kamu lakukan dengan ponselku?" Dayana berusaha merebut ponselnya dari tangan Sakhala. Namun, Sakhala malah menjauhkan benda itu darinya.

Tidak lama kemudian ponsel Dayana berdering karena ada sebuah panggilan masuk.

"Aku sudah menyimpan nomorku di ponselmu."

Kedua mata Dayana sontak membulat. Cepat-cepat gadis itu memeriksa layar ponselnya, dan benar saja Sakhala telah menyimpan nomornya di ponselnya.

Dayana berdecak lantas mendudukkan diri dengan kesal. Amarah tergambar jelas di wajahnya karena Sakhala suka sekali berbuat seenaknya.

"Sekarang sudah larut malam. Apa kamu tidak ingin pulang, Dayana?"

Dayana pun melihat jam yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Ternyata sekarang sudah hampir jam sebelas malam. Pantas saja dia sudah merasa agak mengantuk dan sedikit lelah karena dia hari ini melakukan banyak aktivitas yang lumayan menguras tenaganya. Dia beranjak begitu saja meninggalkan Sakhala setelah membayar minumannya.

"Dayana, tunggu! Aku akan mengantarmu pulang."

"Aku bisa pulang sendiri. Kamu tidak perlu mengantarku, Sakha."

"Tidak baik seorang perempuan pulang sendirian saat larut malam seperti ini, Dayana. Bagaimana kalau Alex tiba-tiba datang dan mengganggumu lagi?"

Dayana tanpa sadar bergidik mendengar ucapan Sakhala barusan. Sumpah demi apa pun Dayana tidak ingin bertemu dan berurusan dengan Alex lagi.

"Baiklah kalau bagitu, aku terima tawaranmu."

Sakhala tanpa sadar tersenyum karena Dayana menerima tawarannya.

***

Tidak ada yang membuka suara sejak tiga puluh menit yang lalu. Sakhala tampak begitu serius mengendarai Audy hitamnya, sementara Dayana asyik memperhatikan jalanan lewat kaca mobil di sampingnya. Sepuluh menit kemudian mereka tiba di apartemen Dayana.

"Terima kasih sudah mengantarku pulang," ucap Dayana sebelum turun dari mobil Sakhala.

Sakhala mengangguk. "Apa kamu tidak memintaku untuk mampir?"

Kedua mata Dayana sontak membulat, Sakhala terkekeh geli melihatnya. Entah kenapa Dayana terlihat sangat menggemaskan di matanya sekarang.

"Aku cuma bercanda. Aku pulang dulu ya, Day. Selamat malam."

"Hati-hati di jalan, Sakha." Dayana melambaikan tangan ke arah Sakhala. Gadis itu baru beranjak setelah memastikan kalau mobil Sakhala sudah tidak terlihat lagi oleh penglihatannya.

Sakhala tersenyum, ada perasaan hangat yang menjalari hatinya melihat apa yang Dayana lakukan lewat sepion mobilnya.

Setengah jam kemudian Sakhala tiba di rumah. Dia berjalan dengan hati-hati menuju kamarnya yang berada di lantai atas karena takut membangunkan Ruth dan Ariana.

"Abang baru pulang?"

Sakhala terlonjak kaget karena mendengar suara Ruth dari belakang. Dia sontak berhenti melangkah lantas berbalik menatap wanita itu.

"Iya, kenapa Mama belum tidur?"

Bukannya menjawab, Ruth malah menutup hidungnya dengan tangan karena mencium aroma alkohol yang menguar dari tubuh Sakhala. "Abang minum lagi?"

Sakhala menggaruk tengkuknya yang tidak gatal lantas mengangguk pelan. Sang ibu pasti akan marah karena dia pergi ke kelab malam lagi.

Ruth menghela napas panjang. Rasanya dia ingin sekali memarahi Sakhala karena pergi ke kelab malam. Namun, sekarang bukan waktu yang tepat karena ada hal penting yang harus dia bicarakan dengan Sakhala.

"Bagaimana kencan buta Abang dengan Laudya?"

"Nggak gimana-mana, Ma," jawab Sakhala sekenanya karena dia tidak tertarik dengan Laudya.

"Apa Abang menyukainya?" Ruth menatap Sakhala dengan penuh harap. Semoga saja Sakhala menyukai gadis pilihannya kali ini.

"Abang nggak suka, Ma."

"Apa?" Ruth benar-benar terkejut mendengar jawaban Sakhala. "Laudya gadis yang baik dan pintar, Bang. Kenapa Abang tidak menyukainya?"

"Abang merasa tidak cocok sama dia, Ma."

Ruth terlihat sangat kecewa karena gagal memiliki menantu seorang dokter seperti Laudya. Namun, dia tidak ingin memaksa keinginannya pada Sakhala.

"Baiklah, mama akan meminta Abang untuk mengikuti kencan buta lagi dengan gadis yang sudah mama siapkan."

Sakhala menghela napas panjang lantas memijit kepalanya yang tiba-tiba terasa penat karena Ruth tidak menyerah menyuruhnya untuk mengikuti kencan buta. Namun, dia tiba-tiba saja teringat dengan Dayana.

"Mama tidak perlu meminta abang untuk mengikuti kencan buta karena abang sudah memiliki teman spesial."

"Benarkah?" tanya Ruth untuk memastikan.

"Iya, Ma. Abang pasti akan mengenalkan kekasih abang pada Mama."

Wajah Ruth tampak berbinar. "Baiklah, bawa kekasihmu untuk bertemu dengan mama besok."

Sakhala terkejut mendengar ucapan Ruth. "Apa? Besok?"

Ruth mengangguk.

"Kenapa harus besok, Ma?"

"Karena besok hari libur Abang. Lagi pula mama sudah tidak sabar ingin bertemu dengan calon menantu mama."

"Tapi—" Padahal Sakhala belum selesai bicara, tapi Ruth malah memotong ucapannya.

"Ssst! Tidak ada tapi-tapian. Lebih baik Abang sekarang ganti baju, cuci muka, lalu tidur. Selamat malam, Bang."

"Selamat malam, Ma." Sakhala menghela napas panjang. Entah kenapa dia merasa kehidupannya tidak akan berjalan dengan tenang.

Bagaimana caranya dia memberi tahu hal ini pada Dayana? Apa gadis itu mau datang ke rumahnya untuk menemui sang ibu?

Sakhala merogoh ponselnya yang berada di dalam saku celana karena ingin menelpon Dayana. Namun, dia tidak jadi melakukannya karena takut mengganggu Dayana. Lagi pula sekarang sudah hampir tengah malam.

Sakhala akhirnya memutuskan memberi tahu Dayana lewat pesan kalau sang ibu ingin bertemu dengannya.

Dayana yang belum tidur begitu terkejut setelah membaca pesan dari Sakhala. Dia langsung melepon lelaki itu untuk memastikan.

"Apa kamu sudah kehilangan akal, Sakha? Bagaimana mungkin kamu memintaku untuk bertemu dengan mamamu?"

Sakhala sontak menjauhkan ponselnya dari telinga karena suara Dayana terdengar cukup keras.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jodohku Melintas Saat Pernikahanku Kandas   99. Keajaiban Cinta-End

    "Sakha, lihat ini." Dayana mengusap perutnya yang tampak semakin membesar. Sakhala sontak mengalihkan pandang dari layar laptopnya lalu menatap Dayana dan ikut mengusap perut istrinya itu dengan lembut."Halo, Jagoan Papa. Sehat-sehat ya, di dalam perut mama. Papa sudah tidak sabar ingin ketemu sama kamu," ucap Sakhala sambil tersenyum karena merasakan pergerakan dari calon buah hatinya yang masih berada di dalam perut Dayana."Apa kamu bisa merasakannya, Sakha?"Sakhala mengangguk. Kedua matanya tampak berbinar merasakan gerakan dari calon buah hatinya. "Dia pasti tidak sabar ingin bertemu sama mama papanya."Perasaan Dayana seketika menghangat melihat Sakhala yang sedang berbicara dengan calon buah hati mereka. Dia bisa melihat dengan jelas jika Sakhala sangat menyayangi buah hatinya."Sakha," panggil Dayana pelan."Iya, Sayang?" "Dokter Tasqia kemarin bilang kalau aku mungkin akan melahirkan akhir bulan nanti. Tapi kenapa perutku sekarang sering merasa mulas?" tanya Dayana sambil

  • Jodohku Melintas Saat Pernikahanku Kandas   98. Suami Siaga

    Dayana menjalani masa kehamilannya dengan penuh kebahagiaan meskipun ini bukan kehamilannya yang pertama. Minggu ini usia kehamilannya tepat tujuh bulan. Dayana merasa napasnya menjadi lebih berat dan sesak dari pada biasanya karena janin yang ada di dalam perutnya semakin membesar.Sebagai seorang suami, Sakhala berusaha memberikan yang terbaik untuk Dayana. Seperti dua hari yang lalu, dia baru saja membelikan istrinya itu sebuah sofa santai khusus untuk ibu hamil yang harganya puluhan juta. Sakhala sengaja membelinya agar Dayana merasa nyaman. Selain itu dia tidak tega melihat Dayana yang terus mengeluh karena pinggangnya sakit dan pegal-pegal. Dayana menganggap Sakhala terlalu berlebihan. Namun dia sendiri tidak bisa menolak karena Sakhala membeli sofa itu tanpa sepengetahuan dirinya. Selain itu, dia juga tidak ingin berdebat dengan Sakhala karena itu hanya akan menguras energinya.Dayana duduk di sofa ruang keluarga dengan wajah bahagia. Dia tersenyum saat mengingat pesta gender

  • Jodohku Melintas Saat Pernikahanku Kandas   97. Babymoon

    Keesokan harinya Dayana bangun dengan kondisi tubuh yang segar bugar karena dia semalam tidur dengan sangat nyenyak. Dia bahkan tidak terganggu dengan suara alarm yang dia pasang sebelum tidur.Dayana melirik jam digital yang ada di atas meja kecil samping tempat tidurnya. Ternyata sekarang sudah jam tujuh pagi dan dia ingat kalau hari ini Sakhala ingin mengajaknya pergi ke suatu tempat untuk babymoon. "Sakha sudah bangun belum, ya?" gumam Dayana sambil beranjak dari tempat tidurnya dengan hati-hati.Biasanya Sakhala selalu membantunya saat turun, tapi beberapa minggu ini dia harus melakukannya sendiri karena perutnya selalu merasa mual bila berada di dekat Sakhala. Mungkin saja ini bawaan bayi yang berada di dalam kandungannya.Tiba-tiba saja pintu kamarnya diketuk dari luar. "Apa kamu sudah bangun, Sayang?" tanya Sakhala sambil membuka sedikit pintu kamarnya untuk melihat Dayana. Tingkah lelaki itu benar-benar mirip seorang pencuri yang mengintai rumah korbannya."Aku sudah bangun

  • Jodohku Melintas Saat Pernikahanku Kandas   96. Ide Gila Sakhala

    Dayana terbangun dari tidurnya karena perutnya tiba-tiba terasa sangat mual. Dia pun langsung bangun lalu berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya. Sakhala yang mendengar Dayana muntah-muntah ikut terbangun dan segera menghampiri istrinya itu. "Kamu nggak papa, Sayang?" Sakhala mengetuk pintu kamar mandi dengan perasaan khawatir. Dayana tidak menjawab panggilan Sakhala dan terus muntah-mutah. Rasanya Sakhala ingin sekali menemani Dayana di dalam sana, akan tetapi dia tidak bisa masuk karena pintu kamar mandi dikunci Dayana dari dalam. "Sayang?!" Sakhala terus berdiri di depan pintu kamar mandi sambil terus memanggil Dayana. Dia akan mendobrak pintu kamar mandi tersebut jika Dayana tidak kunjung keluar. Namun, belum sempat dia melakukannya Dayana tiba-tiba membuka pintu kamar mandi tersebut dengan wajah yang terlihat sedikit pucat. Sakhala segera menghampiri Dayana lalu menuntun wanita itu agar duduk di atas tempat tidur. "Bagaiamana keadaanmu sekarang? Apa sudah

  • Jodohku Melintas Saat Pernikahanku Kandas   95. Kejutan Manis

    Dayana telah dipindahkan ke ruang rawat setelah menjalani proses pemindahan embrio di rahimnya. Wanita itu masih belum sadar karena efek bius. Sakhala tidak pernah beranjak dari sisi Dayana, dia duduk di kursi yang ada di sebelah ranjang Dayana sambil menggenggam jemari tangan wanita itu dengan erat. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Dayana membuka mata. Dia mengerjapkan kedua matanya perlahan untuk menyesuaikan dengan cahaya yang menerobos masuk ke dalam indra penglihatannya."Sayang?!" Sakhala sontak mengembuskan napas lega karena Dayana akhirnya membuka mata. Dia segera menekan tombol Nurse Call untuk memanggil perawat atau dokter agar memeriksa Dayana."Sakha ...," panggil Dayana pelan karena tubuhnya masih terasa lemas. Tiba-tiba saja pintu ruang rawatnya diketuk dari luar disusul dengan masuknya seorang perawat untuk memeriksa kondisinya"Bagaimana keadaan Ibu Dayana sekarang? Apa Anda masih merasa pusing?" tanya perawat tersebut."Tidak, Sus. Tapi saya masih merasa sedikit

  • Jodohku Melintas Saat Pernikahanku Kandas   94. Kabar Baik

    Waktu berjalan dengan begitu cepat, membawa semua hal berlalu bersamanya. Hari ini adalah hari yang penting bagi Sakhala dan Dayana. Sudah genap empat belas hari pasangan itu menunggu hasil dari program bayi tabung yang telah mereka jalani selama kurang lebih satu bulan. "Apa kamu cemas?" tanya Sakhala terdengar lembut. Genggaman tangannya pada Dayana tidak terlepas sedikit pun sejak mereka memasuki halaman rumah sakit."A-aku baik-baik saja."Sakhala menggeleng pelan karena wanita yang berjalan di sampingnya itu tidak pandai berbohong. "Kamu masih ingat ucapanku kemarin malam, kan? Apa pun hasilnya kita pasrahkan sama Tuhan. Yang terpenting kita sudah melakukan yang terbaik," ucap Sakhala berusaha menyalurkan energi positif pada Dayana. "Iya, aku tahu. Terima kasih karena kamu sudah ada di sampingku selama ini," balas Dayana pelan.Kedua pasangan itu pun akhirnya tiba di depan pintu ruangan bercat putih dengan sebuah papan nama bertuliskan Dokter Tasqia, SpOG.Sebelum menarik han

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status