Dewasa 21+ Dayana tidak sengaja melakukan one night stand dengan Sakhala—CEO sekaligus pemilik Jordan Corps. Dayana pikir, pertemuan malam itu akan menjadi pertemuannya yang pertama dan terakhir dengan Sakhala. Akan tetapi Tuhan sepertinya punya ribuan cara untuk mempertemukan mereka. Sakhala yang didesak agar cepat menikah oleh sang ibu pun tergiur dengan tawaran gila yang Dayana berikan. Tawaran apa sebenarnya yang Dayana berikan pada Sakhala? Apakah tawaran tersebut benar-benar gila?
View More"Wah-wah, lihat siapa gadis cantik yang sedang sendirian ini. Bukankah kamu membutuhkan teman untuk menghabiskan malammu, Nona?" celetuk lelaki yang memiliki tato ular di leher. Ternyata lelaki itu sudah mengawasi Dayana sejak masuk ke dalam kelab malam.
"Kamu siapa? Apa kamu mengenalku? Atau mungkin aku sudah mengenalmu tapi lupa?" racau Dayana yang berusaha mempertahankan kesadarannya. Dia menjawab pertanyaan lelaki bertato itu dengan mendorong badannya ke depan hingga membuat belahan dadanya terlihat jelas.
"Siapa aku itu tidak penting, Nona. Tapi yang jelas kita akan menghabiskan malam ini dengan penuh kenikmatan," jawab lelaki itu sambil menyeringai seram. Rasanya dia sudah tidak sabar ingin menyeret Dayana ke atas ranjang lalu mencicipi tubuhnya.
Lelaki kurang ajar itu menarik tangan Dayana dalam satu kali sentak dan berusaha mencium bibir gadis itu. Dayana yang masih sedikit sadar pun berusaha melepaskan diri dari cengkeraman lelaki itu.
"Sialan! Lepaskan aku berengsek! Kamu pikir aku wanita murahan yang mau mengangkang di depan sembarang pria!"
"Ayolah, Sayang. Aku tahu kamu sudah tidak tahan dengan sensasi panas yang ada di dalam tubuhmu ini, kan? Ayo kita percepat ini sebelum hal buruk terjadi padamu," ancam lelaki itu sambil mendekap tubuh Dayana dengan erat.
"Berengsek, aku tidak sudi! Lepaskan aku sialan! Bedebah kau!" Kesabaran Dayana sudah habis. Dia berusaha keras melepaskan diri dari dekapan lelaki bernama Alex itu. Namun, tenaganya tidak sebanding dengan Alex.
Di mata pengunjung kelab, Dayana dan Alex tampak seperti sepasang kekasih yang sedang memadu cinta. Saling mendekap, menyentuh, dan berbagi perasaan di bawah gemerlap lampu disko. Namun, yang terjadi sebenarnya ibarat harimau yang berusaha menangkap kelinci buruannya.
Dayana mulai tidak kuat melawan Alex karena pengaruh minuman beralkohol yang masuk ke dalam tubuhnya. Dia terlihat pasrah ketika Alex mengangkat tubuhnya dan membawanya pergi meninggalkan kelab.
Air mata itu jatuh begitu saja membasahi pipi Dayana. Dalam hati dia berharap semoga ada seseorang yang akan menyelamatkannya.
'Tuhan, selamatkan aku,' batin Dayana sebelum kegelapan merenggut kesadarannya.
***
Alex membawa Dayana yang sudah tidak sadarkan diri ke sebuah hotel eksklusif yang berada di lantai atas kelab. Di lorong yang minim cahaya diam-diam ada seseorang yang membuntuti mereka.
"Permisi, Tuan. Sepertinya Anda sedang terburu-buru," sergah seorang lelaki bertuxedo hitam dengan rambut yang disisir rapi ke samping.
"Ah, maaf. Kekasihku sedang mabuk dan membuat sedikit keributan, jadi aku ingin membawanya pulang."
"Apa benar begitu? Tapi arah keluar kelab malam ini berada di sebelah sana, Tuan. Kenapa Anda malah menuju ruangan eksklusif yang berada di lantai atas?"
Alex menggeram kesal karena lelaki yang berdiri di hadapannya sekarang mencoba untuk menghalanginya yang ingin menikmati tubuh Dayana. "Maaf, aku tidak tahu kalau pintu keluarnya di arah sana. Kalau begitu permisi."
Karena tidak ingin mengambil resiko, Alex pun memutuskan untuk mencari tempat lain. Dia memasukkan Dayana ke dalam mobil Civic hitam miliknya yang terparkir di basement lalu memacu kendaraan itu menuju hotel bintang lima yang berada di pusat kota. The Acacia Hotel namanya.
Di dalam kamar nomor 110, dia langsung mengempaskan tubuh Dayanan di atas tempat tidur dan memaksa gadis itu untuk menelan obat perangsang. Dia melihat setiap lekuk tubuh Dayana dengan penuh minat.
"Sempurna. Kamu benar-benar gadis yang sempurna, Dayana. Mari kita mulai malam yang panas ini bersama," ucapnya sambil meloloskan gaun merah yang Dayana kenakan.
"Erngh ...." Dayana mengerang tertahan karena merasa ada seseorang yang menyentuh tubuhnya. Kedua mata gadis itu sontak membelalak lebar, terkejut melihat lelaki yang dia temui di kelab malam tadi berada di atas tubuhnya dengan bertelanjang dada. Ternyata lelaki itu adalah Alex, mantan kekasih sahabat baiknya.
"Lepaskan aku, Alex!" Dayana mendorong Alex agar menyingkir dari atas tubuhnya. Namun, lelaki yang memiliki tato di leher itu tetap diam tak bergeming.
"Lepaskan aku!" sengit Dayana menatap Alex tajam. Dia benar-benar marah karena Alex mencoba mencari keuntungan saat dia tidak sadar.
"Tidak perlu takut, Dayana. Aku akan memberimu kenikmatan yang tidak pernah kamu rasakan sebelumnya. Percayalah, ini akan terasa nikmat, bahkan seperti di surga," bisik Alex terdengar menjijikkan di telinga Dayana. Dia mulai mencumbu leher Dayana sambil meraba tubuh gadis itu dengan penuh nafsu.
"Aku sangat membencimu, Alex! Lepaskan aku!" teriak Dayana sambil berusaha melepaskan diri.
Brak!
Tubuh Alex menegang karena pintu kamarnya tiba-tiba didobrak oleh seorang lelaki yang terlihat tidak asing di matanya. Alex yakin sekali pernah melihat wajah lelaki bertuxedo hitam itu sebelumnya.
"Ka-kamu?!" Dia menunjuk lelaki itu. "Bukankah kau pelayan tadi? Kenapa kau bisa ada di sini? Apa kau mengikutiku?"
"Aku sudah curiga ketika melihatmu mendekati gadis itu karena kalian tidak terlihat seperti sepasang kekasih. Kira-kira apa yang akan terjadi jika keluargamu tahu putra kesayangan mereka berusaha memperkosa seorang gadis, Tuan Alex Dirgantara?"
Tubuh Alex sontak menegang, wajahnya pun seketika berubah pucat. "Bagaimana kamu bisa tahu namaku. Jangan-jangan kamu—"
"Aku Sakhala, presdir Jordan Corps. Saingan terberat perusahaan keluargamu, Alex," ungkap laki-laki yang mendobrak pintu kamar hotel tadi.
Entah setan apa yang sudah merasuki Sakhala hingga membuatnya mengikuti Alex dan Dayana hingga ke Acacia Hotel. Padahal dia tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya karena dia selalu acuh tak acuh pada orang asing.
"Sialan!" Alex menggeram kesal. "Apa yang kamu inginkan, Sakha? Bukankah Jordan Corps sudah memiliki segalanya?"
"Lepaskan gadis itu atau seluruh media akan tahu semua kebusukan yang sudah kamu lakukan dan keluargamu!" ancam Sakhala. Tidak ada keraguan yang tepancar dari kedua sorot matanya membuat nyali Alex seketika menciut.
Alex pun melepaskan Dayana dari kungkungannya dan cepat-cepat memakai kembali pakaiannya setelah itu pergi meninggalkan kamar. Dia tidak mau berurusan dengan keluarga Jordan karena mereka bukan tandingannya. Sebelum keluar, dia mendesis sinis kepada Sakhala.
"Lihat saja, Jordan. Gadis itu akan menjadi milikku!"
Sakhala memilih diam karena ancaman Alex hanya omong kosong bagi baginya. Lebih baik dia meminta Dayana untuk segera memakai kembali pakaiannya lalu mengantar gadis itu pulang.
"Sebaiknya cepat pakai bajumu sebelum hal buruk terjadi padamu, Nona." Sakhala ingin meninggalkan kamar, tapi Dayana tiba-tiba menarik tangannya dan mendaratkan sebuah kecupan manis di bibirnya.
Kedua mata Sakhala sontak membulat. Dia refleks mendorong Dayana hingga jatuh di atas tempat tidur. "Apa yang kamu lakukan, Nona?"
"Aku tidak tahu, tapi tubuhku rasanya aneh sekali," desah Dayana menahan perasaan aneh dalam dirinya. Entah kenapa dia mendadak bergairah dan begitu mendambakan sentuhan laki-laki.
Kening Sakhala berkerut dalam melihat Dayana yang tampak bergairah dan tersiksa di saat yang sama. Sakhala tidak munafik, sebagai lelaki normal dia merasa tergoda karena Dayana terlihat begitu seksi dan menggairahkan. Tidak heran jika Alex ingin menghabiskan malam dengan gadis itu.
"Tuan, tolong. Sentuh aku ...."
"Sakha, lihat ini." Dayana mengusap perutnya yang tampak semakin membesar. Sakhala sontak mengalihkan pandang dari layar laptopnya lalu menatap Dayana dan ikut mengusap perut istrinya itu dengan lembut."Halo, Jagoan Papa. Sehat-sehat ya, di dalam perut mama. Papa sudah tidak sabar ingin ketemu sama kamu," ucap Sakhala sambil tersenyum karena merasakan pergerakan dari calon buah hatinya yang masih berada di dalam perut Dayana."Apa kamu bisa merasakannya, Sakha?"Sakhala mengangguk. Kedua matanya tampak berbinar merasakan gerakan dari calon buah hatinya. "Dia pasti tidak sabar ingin bertemu sama mama papanya."Perasaan Dayana seketika menghangat melihat Sakhala yang sedang berbicara dengan calon buah hati mereka. Dia bisa melihat dengan jelas jika Sakhala sangat menyayangi buah hatinya."Sakha," panggil Dayana pelan."Iya, Sayang?" "Dokter Tasqia kemarin bilang kalau aku mungkin akan melahirkan akhir bulan nanti. Tapi kenapa perutku sekarang sering merasa mulas?" tanya Dayana sambil
Dayana menjalani masa kehamilannya dengan penuh kebahagiaan meskipun ini bukan kehamilannya yang pertama. Minggu ini usia kehamilannya tepat tujuh bulan. Dayana merasa napasnya menjadi lebih berat dan sesak dari pada biasanya karena janin yang ada di dalam perutnya semakin membesar.Sebagai seorang suami, Sakhala berusaha memberikan yang terbaik untuk Dayana. Seperti dua hari yang lalu, dia baru saja membelikan istrinya itu sebuah sofa santai khusus untuk ibu hamil yang harganya puluhan juta. Sakhala sengaja membelinya agar Dayana merasa nyaman. Selain itu dia tidak tega melihat Dayana yang terus mengeluh karena pinggangnya sakit dan pegal-pegal. Dayana menganggap Sakhala terlalu berlebihan. Namun dia sendiri tidak bisa menolak karena Sakhala membeli sofa itu tanpa sepengetahuan dirinya. Selain itu, dia juga tidak ingin berdebat dengan Sakhala karena itu hanya akan menguras energinya.Dayana duduk di sofa ruang keluarga dengan wajah bahagia. Dia tersenyum saat mengingat pesta gender
Keesokan harinya Dayana bangun dengan kondisi tubuh yang segar bugar karena dia semalam tidur dengan sangat nyenyak. Dia bahkan tidak terganggu dengan suara alarm yang dia pasang sebelum tidur.Dayana melirik jam digital yang ada di atas meja kecil samping tempat tidurnya. Ternyata sekarang sudah jam tujuh pagi dan dia ingat kalau hari ini Sakhala ingin mengajaknya pergi ke suatu tempat untuk babymoon. "Sakha sudah bangun belum, ya?" gumam Dayana sambil beranjak dari tempat tidurnya dengan hati-hati.Biasanya Sakhala selalu membantunya saat turun, tapi beberapa minggu ini dia harus melakukannya sendiri karena perutnya selalu merasa mual bila berada di dekat Sakhala. Mungkin saja ini bawaan bayi yang berada di dalam kandungannya.Tiba-tiba saja pintu kamarnya diketuk dari luar. "Apa kamu sudah bangun, Sayang?" tanya Sakhala sambil membuka sedikit pintu kamarnya untuk melihat Dayana. Tingkah lelaki itu benar-benar mirip seorang pencuri yang mengintai rumah korbannya."Aku sudah bangun
Dayana terbangun dari tidurnya karena perutnya tiba-tiba terasa sangat mual. Dia pun langsung bangun lalu berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya. Sakhala yang mendengar Dayana muntah-muntah ikut terbangun dan segera menghampiri istrinya itu. "Kamu nggak papa, Sayang?" Sakhala mengetuk pintu kamar mandi dengan perasaan khawatir. Dayana tidak menjawab panggilan Sakhala dan terus muntah-mutah. Rasanya Sakhala ingin sekali menemani Dayana di dalam sana, akan tetapi dia tidak bisa masuk karena pintu kamar mandi dikunci Dayana dari dalam. "Sayang?!" Sakhala terus berdiri di depan pintu kamar mandi sambil terus memanggil Dayana. Dia akan mendobrak pintu kamar mandi tersebut jika Dayana tidak kunjung keluar. Namun, belum sempat dia melakukannya Dayana tiba-tiba membuka pintu kamar mandi tersebut dengan wajah yang terlihat sedikit pucat. Sakhala segera menghampiri Dayana lalu menuntun wanita itu agar duduk di atas tempat tidur. "Bagaiamana keadaanmu sekarang? Apa sudah
Dayana telah dipindahkan ke ruang rawat setelah menjalani proses pemindahan embrio di rahimnya. Wanita itu masih belum sadar karena efek bius. Sakhala tidak pernah beranjak dari sisi Dayana, dia duduk di kursi yang ada di sebelah ranjang Dayana sambil menggenggam jemari tangan wanita itu dengan erat. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Dayana membuka mata. Dia mengerjapkan kedua matanya perlahan untuk menyesuaikan dengan cahaya yang menerobos masuk ke dalam indra penglihatannya."Sayang?!" Sakhala sontak mengembuskan napas lega karena Dayana akhirnya membuka mata. Dia segera menekan tombol Nurse Call untuk memanggil perawat atau dokter agar memeriksa Dayana."Sakha ...," panggil Dayana pelan karena tubuhnya masih terasa lemas. Tiba-tiba saja pintu ruang rawatnya diketuk dari luar disusul dengan masuknya seorang perawat untuk memeriksa kondisinya"Bagaimana keadaan Ibu Dayana sekarang? Apa Anda masih merasa pusing?" tanya perawat tersebut."Tidak, Sus. Tapi saya masih merasa sedikit
Waktu berjalan dengan begitu cepat, membawa semua hal berlalu bersamanya. Hari ini adalah hari yang penting bagi Sakhala dan Dayana. Sudah genap empat belas hari pasangan itu menunggu hasil dari program bayi tabung yang telah mereka jalani selama kurang lebih satu bulan. "Apa kamu cemas?" tanya Sakhala terdengar lembut. Genggaman tangannya pada Dayana tidak terlepas sedikit pun sejak mereka memasuki halaman rumah sakit."A-aku baik-baik saja."Sakhala menggeleng pelan karena wanita yang berjalan di sampingnya itu tidak pandai berbohong. "Kamu masih ingat ucapanku kemarin malam, kan? Apa pun hasilnya kita pasrahkan sama Tuhan. Yang terpenting kita sudah melakukan yang terbaik," ucap Sakhala berusaha menyalurkan energi positif pada Dayana. "Iya, aku tahu. Terima kasih karena kamu sudah ada di sampingku selama ini," balas Dayana pelan.Kedua pasangan itu pun akhirnya tiba di depan pintu ruangan bercat putih dengan sebuah papan nama bertuliskan Dokter Tasqia, SpOG.Sebelum menarik han
"Sayang!" Sakhala terus mengetuk pintu kamar mandi yang ada di hadapannya karena Dayana tidak kunjung keluar.Apa mungkin Dayana pingsan?"Kamu baik-baik saja, kan? Aku akan mendobrak pintu ini kalau kamu tidak juga keluar!" ucap Sakhala cemas. Dia terus mondar-mandir di depan pintu kamar mandi karena tidak terdengar suara apa pun dari dalam.Apa Dayana baik-baik saja? Sakhala melirik jam tangannya sekilas. Sudah lima menit dia menunggu tapi Dayana belum juga keluar. Sepertinya dia harus mendobrak pintu kamar mandi tersebut. Namun, tiba-tiba saja terdengar suara Dayana dari dalam."Tunggu, Sakha. Sebentar lagi aku keluar." Sakhala sontak mengembuskan napas lega karena Dayana akhirnya keluar dari kamar mandi. "Demi Tuhan, Sayang. Aku sudah berdiri di sini selama dua puluh menit. Apa kamu ingin membuatku khawatir?" Dayana malah terkekeh alih-alih merasa bersalah pada Sakhala. "Maaf Sakha. Aku tadi berendam air hangat sambil dengerin musik. Jadi nggak dengar kalau kamu mengetuk pintu.
Beberapa hari kemudian, Sakhala mengantar Dayana ke rumah sakit untuk berkonsultasi dengan Dokter Tasqia mengenai program bayi tabung. Dayana merasa sangat cemas karena ini pengalaman pertama baginya. Meskipun begitu, dia sudah siap dengan semua risiko yang mungkin akan dia temui nanti. "Apa kamu baik-baik saja?" tanya Sakhala karena melihat Dayana duduk dengan gelisah. Kedua mata istrinya berulang kali melihat ke arah pintu ruangan Dokter Tasqia yang masih tertutup rapat."A-aku baik-baik saja, Sakha. Cuma sedikit gugup."Sakhala menggenggam tangan Dayana semakin erat. Telapak tangan istrinya itu terasa sangat dingin dan basah. Dayana pasti merasa sangat gugup sekarang."Tenang saja, ada aku di sini. Semua pasti akan baik-baik saja," ujar Sakhala terdengar lembut. Pintu yang sedari tadi Dayana amati tiba-tiba dibuka dengan pelan dari dalam. Seorang wanita muda yang sedang hamil terlihat keluar dari ruangan tersebut disusul dengan seorang perawat dari arah belakang. "Silakan, Non
"Mama bilang apa? Nikah lagi? Apa Mama sudah kehilangan akal? Abang nggak mau Ma." Sakhala menolak dengan tegas permintaan Ruth. "Memangnya kenapa, Bang? Mama menyuruh Abang menikah lagi karena keluarga kita butuh seorang pewaris dari darah Abang. Apa mama salah?"Sakhala mengusap wajahnya dengan kasar. Dia benar-benar merasa kecewa dengan mamanya. Bagaimana mungkin Ruth bisa menyuruhnya untuk menikah lagi? Apa Ruth tidak pernah memikirkan perasaan Dayana?"Mama jelas-jelas salah kalau menyuruh abang menikah lagi demi mendapat keturunan. Apa Mama tidak memikirkan bagaimana perasaan Dayana?" Sakhala mengatupkan rahangnya rapat-rapat, berusaha menahan amarahnya agar tidak meledak. Sepertinya keputusannya untuk datang ke rumah mamanya setelah pulang dari kantor ini salah karena Ruth semakin menambah beban pikirannya. "Tapi kita butuh seorang pewaris, Bang," ucap Ruth dengan menekan kata pewaris. "Apa Mama lupa kalau kita sudah memiliki Anya?""Tapi dia bukan darah daging Abang." Ruth
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments