“Aku bilang sama kamu ya, Leon itu cowok matre. Paling juga kalau harta Audrey sudah habis, dia bakal tinggalin Audrey. Jadi kamu jangan tergoda dengan ketampanan Leon. Biarkan saja Audrey si pengkhianat itu tertipu dengan cinta Leon.” Ungkap Adel lagi, dan membuat Arga juga ikut melongo mendengar tutur Adel.“Hem, sudah selesai nih makannya. Waktunya bayar! Ayo Elissa, bayar makanannya.” Pinta Adel. Elissa sejak tadi hanya diam terpaku, bahkan makanannya tidak habis. Entah memikirkan makanan, atau soal Leon.“Elissa, kok malah diam saja sih? Ayo buruan di bayar dong. Atau jangan-jangan kamu tidak punya uang ya!”“Oke, oke, aku bayar. Siapa bilang aku tidak punya uang. Nih aku bayarin.” Ucapnya dengan sombong. Lalu Elissa berdiri dan menuju ke ibu kantin yang berjarak 5 meter dari mereka duduk. Elissa berjalan dengan percaya diri, lalu mendekati ibu kantin. Setelah dekat, Elissa bicara lirih pada ibu kantin. Karena takut terdengar oleh Adel dan Arga.“Bu, semuanya berapa?”“95 ribu.”
“Audrey lagi, Audrey lagi. Apa sih istimewanya wanita itu?” Sahut Adel.“Diam! Aku tidak bicara sama kamu.” Bentak Audrey. “Elissa, harusnya itu kamu ngaca. Kamu itu miskin sekarang, modal tampang saja tidak cukup. Haha! Semua itu harus pakai uang. Model seperti ini mau dekati Leon? Haha! Yang ada kamu jadi bodyguard dia. Tuh, cocok banget kayak anjing yang di ikat dengan tali. Terus di ikat ke tiang. Haha!” Ucapan Audrey sangat menyayat hati. Siapa pun yang mendengar pasti akan kesal dan marah dengan ucapan yang menjatuhkan itu. Tangan Elissa sudah mengepal dan mengeras, dia sudah siap melemparkan hantaman di wajah Audrey. Arga pun menyadari hal itu.‘Waduh, gawat ini. Pasti kacau.’ Gumam Arga. Lalu mendekati Elissa yang masih di tarik bajunya oleh Audrey, dan memegang tangan Elissa. Bisikan di lontarkan pada Elissa saat itu.“Elissa, tahan amarah kamu.” Tangan di genggam erat, sehingga tertahan tangan dan emosi Elissa saat itu. Namun Audreyl semakin mengejek Elissa.“Hei, siapa pria
Elissa semakin bingung dengan pengakuan papanya.“Maksud Papa, tadi orang titip untuk berikan sama kamu.”“Itu artinya, Papa ambilkan mobil untuk aku ya? Yes!” Ucap Elissa salah tanggap dan kegirangan. Mama dan Papa hanya saling tatap dan menggelengkan kepalanya.“Elissa, bukan papa yang belikan untuk kamu. Mana mungkin dengan berjualan kue bisa beli mobil sebagus itu. Jangankan untuk membeli kes, kredit saja sulit.” Jelas mama saat menata kue ke dalam kotak. Lalu kue itu di sodorkan pada Elissa.“Apa ini?” Elissa bertanya kenapa kue itu di sodorkan padanya.“Seperti biasa, kue ini kamu antar ke rumah Arga ya? Kita sudah di berikan tempat tinggal, jadi hanya ini yang bisa kita berikan sedikit.”“Sekarang?”“Besok, kalau bisa tahun depan juga tidak apa-apa.” Jawab Papa ikut bicara.“Hehe, boleh. Besok saja deh!”“Ukh kamu ya, tidak mengerti juga deh.” Mama menyentil kuping Elissa.“Sudah sana, antar kuenya. Kalau kamu mau tahu tentang mobil itu, kamu tanya sama Paman Daniel.”“Lah, apa
“Bukan, itu mobil kamu. Paman berikan untuk kamu. Katanya itu mobil kesukaan kamu, jadi Paman belikan untuk kamu supaya kamu kalau ke kampus tidak naik ojek lagi.”‘Hah, ternyata Paman Daniel yang kasih mobil itu. Malas banget, ingin aku tolak tapi aku juga butuh. Tapi tidak apa-apa deh, dia ‘kan sudah ambil semua harta Papa. Jadi itu termasuk harta papaku juga. Enak saja kalau tidak di terima.’ Gumamnya lagi bersemangat.“Wah, ternyata itu dari Paman untuk aku? Aku kira punya papa. Tapi dari mana pula Papa bisa beli. Harta saja habis di ambil orang.” Sindir Elissa dengan melirikkan mata dan mengangkat satu alisnya. Papa Daniel tertegun diam sejenak, lalu bicara lagi seolah tidak tahu apa-apa.“Iya, itu untuk kamu. Tolong kamu terima ya, kamu suka bukan? Hem, kamu yang sabar saja ya. Semua pasti akan indah pada waktunya.”“Iya, Paman. Aku suka, terima kasih banyak ya! Aku janji, suatu saat kalau aku sudah sukses aku pasti akan ganti semua jasa Paman selama ini.”“Tidak perlu kamu piki
Tok! Tok! Tok!“Elissa, apa maksud kamu lempar sendal di kepala papa? Lihat itu kepala papa luka. Kamu harus tanggung jawab. Siapa yang suruh kamu lempar, dan lari dari tanggung jawab seperti ini. Elissa! Buka pintu.” Mama saat itu langsung marah-marah dan mengetuk pintu. Namun belum di bukakan pintu oleh Elissa. Yang tadinya mengetuk akan tetapi tidak juga di bukakan, lalu mama menggebrak pintu dengan kuat.Brak! Brak! Brak!“Elissa, buka!” Suara Mama semakin melengking kuat. Lalu mama menggebrak pintu lagi. Kebetulan Elissa membuka pintu dengan raut wajah memelas. Tanpa sengaja tangan mama malah menggebrak muka Elissa.Cekrek! Pintu terbuka, Brak! Wajah Elissa terkena hantaman keras.“Auuuu, sakit!”“Duh, maaf. Haha! Makanya di buka pintunya.” Mama mengusap keras wajah Elissa karena kasihan sudah sakit, tetapi mengusap dengan keras karena geram.“Impas sudah ‘kan? Sekarang aku harus tanggung jawab apa lagi.”“Loh, impas apa? Ini ‘kan masalah dengan Mama. Sana pergi minta maaf dengan
“Mau menyusul pangeran tadi, Ma. Ya kuliah lah, sudah ah. Nanti aku telat!” Elissa meneruskan jalannya. Mama geram dan melempar botol kosong kepada Elissa dengan tawanya.“Haha, dasar anak tidak tahu diri.” Mama menggelengkan kepalanya.Pletak! Botol itu mengenai kepalanya. Elissa pun mengelus kepalanya dan mengambil botol yang terjatuh, lalu hendak melemparkan pada Mama. Mama malah mengacungkan pisau kue yang dia pegang. Elissa membatalkan niatnya untuk melemparkan balik ke mama dengan senyum, lalu melemparkan botol itu ke tong sampah.“Hehe, maaf, Ma.”Elissa masuk ke dalam mobil, dia begitu menikmati hari itu karena untuk pertama kalinya setelah bangkrut dan membawa mobil baru.“Hem, hari ini aku bakalan pamer sama Audrey dan Leon. Haha, awas saja kalian. Kalian pikir aku tidak bisa miliki mobil mewah ini. Haha.”Elissa mulai berpikir nakal dan ingin balas kesombongan Audrey. Dengan penuh rasa semangat, hari itu dia pergi dengan mobil kesayangannya ke kampus. Lalu Elissa mengambil
“Selamat siang semua. Perkenalkan, aku dosen baru kalian di sini, namaku Andre. Semoga kalian semua bisa di ajak kerja sama ya?”“Suit, suiiitt!” Siulan dari salah satu mahasiswa ketika kedatangan seorang dosen tampan yang baru akan mengajar di ruangan mereka. Namun saat itu Elissa tidak terlalu begitu peduli dengan siapa dosen yang baru datang. Elissa masih asyik menggambar wajah seorang pria di bukunya.“Pak, jangankan kerja sama. Kerja untuk Bapak aku juga siap! Tapi dengan satu syarat, menikah dulu. Hehe.”“Huuuuu!”Sorak Sorai mengejek ucapan salah satu mahasiswa yang menggoda dosen itu.“Sttttt, sudah sudah.”Bapak Andre, dosen baru yang masih muda dan tampan adalah tak lain pria yang bertemu dengan Elissa di toko kue milik mamanya tadi pagi. Namun saat itu Elissa belum menyadari kalau dia bertemu dengan pangeran yang dia sebut di depan mamanya tadi. Akan tetapi, Andre lebih dulu menyadari adanya Elissa di ruangan itu yang masih fokus dengan setiap garis buku di depannya itu.“L
“Astaga, segitu bencinya aku dengan dia sampai-sampai aku tidak memikirkan perasaan dia. Duh, mampus aku. Kalau sampai Arga batalkan perjodohan ini. Aku tidak bisa ambil hak papaku. Semoga saja Arga tidak berubah pikiran.” Elissa tampak menyesali ucapan yang tambah menyakiti hati Arga itu.***“Tuh, ‘kan benar. Baru saja pulang dari kampus. Papanya Arga sudah ada di rumah. Pasti Arga sudah katakan semua kepada papanya tentang di kampus tadi. Duh, masuk tidak ya?”Sepulang Elissa dari kampus, dan baru turun dari mobil, pandangan tertuju pada papa Arga yang tengah berbincang pada Mama Belinda dan papa Rajendra di ruang tamu. Tampaknya mereka tengah serius membicarakan sesuatu. Elissa saat itu bingung dan maju mundur saat hendak melangkah masuk. Akhirnya dia bersandar di mobil menunggu sampai papanya Arga pulang.“Lebih baik aku di sini saja. Daripada kena marah nanti di dalam.”Tidak lama kemudian, papa Daniel keluar. Dia hanya melemparkan senyuman, tanpa banyak bicara pada Elissa lalu