"Susi!" Ardi merasa seperti pernah mendengar nama itu. "Apa kita pernah ketemu sebelumnya." tanya Ardi yang berdiri terpaku melihat Susi.
"Dasar!!! sombong sekali jadi cowok!! Sini, ikut aku." Susi menarik Ardi menuju suatu tempat.
"Nathan? kenapa kamu bisa ada disini?" Ardi terkejut ketika melihat Nathan berada di tempat itu.
"Nathan!, ini aku bawakan temanmu. Dia orang yang sombong sekali, aku jadi benci rasanya, apalagi saat ucapan salam ku diabaikan." Kata Susi menggerutu.
"Sudahlah, aku mau kalian berdua untuk akrab nanti. Ardi, aku belum memperkenalkan diri, kan? kenalkan, aku Nathan, Kaka tingkat yang akan mengawasi kamu dan juga Jessy, dia adalah teman aku dari kecil, namanya Susi Artia. Aku mau kalian bertiga berteman akrab nantinya, dan aku juga akan mengawasi kalian menggantikan Mr. Brown." Penjelasan yang singkat dari Nathan, dia akhirnya menunjukkan siapa dia yang sebenarnya kepada Ardi, walaupun belum semuanya.
Ardi tidak terlalu memperhatikan perkenalan Nathan, perhatiannya terkadang teralihkan kepada Susi. Dia berusaha sekuatnya untuk mengingat, siapa perempuan yang bernama Susi ini. Tapi semakin keras dia berusaha untuk mengingatnya, maka semakin besar pula rasa lupanya tentang wanita itu. Nathan sambil memperhatikan arah mata Ardi, dia sering kali melihat arah pandangan Ardi selalu mengarah kepada Susi, sehingga dia berpikir kalau Ardi tertarik dengan Susi.
"Ardi, kamu paham dengan yang jelaskan tadi?" tanya Nathan.
"Paham, kalau gitu, aku mau kembali ke kamar dulu, mau menelepon orang tuaku kalau aku sudah sampai, tadi kelupaan." ujar Ardi, walaupun tidak semuanya.
Setelah melihat sikap Ardi tadi, Nathan ingin mencoba mendekatkan Susi dengannya, dia ingin membuat Ardi dan Susi menjalin hubungan percintaan, dan pemikiran ini langsung terlintas di kepalanya saja, tanpa tau tujuan yang jelas.
Setelah sampai di kamarnya, Ardi memikirkan sesuatu, dia sekarang ingin menyelidiki siapa Nathan itu, jadi dia berniat untuk mendekati Susi yang kelihatannya cukup dekat dengannya.
Siapakah dia, kenapa sering sekali bertemu secara tidak sengaja dengan Ardi, apakah dia mempunyai suatu tujuan? Ardi selalu memikirkan hal tersebut. Tapi sepertinya Nathan mempunyai rencana yang tersembunyi. Apalagi setelah kehadirannya di universitas Veulla, Ardi semakin penasaran siapakah Nathan ini.
Ketika sedang memikirkan hal tersebut, Jessy mengetuk pintu kamar Ardi, ada yang ingin dia sampaikan.
Setelah pintu kamar itu Ardi buka, Jessy ingin membicarakan sesuatu dengannya, tapi tidak di dalam kamar, melainkan di taman yang ada di dekat asrama mereka.
Setelah sampai di taman, mereka berdua langsung duduk di salah satu bangku taman tersebut, "Nah, sekarang apa?" tanya Ardi kepadanya.
"Nathan tadi ada menelepon aku, dia mau mengajak kita berdua untuk makan malam, sekaligus jalan-jalan."
"Jadi?" Ardi berpura-pura tidak tau maksud Jessy.
"Aku lagi nanya kamu, mau ikut atau enggak? Kalau enggak, aku juga nggak bakalan ikut." Jawab Jessy kesal.
"Oh ... aku ikut, sekalian jalan-jalan." Yang sebenarnya Ardi inginkan adalah menyelidiki Nathan, jadi dia berpikir kemungkinan Susi juga akan ikut. Jika dia ikut, maka Ardi akan mencoba untuk lebih dekat dengannya, walaupun akan sangat susah.
Setelah mendengar jawaban Ardi, Jessy kemudian membuka ponselnya lalu menelepon Nathan. Entah dari mana dia mendapatkan nomor Nathan, tapi Ardi kelihatannya tidak perduli.
"Halo, Katanya Ardi akan ikut."
"...."
"Hm ... ya, jam 8, oke. Kami menunggu kalian jemput aja, Oke."
Setelah perbincangan singkat itu, Jessy kemudian langsung meninggalkan Ardi. Dia mengatakan kepadanya kalau akan pergi mandi dan mendandani dirinya.
"Ini masih jam 5 sore." kata Ardi kepada Jessy.
"Untuk menjadi cantik itu enggak mudah, harus ada usaha ekstra yang besar." kata Jessy yang kemudian langsung meninggalkan Ardi.
Setelah kepergian Jessy, Ardi mencoba untuk berpikir lagi, bagaimana caranya agar dia bisa dekat dengan Susi.
"Apa aku harus minta maaf dengan kejadian tadi ya? atau aku langsung aja ngobrol dengan dia?. Ayolah Ardi ... bisa jadi kesempatan ini cuma ada sekali. Kalau terlewatkan, bakalan harus mikir cara lain lagi." Ardi mendapati dilema dalam pikirannya.
Kebetulan pada saat Ardi sedang memikirkan hal tersebut, Susi sepertinya sedang berbicara dengan beberapa perempuan lainnya, kemungkinan mereka adalah teman dekat Susi. Karena melihat kehadiran Susi di taman itu, Ardi selalu menatapnya, dia ingin melihat seperti apa sifat Susi ketika bersama dengan teman-temannya.
"Susi! coba lihat laki-laki itu, dia sepertinya menatap kita terus." ujar salah satu teman Susi.
Setelah melihat siapa laki-laki yang dimaksud, Susi langsung menghampirinya.
"Lo kenapa sih? suka sama salah satu dari kami? atau jangan-jangan ada pikiran kotor?" Susi memarahinya dan mencoba mencolok matanya.
"Eits ... jangan! ada apa? aku cuma kepikiran sama Jessy aja, bukan berpikir hal yang enggak-enggak dengan kalian!" kata Ardi berdalih.
"Enggak mungkin! sini kepala Lo, gua colokin tuh mata!" Susi memang benar-benar berniat mencolok mata Ardi.
Karena merasa benar-benar akan di colok, Ardi mendorong Susi dengan cukup kuat, dan langsung melarikan diri. Susi kemudian bangkit, dan mengelus-elus bokongnya yang kesakitan karena terjatuh tadi.
"Itu anak!!! Awas aja nanti." Susi geram, sikap Ardi tersebut membuat dia semakin membencinya.
Malam yang dijanjikan oleh Nathan, Dia menjemput Ardi dan Jessy menggunakan Limosin hitam. Ardi dan Jessy kagum melihat mobil itu yang sangat panjang, baru pertama kalinya bagi mereka berdua melihatnya secara langsung. Mereka memasuki mobil tersebut dan melihat beberapa interior yang ada didalamnya, dan semuanya sangat bagus, hal yang tidak pernah Ardi lihat sebelumnya. Ardi sangat terkagum, dia bahkan sampai tidak mendengar pertanyaan Nathan.
"Kalau orang bertanya itu dijawab!" Susi memukul kepala Ardi dari belakang menggunakan tasnya.
"Aw ... sakit! tasmu itu isinya apa aja? seperti batu kerasnya." kata Ardi kepada Susi.
Susi menahan amarahnya, dia merasa tidak enak jika memukul Ardi lebih dari itu lagi di depan Jessy. Di perjalanan, Ardi dan Jessy lumayan banyak mengajukan pertanyaan kepada Nathan, mereka sepertinya sangat menikmati perjalanan tersebut, walaupun hanya berkeliling kota menggunakan Limosin. Walaupun cukup menikmati perjalanannya, tapi Ardi masih belum melupakan rencana awalnya untuk menyelidiki Nathan, tapi dia masih belum berani mendekati Susi, apalagi dengan kelakuan yang dia lakukan tadi sore.
Sesampainya mereka di restoran yang dituju, Ardi memberanikan diri untuk mencoba berbicara dengan Susi, walaupun itu hanya sebentar saja. Saat Jessy sudah duluan masuk ke dalam restoran, dan Nathan masih sibuk memarkirkan Limosinnya, Ardi mencoba membuka pembicaraan dengan Susi.
"Susi, maaf untuk tadi sore. Aku ... memang enggak berpikiran yang buruk dengan kalian. Percaya ya!" Ardi memelas .
"Lo pikir dengan mengatakan hal seperti itu bisa buat gua iba? salah besar. hmph!" Susi langsung meninggalkan Ardi.
"Tu-Tunggu dulu Susi! a-" Ardi ingin memegang tangan Susi, tapi dia tersandung, sehingga tangannya tanpa sengaja menarik baju Susi yang saat itu juga mengenakan Dress selutut. Tarikan dari Ardi tersebut membuat dress Susi robek, dan robekannya memperlihatkan pakaian dalam yang dikenakan Susi.
Susi merasa sangat malu sekali, bahkan sampai menangis, apalagi dia diperhatikan oleh sekelilingnya. Tapi Ardi dengan cepat memeluknya dan melepaskan bajunya untuk menutup bagian yang robek tersebut. Kemudian Ardi membawanya pergi ke tempat yang agak jauh dari keramaian, dan beberapa waiters menyarankan kepada mereka berdua untuk pergi ke Kamar VIP untuk memperbaiki pakaiannya.
Setelah sampai di kamar VIP, tempat makan yang khusus dengan hiasan ruangannya yang indah, Ardi langsung di hajar habis-habisan oleh Susi, walaupun pukulan atau tamparan Susi tersebut tidak terlalu terasa bagi Ardi. Tapi tetap saja Ardi merasa kesakitan, bukan karena pukulan, tapi karena kasihan melihat Susi menangis seperti itu gara-gara kesalahannya.
Sambil menahan rasa sakit di perutnya, Ardi mencoba melihat wajah orang yang menghajarnya, dia ingin tau apa alasan orang tersebut melakukan hal tersebut padanya. Dengan tatapan sinis, laki-laki yang menampar perut Ardi tadi mengencangkan kerah baju Ardi dan mencoba untuk menghajarnya kembali. "Kenapa Susi menangis!" teriak laki-laki itu tepat didepan wajah Ardi setelah puas memukulinya. Wajah ardi penuh memar dan matanya mulai kelihatan membengkak, untuk mengucapkan sepatah kata pun hampir tidak sanggup. Mulutnya terasa perih, dan matanya sudah sangat sakit jika tidak dipejamkan. Walaupun begitu, Ardi tetap berusaha untuk mengatakan sesuatu kepada laki-laki tersebut. “Aku hanya melakukan apa yang bisa kulakukan, dan hanya itu saja yang bisa kulakukan untuknya.” Setelah mengatakan hal tersebut, Ardi langsung tidak sadarkan diri. Di tempat yang berbeda, Jessy dan Nathan saat ini masih menunggu kedatangan Susi dan Ardi untuk segera bergabung dengan mereka berdua di meja yang sudah
Lebih dari dua puluh menit mereka berdua di ruangan itu, tapi Susi masih belum berhenti menangis dan memukul Ardi. Dia terus memukuli dada Ardi dengan kepalan tangannya yang kecil, dan kepalanya ditempelkan di bagian dada Ardi untuk menutup wajahnya."Bodoh!! bodoh sekali!! itu memalukan sekali!!" kata Susi sambil terus memukul Ardi.Ardi tidak ingin mengatakan apapun, jika dia salah sedikit berucap, maka hal itu pasti akan membuat Susi semakin marah kepadanya.Disaat yang bersamaan, ada seseorang yang mengetuk pintu ruangan itu dan mengatakan "Permisi tuan, apakah masalahnya sudah selesai? jika tuan tidak memesan ruangan ini, biarkan tamu lain yang memesannya."."Nanti saya bayar untuk biaya kamar ini! jadi jangan menganggu!" Teriak Ardi.Waiters yang ada di depan pintu tersebut terkejut dengan teriakan Ardi, dan mengelus-elus dadanya sambil mengatakan "Saya salah apa? padahal cuma bertan
"Susi!" Ardi merasa seperti pernah mendengar nama itu. "Apa kita pernah ketemu sebelumnya." tanya Ardi yang berdiri terpaku melihat Susi."Dasar!!! sombong sekali jadi cowok!! Sini, ikut aku." Susi menarik Ardi menuju suatu tempat."Nathan? kenapa kamu bisa ada disini?" Ardi terkejut ketika melihat Nathan berada di tempat itu."Nathan!, ini aku bawakan temanmu. Dia orang yang sombong sekali, aku jadi benci rasanya, apalagi saat ucapan salam ku diabaikan." Kata Susi menggerutu."Sudahlah, aku mau kalian berdua untuk akrab nanti. Ardi, aku belum memperkenalkan diri, kan? kenalkan, aku Nathan, Kaka tingkat yang akan mengawasi kamu dan juga Jessy, dia adalah teman aku dari kecil, namanya Susi Artia. Aku mau kalian bertiga berteman akrab nantinya, dan aku juga akan mengawasi kalian menggantikan Mr. Brown." Penjelasan yang singkat dari Nathan, dia akhirnya menunjukkan siapa dia yang sebenarnya kepada Ardi, walau
Laki-laki yang masuk ke tempat itu meningkatkan kewaspadaannya, dia berpikiran kalau Ardi dan Jessy adalah pencuri."Seharusnya saya yang bertanya Kamu siapa! Seenaknya saja langsung masuk rumah ini seperti pemiliknya sendiri". Kata Ardi memarahinya."Apa kamu Ardi?". Laki-laki itu menunjuk Ardi."Iya, siapa kamu! Apa yang mau kamu lakukan?". Tanya Ardi kembali.Laki-laki itu menghampiri Ardi, lalu memeluknya."Ternyata kamu calon saudaraku. Maaf kalau begitu, nanti aku jelaskan, tapi sekarang ada yang mau aku ambil di kamar, setelah itu berangkat lagi". Sebelum laki-laki itu menjauh, Jessy dengan cepat menarik tangannya."Kamu penipu ya?". Tanya Jessy."Jelas aja bukan, nanti kalian berdua tanya sama mama dan papa untuk lebih jelasnya, aku saat ini sibuk". Jawab laki-laki itu.Setelah mengatakan itu, Ardi dan Jessy mengikuti dia menuju ke
Ketika sudah berada di taman, Ardi dan Jessy duduk di sebuah bangku taman di bawah pohon yang cukup besar. Dengan ditemani semilir angin di bawah pohon, membuat suasananya menjadi sangat sempurna bagi Ardi untuk tidur di situ. Perlahan-lahan Ardi berbaring di bangku tersebut, dan menjadikan paha Jessy sebagai bantalnya. Rasa sejuk yang sangat cocok di tengah hari yang panas ini, membuat Ardi tida bisa menahan kantuknya, sehingga akhirnya dia tertidur untuk beberapa menit. Jessy yang tadi ingin mengatakan sesuatu jadi tertunda karena melihat Ardi yang sudah tertidur.Setelah beberapa menit, Ardi terbangun dari tidurnya karena tangan Jessy yang terus mengusap kepalanya. Walaupun terasa nikmat, tapi Ardi tetap terbangun karena usapan itu mengejutkannya.Jessy melihat Ardi sudah terbangun itu, langsung memencet hidungnya cukup lama."Jessy! Sudah! Aku enggak bisa nafas nih". Teriak Ardi."Aku bawa
Jessy merasa sangat ketakutan, selama ini, Jessy tidak pernah merasa takut yang berlebihan dalam setiap hal. Jika dia dikerumuni oleh orang yang ingin merampoknya, dia hanya tinggal berlari dan menyelamatkan diri, itu yang ada dipikirannya. Menurut Jessy, hal-hal yang cukup menakutkan bagi kebanyakan orang, baginya itu adalah hal yang dapat diselesaikan dengan mudah, jika kita menghilangkan rasa takut tersebut. Walaupun ketika ditodong seseorang menggunakan senjata api, dia tidak akan takut, Karena dia sudah pernah belajar dengan Ardi cara menghindari todongan senjata dengan cepat. Karena keberaniannya itu, Jessy dengan mudah mengalahkan ketiga anggota mafia yang saat itu sedang menghajar Nathan.Tapi kali ini Jessy mengerti. Dia paham seperti apa itu berada dalam keputusasaan disertai dengan rasa takut yang sangat besar. Dan mengingat hal itu, air matanya berjatuhan kembali.Dengan erat Ardi memeluk Jessy dari belakang, dia sangat m