Share

AWAL MULA BERTEMU DENGAN DYEN GO

Tidak ada keraguan di dalam hatinya, dengan penuh percaya diri ia melangkahkan kaki meninggalkan kerajaan, tanpa ia mengetahui apa yang akan terjadi di depan.

Disaat langkahnya sudah cukup jauh, kebingungan menghampiri dirinya, hendak kemana dia?. 

Ryu hanya bisa berjalan dan berjalan tanpa arah dan tujuan. Sampai ia merasa lelah dan memutuskan untuk beristirahat di gua yang berada di depan nya.

Kemudian duduk bersandar di mulut goa, ia membuka bekal makanan yang telah disiapkan. Baru saja beberapa suap, ia dikejutkan dengan suara aneh dari dalam gua.

Mula mula dia merasa takut untuk masuk ke gua yang gelap itu, tetapi karena bunyi yang ditimbulkan tak berhenti, justru yang semakin keras, membuatnya penasaran.

Dengan perasaan takut ia memberanikan diri masuk secara perlahan-lahan ke dalam gua tersebut.

"Hai anak muda, kemarilah" Ryu mendengar suara yang bergema dari dalam gua tersebut, seolah suara itu berada di atasnya.

Ryu terus berjalan dan melihat ke langit-langit gua.

"Siapa engkau, dimana engkau" ucap Ryu yang bingung dengan asal suara tersebut.

"Lihat di depanmu anak muda!"

Spontan Ryu Melihat ke arah depan.

"Siapa kau? Apa yang sedang kau lakukan?" 

"Apa kau bisa melihat ku"

"Kedua tanganmu di rantai emas"

"Sungguh kau bisa melihat"

"Jelas saja aku bisa melihatmu!, sedang apa kau disini?"

Sang siluman harimau atau Dyen Go merasa sangat bahagia, pasalnya sudah ratusan orang yang datang ke gua itu tidak ada satupun yang bisa melihat dan mendengar suaranya.

"Namamu siapa anak muda?" 

"Aku Ryu, paman siapa?"

"Dyen Go penguasa langit dan bumi, itu namaku" ucapnya dengan bangga.

"Kenapa paman ada disini?"

Ryu kemudian duduk sembari melihat Dyen Go yang berada di atas batu, dengan posisi kedua tangan yang di rantai, terdapat pedang emas menancap di batu itu.

"Pertanyaan-mu akan aku jawab jika kau bisa mencabut pedang emas di hadapanku ini" 

Dengan sangat bahagia, Dyen Go berusaha membujuk Ryu untuk mencabut pedang emas itu, supaya terbebas dari kurungan penjara mantra dewa langit Buo Si.

"Aku bisa mencabutnya, itu hal yang mudah, tapi paman harus jadi guruku?"

"Baiklah, aku akan menjadi gurumu, cepat cabut pedang sialan ini"

Tanpa Ryu sadari itu adalah tipu muslihat dari sang siluman harimau, dengan segera ia menghampiri pedang itu.

Ryu mulai memegang pedang dan mencabut dengan sekuat tenaganya, tapi pedang itu tidak tercabut.

"Guru, pedang ini sangat berat sekali!"

"Ayo lakukan sekali lagi, gunakan cakramu" 

Ryu terdiam dan berusaha mencabut kembali.

"Haii, gunakan Cakra untuk mencabut pedang ini" ucap Dyen Go kembali.

Ryu terus saja Berusaha mencabut pedang itu lagi dan lagi tetapi tidak berhasil.

"Gunakan cakra-mu, jangan buang buang tenaga" ucap Dyen Go yang kesal melihat Ryu.

"Maaf guru, aku tidak memiliki Cakra"

"Haah!, bagaimana mungkin kamu tidak memiliki Cakra, pedang ini mustahil dicabut jika kau tidak menggunakan Cakra"

Lalu Dyen Go menggunakan separuh tenaga nya untuk melihat Cakra di tubuh Ryu.

Ia melihat aliran Cakra di tubuh Ryu rusak, energi di tubuhnya juga rusak. 

Karena Dyen Go ingin bebas dari kurungan dewa langit Buo Si dan hanya Ryu satu satunya yang bisa melihat dirinya. Dengan terpaksa ia membantu Ryu membangkitkan cakra-nya.

"Sudah berhenti! Jangan kau cabut lagi dan lagi, itu mustahil!" Ucap Dyen Go yang melihat Ryu terus berusaha mencabut pedang itu.

"Aku pasti bisa guru" jawab Ryu dengan penuh semangat.

"Itu mustahil!, Aku ajarkan kepadamu membangkitkan Cakra dari tubuhmu" ucap Dyen Go.

Ryu teringat sayembara yang dulu pernah diadakan untuk membangkitkan cakra-nya.

"Apa guru bisa?, sudah ratusan orang yang mencoba dan itu tidak berhasil!" 

"Apa kekuatan ku sama dengan mereka?"

"Kalau guru memang kuat, kenapa tidak cabut pedang itu sendiri"

Dengan bingung Dyen Go menjawab.

"Pedang ini ujian pertama jika kau ingin menjadi muridku" 

"Jadi begitu, baiklah aku pasti bisa"

Ryu berusaha mencabut kembali.

"Sudah cukup! Itu mustahil! Bangkitkan cakra-mu terlebih dahulu"

"Sekarang aku harus bagaimana guru?"

"Lakukan pernafasan untuk memperbaiki energi di tubuhmu!"

Mendengar perintah gurunya, dengan segera Ryu duduk bersila kemudian melakukan pernafasan.

"Bukan begitu! Tarik nafas dari hidung sampai tidak ada oksigen yang bisa kau tarik, lalu keluarkan dari mulut perlahan" ucap Dyen Go keras dari tempat ia di rantai.

"Baik guru"

Dengan penuh semangat Ryu mengikuti gurunya, tetapi selalu salah dan salah, tidak sesuai dengan yang diinginkan Dyen Go.

"Salah, salah, salah"

"Bagaimana guru, kenapa selalu salah" 

Karena sudah muak, Dyen Go mempraktekkan pernapasan itu.

Awal mula sama saja, Ryu selalu salah dan salah, tetapi dengan seiring berjalannya waktu, akhirnya pernapasan Ryu sesuai dengan yang diharapkan Dyen Go. 

**********

5 jam sudah berlalu.

"Sampai kapan aku harus begini guru" ucap Ryu yang merasa sudah melakukan hal itu cukup lama.

"Jangan berhenti, ulangi dari awal, jangan pernah berhenti sebelum aku bilang berhenti" jawan Dyen Go dengan nada keras.

Dengan segera Ryu melanjutkan kembali.

Ryu mulai bosan, karena pernafasan yang ia lakukan hanya itu itu saja.

"Apa sudah selesai!" Ucapnya.

"Jangan berhenti, siapa yang menyuruhmu berhenti, sekali lagi kau berhenti, tak akan aku menjadi gurumu" ucap Dyen Go yang kesal.

Ryu yang mendengar ancaman itu memutuskan untuk tidak berbicara atau berhenti sampai sang guru yang menyuruhnya.

Tak terasa sudah satu hari Ryu melakukan pernafasan, ia terus saja melakukan pernafasan sampai hari ketiga. Dyen Go mulai melihat energi berwarna kuning emas menyelimuti tubuh Ryu.

Dyen Go merasa heran, harusnya energi itu berwarna merah, karena tingkatan pertama atau Cakra Sin. Kemudian Ia teringat sesuatu!, saat melakukan pertarungan dengan dewa langit dan seluruh kerajaan bumi. Ia menyadari salah satu raja bumi memiliki energi berwarna emas, yang kala itu kekuatan nya sangat merepotkan untuk dirinya.

Terbesit di pikiran Dyen Go, saat ia terbebas dari gua sialan ini langsung membunuh Ryu.

Sampai pada hari keempat, tubuh Ryu semakin dipenuhi dengan energi berwarna emas, sampai sampai Dyen Go yang berada di depannya tidak bisa melihat tubuh Ryu.

"Hai anak muda, berhenti" ucap Dyen Go.

Ryu yang mendengar langsung membuka matanya, energi emas itu berangsur angsur menghilang. 

Saat Ryu membuka mata, tanpa ia sadari, matanya mengeluarkan energi berwarna merah yang membara mengelilingi kelopak kedua matanya.

Dyen Go yang melihat mata Ryu langsung buta beberapa menit.

"Tubuhku menjadi lebih ringan guru! Apa selanjutnya guru?" Ucap Ryu.

"Coba kau cabut pedang ini dengan cakra-mu" 

"Bagaimana cara mengeluarkan cakra-nya guru? Apa aku sudah punya Cakra?" 

"Pusatkan pikiranmu ke dalam dada, kemudian alirkan ke seluruh tubuh!"

Ryu memegang pedang itu kembali dan mencabutnya kembali, tetapi lagi lagi ia tidak bisa mencabut pedang itu.

"Pusatkan pikiranmu" ucap Dyen Go.

Ryu diam sesaat untuk memusatkan pikirannya lalu mencoba mencabut kembali, tetapi lagi lagi ia gagal.

Dyen Go sangat kesal dengan Ryu yang tak bisa mengeluarkan cakra.

Dyen Go yang melihat Ryu pantang menyerah menjadi penasaran, kemudian ia menggunakan kekuatannya untuk melihat batas Cakra di tubuh Ryu.

Betapa terkejutnya dia, Cakra Ryu memang belum terbuka. Hal itu mustahil menurut nya, pasalnya tubuh Ryu sudah mengeluarkan energi saat pernafasan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status