"Akhhhhhhhh!"
Teriakan seorang Perempuan menggema di sebuah kamar hotel mewah. Dengan nafas tersengal, membuat dada si Perempuan naik turun dan seketika selimut yang menutupi tubuh polosnya melorot dan kembali teriakan itu memenuhi kamar President Suite yang kini terasa asing baginya. Tak cukup sampai disini, dirinya dibuat terkejut manakala sosok yang begitu Ia kenal namun tak ada dalam pikirannya bahwa kini saat Ia terbangun dan berada diatas ranjang mewah kamar hotel dengan tubuh polos dan hanya dibalut okeh selimut putih tebal kini menatap nyalang pada Pria yang ada dihadapannya tampak baru selesai mandi dengan hanya menggunakan selembar handuk yang menutupi bagian pusatlr hingga lutut Sang Pria. "Kamu sudah bangun?" Tatapan dingin dengan suara setenang air dalam telaga, Ia berjalan mendekati Perempuan yang kini masih bingunh drngan situasi yang terjadi. "Om Bima! Apa yang Om lakukan padaku!" Sambil mengernyitkan dahi dan langkah pelan mendekati Sang Gadis yang kini menjaga jarak waspada dan tatapan setajam silet menusuk netra tajam Bima. "Seharusnya, Aku yang bertanya kepadamu? Apa yang semalam Kamu lakukan dengan Alex?" Bima, Pria yang masih menggunakan handuk sebatas lutut kini menunduk mendekati Laras, Perempuan yang seharusnya menjadi Calon Menantunya. Laras sejenak teringat apa yang terjadi kemarin. "Brengsek!" Laras memukul sisi ranjang, amarahnya kembali membuncah saat kembali mengingat kejadian kemarin yang membuat dunianya terbalik. Alex. Laki-laki yang menjalin kasih dengannya selama dua tahun, kemarin Laras berniat untuk memberikan kejutan anniversary Mereka yang kedua namun justru Laras yang mendaoat kejutan dari Alex dan Bella. "Sudah ingat?" Tatapan Bima masih menyorot tajam. "Om sama anak Om itu, Laki-laki paling brengsek yang pernah Aku temui!" Laras memalingkan wajahnya. Entah apa yang saat ini ada dalam pikiran Laras. Otak laras tak bisa berpikir jernih. Mendapati dirinya terbangun hanya dengan selembar selimut yang menutupi tubuh polosnya dengan hanya berdua dengan Bima, Pria yang merupakan Ayah dari Alex sudah membuat Laras pusing tujuh keliling. Tok! Tok! Tok! Tanpa pamit, Bima segera kekuar kamar, membukakan pintu untuk seseorang yang sudah datang. "Terima kasih." "Tuan, apakah Tuan butuh bantuan lagi?" "Oh iya, Anita, tolong Kamu berikan ini kepada Laras di kamar. Dia baru saja bangun. Dan tolong pastikan Dia segera bersiap." "Baik Tuan, Saya permisi melihat Nona Laras. Oh ya Tuan, Saya juga sudah mencari keberadaan Alex dan ini info yang Saya terima." Asisten Bima yang bernama Anita memberikan sebuah tablet kepada Bima dan Bima tampak menghela nafas berat. Raut wajahnya menegang dan terlihat amarah tertahan dari wajah tampan meski usianya sudah tak lagi muda. "Nona Laras silahkan Nona pakai ini, dan segera bersiap karena Tuan Bima menunggu Nona." Laras menatap selidik pada Anita, "Apa semalam Kamu tahu apa yang terjadi?" "Jelas Saya tahu Nona. Nona mabuk di Club dan Tuan Bima membawa Nona ke Hotel." "Jadi maksud Kamu, Om Bima sengaja bawa Aku kesini dan Dia sudah melecehkan Aku!" "Nona salah paham. Semalam Nona mabuk berat dan muntah. Saya awalnya datang membawa baju namun tidak muat, karena tubuh Nona lebih berisi dari Saya karena sudah malam, Saya terpaksa membungkus Nona hanya dengan selimut tebal saja." Laras tak tahu lagi harus berkata apa, Ia masih belum sepenuhnya percaya dengan kata-kata Perempuan berkacamata di hadapannya. Laras meraih goody bag yang diberikan Anita dan membawanya ke kamar mandi. "Tapi gak ada noda darah dan Aku gak merasa sakit diarea kewanitaanku." Laras bukan perempuan yang polos-polos amat. Meski Ia sangat menjaga pergaulannya. Walau dua tahun Ia berpacaran dengan Alex, Laras tak pernah mau memberikan hal paling berharga miliknya, baginya keperawanan adalah harga mati dan hanya akan Laras persembahkan pada Pria yang kelak akan menjadi Suaminya. Dulu, sebelum kejadian semalam, Laras berharap hubungannya dengan Alex bisa berjalan hingga ke pelaminan. Namun apa yang Laras saksikan semalam sudah cukup membuatnya sakit dan keoutisan Laras adalah SELESAI! "Tuan, Nona Laras sedang mandi, kalau begitu Saya pamit." "Ya, terima kasih Anita, oh ya sampaikan pada Rangga, wakili saja untuk rapat pagi ini." "Baik Tuan, Kalau begitu Saya permisi." Sepeninggal Asistennya, Bima kembali menatap foto dan bukti-bukti yang diberikan Anita terkait Putranya, Alex. "Alex! Kamu benar-benar buat Papa pusing!" Bima meletakkan tablet dan memijat pangkal hidungnya sambil memejamkan mata. Laras selesai mandi dan memakai pakaian pemberian Bima. "Bagaimanapun, Om Bima harus tanggung jawab! Alex, Lu pikir bisa ngancurin Gue! OH NO! Ga ada lagi Laras tang lemah dan mengalah Lex! Tega-teganya Lu selingkuh sama Bella! Bella Lu juga, sahabat macam apa tega ngangkang sama pacar sahabatnya!" Laras memukul cermin di kamar mandi yang kini Ia jadikan pelampiasan amarahnya. "Kamu sudah rapi, mau sarapan apa dan dimana? Setelah ini, Saya akan antar Kamu pulang." "Terserah Om!" Bima tak mau ambil pusing, baginya selama ini perusahaan dan Alex sudah memenuhi seluruh isi kepala dan hidupnya. Laras memakan makanan yang Ia pesan di Restoran hotel dengan lahap. Bima menatap dengan seksama, "Kenapa Dia seperti gak makan seminggu?" Sadar ditatap oleh Bima Laras memicingkan matanya, "Om kenapa? Mau mesum ya?" Tuduh Laras sambil kembali menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Meski kesal, marah dan campur aduk namun perut lapar tak bisa diajak kompromi dan makanan menjadi pelampiasan Laras saat ini. "Kamu laper banget ya? Mau tambah?" "Maksud Om apa? Aku rakus begitu?" Bima menggeleng, "Ya enggak begitu Laras, Saya hanya bertanya, kalau Kamu tidak mau ya tidak apa-apa. Gak usah emosi." "Sepertinya berurusan dengan Om dan Anak Om membuat Saya gak bisa nahan emosi!" "Memang ada apa dengan Kamu dan Alex? Kenapa Kamu semalam mabuk-mabukkan di Club?" "Anak Om, Alex semalam tidur dengan sahabat Saya Bella di Apartemennya! Om tanya kenapa Saya mabuk-mabukan? Seharusnya Saya yang tanya sama Om, kenapa Om bawa Saya ke hotel dan Lepasin baju Saya!" Laras meletakkan sendok dan garpunya di sisi piring dengan keras. "Kamu malah membuat semua orang disini menatap kearah Kita. Ayo, sebaiknya Saya antar Kamu pulang!" Tentu saja Bima tak mau membuat semua orang di Restoran salah paham akan apa yang saat ini Mereka lihat. "Enggak! Biar aja! Biar semua orang tahu, kalo Om dan Anak Om itu sudah bikin Saya hancur!" Teriak Laras seketika memancing kemarahan Bima. "Sepertinya Kamu memang gak bisa diajak bicara baik-baik!" Bima tak butuh waktu lama, segera melangkah ke sisi Laras dan kini menggendong Laras bagai karung beras di bahunya. "Maaf, Istri Saya sedang tidak sehat!" Saat melewati beberapa orang yang menatap kearah Mereka Bima harus memastikan agar Laras tak kembali berulah.25 Tahun Kemudian"Sayang, Kamu kok melamun sendirian disini?" Revano berjalan menuju balkon kamsr Merek, mendapati Sandra sedang menatap arra taman belakang sambil menyilang tangan dan tatapan teduh menikmati udara sore."Mas, Kaget Aku. Kapan pulang Mas?" Sandra merentangkan kedua tangannya, Revano dengan segera membawa Sandra dalam dekapan hangatnya.Bagi Sandra pelukan Suaminya adalah tempat ternyaman. Revano adalah rumah sekaligus pelipur lara dan temoat berbagi semua perasaan."Masih kaget aja lihat ketampanan Suaminya. Oh iya Sayang, Lusa ikut Mas yuk."Sandra masih betah menghirup aroma yang sejak dulu selalu membius dan memberikan ketenangan."Ada acara apa Mas?" Sandra melepaskan pelukannya namun Revano yang masih betah, hanya memutar tubuh Istrinya, kembali memeluk dari belakang."Mitra kerja Kita ada yang mengundang, Mereka mau merayakan ulang tahun pernikahan. Datang ya temani Mas. Gak enak kalau Mas gak datang.""Iya. Aku selalu temani Mas, kapan Aku pernah gak nemenin?"
Seminggu sudah sejak kepulangan Sandra dari Rumah Sakit. Melahirkan dua bayi kembar laki-laki. Paras keduanya masih bayi saja sudah tampan rupawan.Mereka plek ketiplek mewarisi gen Revano. Dengan bangga Revano bahkan memperkenalkan kedua anak Mereka dihadapan para undangan yang datang keacara Aqiqah kedua Putra Kembarnya.Acara aqiqah untuk Putra Kembar Sandra dan Revano berlangsung megah di salah satu ballroom hotel berbintang lima di Jakarta. Dekorasi bernuansa putih dan emas menghiasi ruangan, menciptakan suasana hangat dan khidmat sekaligus elegan. Sandra tampil anggun dalam balutan kebaya modern berwarna pastel, sementara Revano mengenakan setelan jas hitam rapi yang menambah kesan berkelas.Kerabat dekat dan relasi bisnis pasangan itu hadir dengan penuh antusiasme, membawa berbagai doa dan hadiah untuk Baby Rey dan Baby Rein yang baru berusia beberapa bulan. Suara tawa dan percakapan hangat memenuhi ruangan, sesekali terdengar suara bayi yang lucu dari kedua buah hati yang teng
Sandra terbangun dengan rasa aneh di kakinya yang basah oleh air. Pagi itu udara masih dingin, tapi tubuhnya mendadak hangat oleh gelisah yang sulit diungkapkan. Opa Narendra yang sudah tua namun sigap langsung tahu apa yang terjadi. "Sandra, ini ketubanmu pecah. Kita harus segera ke rumah sakit," ucapnya dengan suara berat tapi penuh perhatian.Sandra menatap Revano yang terlihat panik, wajahnya berubah seketika dari tenang menjadi cemas. Revano menggenggam tangan Sandra erat-erat, mencoba menahan rasa takut yang menguasainya. "Sayang, bertahan ya," bisiknya dengan suara bergetar, mencoba memberikan kekuatan meski hatinya sendiri tak kalah gentar. Sandra menghela napas dalam, mencoba menenangkan diri di tengah rasa sakit yang mulai merayap. Ia tahu, waktu mereka sekarang sangat berharga.Sandra terbaring lemah di ruang persalinan, wajahnya yang biasanya cerah kini tampak pucat dan penuh kecemasan. Air ketubannya sudah mulai keruh, pertanda bahaya yang mengancam dirinya dan kedua buah
"Papa sama Mama mau balik?" Suasana meja makan dirumah Bima saat menikmati sarapan."Iya Bim, Papa ada urusan di kantor." Papa Rasyid meneguk kopinya setelah menjelaskan alasan keduanya buru-buru pulang."Mama juga?" Laras kali ini menatap wajah Mama Lana yang sedang menikmati Teh Melati."Iya Sayang, Mama ada janji sama temen Mama. Gapapa ya, nanti Mama main lagi kesini. Nginap lagi. Atau Kalian yang menginap di rumah Kami.""Iya Ma, Bima dan Laras akan sering-sering mengunjungi Mama. Iya kan Sayang?" Wajah Bima berseri, mengambil jemari Laras menggenggamnya Mesra.Hati orang tua mana yang tak bahagia melihat rumah tangga anak Mereka rukun dan harmonis."Oh ya Bim, Nanti Kalian juga sudah Mama jadwalkan soal Prewed. Pokoknya Kalian tahu beres deh!" Mama Lana memang seantusias itu mempersiapkan Resepsi Laras."Iya Ma. Mama kan udah kasih tahu Kita." Laras yang menjawab."Mama itu bukannya bawel Ras, tapi Mama ngerti Bima itu sibuk makanya Mama mengingatkan."Bima tersenyum, sepertinya
"Rania? Kamu pulang sama Siapa?"Bunda Rita melangkah sambil tersenyum ramah, menyambut Rania dan Raka."Malam Tante, Saya Raka." Raka meraih tangan Bunda Rita memberi salam."Ayo masuk Nak Raka, Rania kok ada Tamu dibiarin aja." Rania ternganga, kenapa Bundanya jadi ramah banget.Tak mau repot memikirkan apa yang selanjutnya terjadi, Rania pun masuk dan kembali dibuat terkejut."Makasi Nak Raka sudah repot antar Rania, Ran, buatkan minum untuk Nak Raka." "Pak Raka mau langsung pulang Bun.""Kenapa juga mesti Gue bikinin minum nih orang! Ini lagi Bunda, malah disuruh mampir, masuk ke dalem.""Loh kok gitu Ran! Gak boleh Jutek begitu Sayang, Nak Raka memang buru-buru?"Tatapan Rania sudah ingin makan orang. Ini lagi Si Kulkas kenapa mode ramah sama Ibu-Ibu. Jangan-Jangan selera Si Kulkas yang STW begini. Rania memang suka ngawur jalan berpikirnya."Tidak kok Tante. Tante maaf tadi Saya ajak Rania dulu ke Bengkel. Mobil Saya dan Rania sekarang ada dibengkel dulu. Jadi Saya anter Rania
"Rania? Kamu pulang sama Siapa?"Bunda Rita melangkah sambil tersenyum ramah, menyambut Rania dan Raka."Malam Tante, Saya Raka." Raka meraih tangan Bunda Rita memberi salam."Ayo masuk Nak Raka, Rania kok ada Tamu dibiarin aja."Rania ternganga, kenapa Bundanya jadi ramah banget.Tak mau repot memikirkan apa yang selanjutnya terjadi, Rania pun masuk dan kembali dibuat terkejut."Makasi Nak Raka sudah repot antar Rania, Ran, buatkan minum untuk Nak Raka.""Pak Raka mau langsung pulang Bun.""Kenapa juga mesti Gue bikinin minum nih orang! Ini lagi Bunda, malah disuruh mampir, masuk ke dalem.""Loh kok gitu Ran! Gak boleh Jutek begitu Sayang, Nak Raka memang buru-buru?"Tatapan Rania sudah ingin makan orang. Ini lagi Si Kulkas kenapa mode ramah sama Ibu-Ibu. Jangan-Jangan selera Si Kulkas yang STW begini. Rania memang suka ngawur jalan berpikirnya."Tidak kok Tante. Tante maaf tadi Saya ajak Rania dulu ke Bengkel. Mobil Saya dan Rania sekarang ada dibengkel dulu. Jadi Saya anter Rania p