Share

BAB 14 Permainan kita mulai, Ayah.

"Kenapa aku perhatikan kamu murung terus?" tegur Lusi.

"Biasa, Lus, masalah keluarga," kataku malas kusandarkan kepalaku di meja.

"Seserius itu, Al? Semoga yang aku lihat kemarin itu tidak seperti yang aku pikirkan. Enggak biasanya loh kamu begini?"

"1000 rius yang kamu pikirkan itu benar." Lusi membenarkan kacamatanya dan mengamatiku.

"Ayahmu?" Keluargamu?" tebaknya. Aku menganggukkan kepala.

"Aku tidak tahu harus berbuat apa, Lus. Lebih dari itu." Lusi tengok kanan kiri mengamati situasi kelas.

"Ayahmu selain itu ...."

"Semuanya. Ayah juga tentang Nyokap. Aku juga bingung mau mulai dari mana dulu," kataku hampir putus asa.

" Ssstt ... seberat itu, ya? Maaf aku tidak bisa ikut campur lebih dalam takut salah. Saranku banyak berdoa berserah diri pada Allah. Alya, kamu pasti bisa. Mulai dari sini perbaiki hubungan kita dengan sang pencipta nanti masalahmu akan selesai," saran Lusi dia menunjuk hatiku.

"Kamu benar, Lus, selama ini aku hanya mengeluh dan mengeluh aku akan ikuti saranmu.
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status