Share

6. Mobil Offroad Hitam

Ayo Dayu, sedikit lagi!” kata De Arya melenyapkan lamunan Dayu. 

Gadis itu menatap pria yang berjalan di depannya. Namun, bayangan matahari yang sebentar lagi terbenam itu menyilaukan matanya. Ia tak dapat melihat wajah pria itu. 

Sesampainya di atas batu yang paling atas, De Arya membantu gadis itu berdiri, dan mereka berdua menatap matahari yang sedang terbenam. 

Lalu mereka berdua duduk diatas batu itu. 

"Entah mengapa, setiap kali aku berada disini, aku merasa seperti sudah berdiri disini lama sekali…

Dan setiap kali aku duduk disini, aku merasa kesepian, aku seperti menunggu seseorang yang tidak kunjung datang… " ucap perwira muda itu memecahkan keheningan diantara mereka.

"Apa kamu sedang berusaha merayuku?" sahut Dayu sambil melirik ke arah pria di sampingnya. 

"Tidak, bukan begitu, aku serius! aku bahkan sering bermimpi sedang berdiri disini… "

"Mimpi?" Dayu mengernyitkan alisnya.

"Iya, kembang tidur yang aneh-aneh, terkadang aku bermimpi sedang berdiri disini, terkadang aku bermimpi pergi berperang dengan menaiki kuda, he.. he… mungkin aku terlalu banyak nonton film," ujar polisi itu  sambil terkekeh kekeh. 

"Tidak semua mimpi itu bunga tidur, aku yakin beberapa diantaranya adalah sebuah isyarat," 

ucap Dayu sambil menatap pemuda itu.

Lalu pria itu beringsut, dan menghadapkan badannya ke arah gadis itu. 

“Katakan padaku, mimpi seperti apa yang merupakan sebuah isyarat?” tanyanya sambil mencondongkan badannya ke arah Dayu. Matanya tak bisa berpaling dari wajah gadis cantik itu.

“Aku…aku tidak bisa bilang sekarang, mungkin suatu hari aku akan memberitahumu,” jawab gadis itu gugup.

"Dayu, apakah kita bisa lebih sering bertemu? Aku ingin tahu lebih banyak tentangmu… " 

Mendengar pertanyaan yang seperti ajakan kencan itu. Dayu hanya tertunduk. Lalu ia berkata;

"Aku bisa berteman dengan kamu, tapi tidak bisa lebih dari itu... " ucapnya dengan sangat hati-hati. 

"Mengapa? apakah karena aku orang biasa?" tanya pemuda itu dengan tenang. 

"Bukan itu, aku… aku tidak ingin berkencan dengan aparat, hidup kalian seperti selalu dalam bahaya, aku tidak nyaman dengan itu… " jawab Dayu.. 

Mendapat penolakan yang tiba-tiba, De Arya tidak mau kehilangan harga dirinya. 

"Ha..ha.. kamu terlalu serius!, aku tidak bermaksud mengajak berkencan, tapi ingin menjadikanmu teman untuk bertukar pikiran he…he, " ujar polisi itu cekikan.

Mendengar gurauan itu, seketika muka Dayu memerah. Untuk menutupi rasa malunya ia berkata;

"Oh begitu ya? Maaf, tadinya aku kira kamu ingin mengajakku berpacaran. 

Ya, maklumlah, belakangan ini memang ada beberapa pria yang mendekatiku. Jadi…, maaf ya, kalau aku menjadi terlalu percaya diri… " kata gadis itu santai. 

"Iya wajarlah, kamu cantik, memiliki karir yang bagus, sudah cukup umur tapi belum menikah, pasti banyak pria yang mau melamar," ucap De Arya pelan. 

Pria itu menundukkan kepalanya, ia berusaha menyembunyikan rasa kecewa yang melandanya. 

Setelah diam sejenak, ia mengamati para pengunjung yang sedang menikmati suasana tempat itu. 

"Eh, bagaimana kalau kita berfoto disini?  anggap saja sebagai kenang- kenangan?" pinta De Arya. 

"Aku rasa sih tidak perlu, tapi kalau kamu mau, pakai saja hape kamu! " ucap Dayu sambil melengos. 

"Oke nggak masalah!" polisi itu mengeluarkan ponsel dengan teknologi tercanggih pada waktu itu. Lalu ia meminta seorang turis untuk mengambil foto mereka berdua. 

Setelah selesai, De Arya membimbing gadis itu untuk menuruni bebatuan itu dan kemudian menemui Gek Trisha. 

"Ih, kalian tega ya, aku ditinggal sendiri disini," rajuk gadis itu.

"Kami cuma melihat matahari terbenam saja kok," ujar De Arya. 

"Iya, pemandangannya bagus sekali, sayang kamu sibuk sama tunangan kamu," sahut Dayu. 

"Oh ya, boleh nggak aku minta selfie bertiga? tunanganku agak cemburuan, dia minta bukti kalau aku bertiga sama kalian… " pinta Gek Trisha. 

"Boleh, ayolah!" jawab De Arya semangat. 

Dan mereka bertiga sibuk membuat potret diri mereka dengan berbagai macam gaya. Lalu mereka saling membagikan foto foto itu melalui saluran chatting. 

Hari menjelang malam, Dayu dan Gek Trisha pamit untuk pulang. De Arya mengantar mereka sampai tempat parkir dan melambaikan tangannya. 

Dayu mengendarai mobilnya menuruni bukit dipinggir pantai itu. Mobil itu melalui jalan kecil diantara hutan jati. Di kejauhan, tampak lampu kelap kelip dari rumah-rumah penduduk. 

Sesekali Dayu melihat ke belakang melalui kaca tengah mobilnya. 

Ia melihat ada sebuah mobil offroad hitam sedang mengikutinya. Awalnya Dayu bersikap santai, namun setelah sampai di pedesaan, ia mulai penasaran. Mobil itu tetap berada di belakangnya. 

Baru setelah ia memasuki halaman parkir Puri Ngawetan, mobil itu menghilang. Gadis itu bernafas lega. 

"Kamu yakin mobil itu tidak akan mengikuti kamu?" tanya Gek Trisha. 

"Yakin, mungkin tadi dia cuma penasaran, setelah tahu bahwa yang naik mobil ini adalah Putri dari Kerajaan Ngawetan, siapa berani macam-macam?" ujar Dayu sambil tersenyum. 

"Kita kan tidak tau siapa yang dia ikuti, aku atau kamu? bagaimana kalau aku minta Gung Yoga untuk mengantarmu pulang?"

"Nggak ah! sepupumu itu lebih seram daripada siapapun. Aku pulang sendiri saja! sudah ya aku pergi dulu!"

Gadis itu memasuki mobilnya dan segera mengendalikannya keluar dari gapura istana kecil itu. Setelah mini cooper milik dosen itu 

menghilang, seorang penjaga segera menutup gerbang kembali. 

Mobil kecil itu meluncur perlahan menyusuri jalanan desa. Jam menunjukkan pukul 9 malam, namun jalanan di bukit selatan memang sudah sangat sepi. 

Dayu terkejut ketika ia mendapati mobil offroad hitam itu sudah berada di belakangnya lagi. 

Ia menjadi merasa was-was, ini sebuah kebetulan atau mereka sengaja mengikutinya? 

Karena cemas, gadis itu membawa laju mobilnya ke arah desa yang lebih ramai. Dan ia menjadi lebih takut ketika ternyata, mobil itu juga mengambil arah yang sama dengannya.

Pikiran gadis itu berkecamuk, siapakah mereka? apa maunya? apakah mereka ingin melakukan hal jahat? perasaan khawatir yang berlebihan mulai menggerogoti gadis itu. 

Merasa bahwa dirinya dalam bahaya, akhirnya Dayu memutuskan untuk berhenti di sebuah minimarket 24 jam dan segera masuk untuk berpura pura belanja. Dari balik kaca ia mengamati, ternyata mobil itu juga berhenti tak jauh dari tempat itu. 

"Gawat! rupanya mobil itu benar benar mengikutiku, apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus telpon polisi?" gumamnya

Setelah bimbang dan ragu sejenak, akhirnya gadis itu memutuskan menghubungi De Arya, seorang polisi yang baru saja ia kenal. 

"Ada apa? " Suara De Arya dari kejauhan. 

"Aku diikuti orang, aku sudah putar arah beberapa kali, tapi orang itu tetap mengikuti aku, aku harus bagaimana?" ucap gadis itu dengan nada sangat cemas. 

"Kirim lokasimu sekarang, dan tunggu aku disana!" perintah sang perwira polisi. 

Gadis itu menjalankan apa yang diperintahkan kepadanya, ia mengirimkan lokasinya dan tetap berdiam di dalam bangunan toko swalayan itu. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status