Share

7. Antar Aku Pulang

De Arya yang mendapatkan panggilan mendesak dari Dayu, segera memutar arah mobilnya, untuk menemukan gadis itu.

Tak lama kemudian, ia sampai pada minimarket yang dituju. Setelah keluar dari mobil, De Arya segera menuju ke dalam minimarket dan mencari Dayu yang bersembunyi di balik rak. 

"Yang mana mobilnya?"

"Mobil offroad berwarna hitam di seberang jalan," jawab Dayu dengan sedikit berbisik. 

De Arya berpura-pura melihat barang yang di dekat kaca, lalu melihat ke arah seberang jalan. 

Dan benar saja, mobil yang dimaksud gadis itu masih berada disana. Polisi itu melihat ada beberapa pria didalam mobil itu.

Lalu ia kembali ke balik rak dan berbisik kepada gadis itu. 

"Ada sekitar 4 orang didalam mobil itu. Ini berbahaya, begini saja, ayo kita ke hotel King Lotus, tinggalkan mobilmu disana, lalu aku akan mengantarmu pulang. Ini satu-satunya cara aman supaya mereka tidak tahu dimana kamu tinggal." 

Mendengar usul itu, Dayu mengernyitkan alisnya. Kemudian ia menyilangkan tangannya dan berkata;

"Bilang saja kamu mau tau dimana aku tinggal! jangan- jangan, mereka orang suruhanmu?" tanyanya dengan penuh curiga. 

Mendengar pernyataan gadis itu, polisi muda itu tercengang. Ia tak menyangka bahwa gadis yang ia coba selamatkan malah justru mencurigainya. 

" Apa? Ya Tuhan! Dewa Ratu! bisa-bisanya kamu berpikir begitu?" 

"Ya...semua ini aneh saja bagiku. Mobil itu mengikutiku sejak aku keluar dari Cafe Tebing," ucap Dayu dengan nada skeptis. 

"Memangnya ada tindak kriminal yang terdengar wajar? semua itu aneh dan tidak terduga! Ah sudahlah...kalau kamu tidak percaya padaku, pulang saja sendiri!"

De Arya  beranjak meninggalkan Dayu, namun gadis itu menahan lengannya dengan kedua tangannya.

"Eh tunggu! aku takut… maaf ya!” ucapnya menghiba. 

Dayu melepaskan pegangannya dari lengan polisi tampan itu. Lalu ia berkata kembali;

“Baiklah, aku setuju dengan rencanamu. Tapi… memangnya aman kalau mobil ditinggal di hotel itu?" 

Melihat raut wajah gadis yang ketakutan itu, De Arya tersenyum.

"Aman lah, tenang saja, aku yang atur!" jawab polisi itu meyakinkannya.

Merasa tidak ada pilihan, gadis itu mengangguk. Lalu, mereka berdua pun keluar dari supermarket, dan masuk mobilnya masing-masing.  

De Arya yang berkendara di depan, sesekali menengok ke kaca spion. Ternyata mobil offroad itu kembali mengikuti mereka. 

"Bajingan tengik!  lihat kalau sudah waktunya nanti, kuhabisi kau!" dengus perwira polisi itu. 

Sementara Dayu yang berkendara di belakang, mengikuti mobil De Arya dengan cemas. Sesekali ia melempar pandangannya ke arah spion tengah dan berusaha melihat wajah penguntitnya. Namun ia tidak mengenali wajah supir itu. 

Tak lama kemudian, kedua mobil itu telah tiba di sebuah pintu masuk sebuah hotel mewah berbintang 5, Hotel King Lotus. 

Melihat mobil yang sangat familiar, seorang security segera berdiri memberi hormat. 

De Arya membuka jendela mobil dan meminta security itu mendekat dengan gerakan tangannya.

"Kamu lihat mobil mini cooper yang di belakangku? Aku akan meninggalkannya disini, tolong awasi baik baik ya!"

"Siap pak!" 

"Setelah mobil di belakang masuk, jika ada mobil offroad hitam, dengan 4 orang pria ingin masuk, minta semua identitas mereka semua!"

"Siap pak!"

Security itu bergegas membukakan portal supaya kedua mobil itu bisa masuk dan segera menutupnya kembali. 

Tak lama kemudian, terlihat mobil mercy yang dikendarai De Arya, keluar lagi dari gerbang tersebut. 

Dayu yang duduk berdampingan dengan polisi tampan itu masih merasa khawatir, sesekali ia menengok ke belakang. 

"Tenang saja, sepertinya mereka sudah menyerah. Mereka sudah tahu kalau gadis yang mereka incar sudah ada yang punya," ujar pria itu tersenyum, sambil mengendalikan laju mobilnya. 

"Maksud kamu? sudah ada yang punya bagaimana?"

"Maksudku, kamu tidak sendirian lagi, jadi niat mereka untuk mengganggumu sudah buyar,  apakah penjelasanku cukup?"

"Iya sudah cukup.” jawab Dayu singkat. 

Sesaat keduanya terdiam. Kedua insan itu sibuk dengan perasaan dan pikiran masing -masing. 

Dayu sebenarnya mulai menyukai pria yang ada disebelahnya, namun, mendapati kenyataan bahwa ia adalah seorang aparat, gadis itu meredam perasaannya.

Ia tidak ingin mencintai orang yang setiap saat dapat berpindah kota, setiap saat harus dapat mengorbankan hidupnya bagi negara atau orang lain. 

Dayu hanyalah wanita biasa yang hatinya tidak terlalu besar untuk dapat mencintai seorang pahlawan. 

Begitu pula dengan De Arya, ia sudah jatuh cinta pada pandangan pertama pada gadis itu. Namun wanita ini telah terang terangan tidak menerima profesinya. 

Jadi, ia hanya bisa menjadikan momen yang ia miliki bersamanya sebagai selingan indah saja. 

"Besok kamu minta dijemput jam berapa untuk ambil mobil?  besok hari Sabtu, kamu tidak mengajar kan?" tanya pria itu memecahkan keheningan. 

"Kamu tidak perlu menjemputku, aku bisa ambil mobil itu sendiri. Aku tidak mau menyusahkanmu lebih banyak lagi.."

De Arya mendesah perlahan, lalu ia berkata;

"Baiklah kalau begitu, besok datang saja ke hotel, bilang pada security bahwa kamu adalah temanku, mereka akan langsung paham." ucapnya sambil menatap gadis cantik itu. 

"Terima kasih banyak De, aku tidak akan melupakan bantuanmu malam ini,"

De Arya hanya membalas kata-kata itu dengan senyuman. 

Setelah setengah jam berkendara, mobil itu akhirnya merapat ke sebuah bangunan griya, sebuah rumah besar dengan gaya Bali, lengkap dengan gapura yang melengkung di depannya. 

Dayu keluar dari pintu mobil, disusul oleh perwira polisi itu. 

"Sekali lagi terima kasih De Arya, tapi aku minta maaf, aku tidak bisa mengundangmu masuk karena ini sudah terlalu malam," ucap Dayu sungkan. 

"Ah santai, kita juga sudah bersama sejak sore tadi, aku rasa, aku juga sudah puas mengobrol denganmu." jawab polisi itu sambil tersenyum. 

"Baiklah kalau begitu, sampai ketemu lagi ya!"

gadis itu melambaikan tangannya. 

"Masuklah dulu, kalau kamu sudah didalam aku akan pergi. Aku ingin memastikan bahwa kamu sudah aman," kata polisi itu sambil menyandarkan dirinya pada pintu mobil. 

"Iya, makasih ya! da da!" Dayu membuka gerbang besar itu dan menghilang dibalik pintu. 

De Arya hanya berdiri tertegun menatap bangunan rumah besar bergaya kuno itu.  Wajah yang tadinya penuh senyum itu  berubah menjadi muram. 

Dia tidak mau mendampingi seorang abdi negara, apa boleh buat?  gumamnya seorang diri.

Lalu pemuda itu memasuki mobilnya dan  perlahan lahan mengendalikannya untuk meninggalkan tempat itu.  Didalam perjalanan, pemuda itu tidak dapat berhenti membayangkan wajah gadis yang baru saja bersamanya.

Sementara itu, ketika Dayu berjalan menuju kamarnya, tanpa sengaja ia mendengarkan pembicaraan kedua orang tuanya dari dalam kamar mereka.

“Pak, apakah kamu serius? Kamu kan tahu sudah berapa kali Dayu menolak dijodohkan,” terdengar suara ibunya.

“Ibu, anak kita sudah hampir menginjak 30 tahun, dan sampai sekarang belum memiliki pacar yang jelas. Aku tahu putri kita adalah perempuan yang mandiri, tetapi tetap saja, suatu hari dia harus keluar dari griya ini,” suara ayahnya.

“Tapi Pak, kali ini dengan siapa kau akan menjodohkan dia?”

“Besok kau akan tahu orangnya,” jawab pria itu singkat.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status