De Arya yang mendapatkan panggilan mendesak dari Dayu, segera memutar arah mobilnya, untuk menemukan gadis itu.
Tak lama kemudian, ia sampai pada minimarket yang dituju. Setelah keluar dari mobil, De Arya segera menuju ke dalam minimarket dan mencari Dayu yang bersembunyi di balik rak.
"Yang mana mobilnya?"
"Mobil offroad berwarna hitam di seberang jalan," jawab Dayu dengan sedikit berbisik.
De Arya berpura-pura melihat barang yang di dekat kaca, lalu melihat ke arah seberang jalan.
Dan benar saja, mobil yang dimaksud gadis itu masih berada disana. Polisi itu melihat ada beberapa pria didalam mobil itu.
Lalu ia kembali ke balik rak dan berbisik kepada gadis itu.
"Ada sekitar 4 orang didalam mobil itu. Ini berbahaya, begini saja, ayo kita ke hotel King Lotus, tinggalkan mobilmu disana, lalu aku akan mengantarmu pulang. Ini satu-satunya cara aman supaya mereka tidak tahu dimana kamu tinggal."
Mendengar usul itu, Dayu mengernyitkan alisnya. Kemudian ia menyilangkan tangannya dan berkata;
"Bilang saja kamu mau tau dimana aku tinggal! jangan- jangan, mereka orang suruhanmu?" tanyanya dengan penuh curiga.
Mendengar pernyataan gadis itu, polisi muda itu tercengang. Ia tak menyangka bahwa gadis yang ia coba selamatkan malah justru mencurigainya.
" Apa? Ya Tuhan! Dewa Ratu! bisa-bisanya kamu berpikir begitu?"
"Ya...semua ini aneh saja bagiku. Mobil itu mengikutiku sejak aku keluar dari Cafe Tebing," ucap Dayu dengan nada skeptis.
"Memangnya ada tindak kriminal yang terdengar wajar? semua itu aneh dan tidak terduga! Ah sudahlah...kalau kamu tidak percaya padaku, pulang saja sendiri!"
De Arya beranjak meninggalkan Dayu, namun gadis itu menahan lengannya dengan kedua tangannya.
"Eh tunggu! aku takut… maaf ya!” ucapnya menghiba.
Dayu melepaskan pegangannya dari lengan polisi tampan itu. Lalu ia berkata kembali;
“Baiklah, aku setuju dengan rencanamu. Tapi… memangnya aman kalau mobil ditinggal di hotel itu?"
Melihat raut wajah gadis yang ketakutan itu, De Arya tersenyum.
"Aman lah, tenang saja, aku yang atur!" jawab polisi itu meyakinkannya.
Merasa tidak ada pilihan, gadis itu mengangguk. Lalu, mereka berdua pun keluar dari supermarket, dan masuk mobilnya masing-masing.
De Arya yang berkendara di depan, sesekali menengok ke kaca spion. Ternyata mobil offroad itu kembali mengikuti mereka.
"Bajingan tengik! lihat kalau sudah waktunya nanti, kuhabisi kau!" dengus perwira polisi itu.
Sementara Dayu yang berkendara di belakang, mengikuti mobil De Arya dengan cemas. Sesekali ia melempar pandangannya ke arah spion tengah dan berusaha melihat wajah penguntitnya. Namun ia tidak mengenali wajah supir itu.
Tak lama kemudian, kedua mobil itu telah tiba di sebuah pintu masuk sebuah hotel mewah berbintang 5, Hotel King Lotus.
Melihat mobil yang sangat familiar, seorang security segera berdiri memberi hormat.
De Arya membuka jendela mobil dan meminta security itu mendekat dengan gerakan tangannya.
"Kamu lihat mobil mini cooper yang di belakangku? Aku akan meninggalkannya disini, tolong awasi baik baik ya!"
"Siap pak!"
"Setelah mobil di belakang masuk, jika ada mobil offroad hitam, dengan 4 orang pria ingin masuk, minta semua identitas mereka semua!"
"Siap pak!"
Security itu bergegas membukakan portal supaya kedua mobil itu bisa masuk dan segera menutupnya kembali.
Tak lama kemudian, terlihat mobil mercy yang dikendarai De Arya, keluar lagi dari gerbang tersebut.
Dayu yang duduk berdampingan dengan polisi tampan itu masih merasa khawatir, sesekali ia menengok ke belakang.
"Tenang saja, sepertinya mereka sudah menyerah. Mereka sudah tahu kalau gadis yang mereka incar sudah ada yang punya," ujar pria itu tersenyum, sambil mengendalikan laju mobilnya.
"Maksud kamu? sudah ada yang punya bagaimana?"
"Maksudku, kamu tidak sendirian lagi, jadi niat mereka untuk mengganggumu sudah buyar, apakah penjelasanku cukup?"
"Iya sudah cukup.” jawab Dayu singkat.
Sesaat keduanya terdiam. Kedua insan itu sibuk dengan perasaan dan pikiran masing -masing.
Dayu sebenarnya mulai menyukai pria yang ada disebelahnya, namun, mendapati kenyataan bahwa ia adalah seorang aparat, gadis itu meredam perasaannya.
Ia tidak ingin mencintai orang yang setiap saat dapat berpindah kota, setiap saat harus dapat mengorbankan hidupnya bagi negara atau orang lain.
Dayu hanyalah wanita biasa yang hatinya tidak terlalu besar untuk dapat mencintai seorang pahlawan.
Begitu pula dengan De Arya, ia sudah jatuh cinta pada pandangan pertama pada gadis itu. Namun wanita ini telah terang terangan tidak menerima profesinya.
Jadi, ia hanya bisa menjadikan momen yang ia miliki bersamanya sebagai selingan indah saja.
"Besok kamu minta dijemput jam berapa untuk ambil mobil? besok hari Sabtu, kamu tidak mengajar kan?" tanya pria itu memecahkan keheningan.
"Kamu tidak perlu menjemputku, aku bisa ambil mobil itu sendiri. Aku tidak mau menyusahkanmu lebih banyak lagi.."
De Arya mendesah perlahan, lalu ia berkata;
"Baiklah kalau begitu, besok datang saja ke hotel, bilang pada security bahwa kamu adalah temanku, mereka akan langsung paham." ucapnya sambil menatap gadis cantik itu.
"Terima kasih banyak De, aku tidak akan melupakan bantuanmu malam ini,"
De Arya hanya membalas kata-kata itu dengan senyuman.
Setelah setengah jam berkendara, mobil itu akhirnya merapat ke sebuah bangunan griya, sebuah rumah besar dengan gaya Bali, lengkap dengan gapura yang melengkung di depannya.
Dayu keluar dari pintu mobil, disusul oleh perwira polisi itu.
"Sekali lagi terima kasih De Arya, tapi aku minta maaf, aku tidak bisa mengundangmu masuk karena ini sudah terlalu malam," ucap Dayu sungkan.
"Ah santai, kita juga sudah bersama sejak sore tadi, aku rasa, aku juga sudah puas mengobrol denganmu." jawab polisi itu sambil tersenyum.
"Baiklah kalau begitu, sampai ketemu lagi ya!"
gadis itu melambaikan tangannya.
"Masuklah dulu, kalau kamu sudah didalam aku akan pergi. Aku ingin memastikan bahwa kamu sudah aman," kata polisi itu sambil menyandarkan dirinya pada pintu mobil.
"Iya, makasih ya! da da!" Dayu membuka gerbang besar itu dan menghilang dibalik pintu.
De Arya hanya berdiri tertegun menatap bangunan rumah besar bergaya kuno itu. Wajah yang tadinya penuh senyum itu berubah menjadi muram.
Dia tidak mau mendampingi seorang abdi negara, apa boleh buat? gumamnya seorang diri.
Lalu pemuda itu memasuki mobilnya dan perlahan lahan mengendalikannya untuk meninggalkan tempat itu. Didalam perjalanan, pemuda itu tidak dapat berhenti membayangkan wajah gadis yang baru saja bersamanya.
Sementara itu, ketika Dayu berjalan menuju kamarnya, tanpa sengaja ia mendengarkan pembicaraan kedua orang tuanya dari dalam kamar mereka.
“Pak, apakah kamu serius? Kamu kan tahu sudah berapa kali Dayu menolak dijodohkan,” terdengar suara ibunya.
“Ibu, anak kita sudah hampir menginjak 30 tahun, dan sampai sekarang belum memiliki pacar yang jelas. Aku tahu putri kita adalah perempuan yang mandiri, tetapi tetap saja, suatu hari dia harus keluar dari griya ini,” suara ayahnya.
“Tapi Pak, kali ini dengan siapa kau akan menjodohkan dia?”
“Besok kau akan tahu orangnya,” jawab pria itu singkat.
"Dayu, bersiaplah, siang ini jam 11 kita akan kedatangan tamu istimewa, "ucap seorang pria yang sangat berwibawa.Pria berumur 60 tahun, berbadan tegak, dan masih terlihat gagah itu adalah Pak Bagus. ayah dari Dayu."Siapa tamunya?" tanya Dayu penasaran."Kamu akan lihat sendiri, pokoknya, nanti berpakaianlah yang sopan, kalau perlu, pakailah kebaya yang mama belikan kemarin." sahut nyonya Amara, wanita yang telah melahirkan dan membesarkan gadis itu.Mendengar perkataan ibundanya, Dayu hanya menganggukan kepalanya sambil menikmati sarapan yang dihidangkan oleh ibunya.Tepat jam 11 siang, sebuah mobil sport mewah&
Melihat nama De Arya yang muncul di layar ponselnya, tanpa pikir panjang lagi, Dayu segera mengangkat panggilan itu. "Halo De, apakah kamu sedang sibuk ?" "Tidak, memangnya kenapa?" jawab pemuda itu di kejauhan. " Apakah kamu bisa datang kerumahku secepatnya? oh ya,pakai seragam polisi dan bawa mobil mercy mu kesini." "Memangnya kenapa?" De Arya terdengar bingung. "Apakah kamu mau menjadi pacarku? kalau iya, laksanakan saja perintahku!" ucap Dayu tegas. Mendengar kata-kata gadis itu, De Arya tertegun seperti tidak percaya.
"Dayu duduklah!" ucap Pak Bagus malam itu. "Iya Ayah," sahut Dayu. Ia terlihat gelisah, sesekali, ia memainkan rambutnya yang panjang. "Kamu sudah mengenal keluarga De Arya?" "Belum Ayah, karena kami menjalani hubungan kami dengan hati-hati, kami tidak ingin melibatkan keluarga terlalu cepat." "Berapa umurnya?" Dayu berpikir sejenak, ia tidak pernah menanyakan umur polisi itu. Tapi akhirnya dia ingat akan tahun kelahiran De Arya yang tertera pada SIM yang ia temukan. "Sekitar 30 tahun Ayah," jawab gadis itu.
Perlahan De Arya tersadar dari mimpinya.Ia bangun dan duduk sambil mengusap-usap mukanya. Setelah itu ia terdiam, matanya menerawang dan ia tersenyum sendiri."Dasar kembang tidur, mungkin aku terlalu berharap untuk mendapatkan Dayu, sehingga wajah gadis itu terbawa mimpi. Tapi lucunya, kok namanya Iluh ya?" gumamnya sambil tertawa kecil.Teng! Teng! Teng!Terdengar suara lonceng jam. De Arya menengok ke arah jam dinding kamarnya. Seketika itu juga ia melonjak dari tempat tidurnya."Apa?! sudah jam 10! sial aku pasti terlambat menjemput Dayu!" teriaknya sambil berlari ke arah kamar mandi.
Mang Selly Kedua insan itu tenggelam dalam hangatnya ciuman itu. Bibir mereka beradu dan saling melumat satu sama lain. Tanpa sadar Dayu telah merengkuh leher pria itu. Sementara De Arya memeluk gadis itu dengan erat. Setelah ciuman yang bergairah itu berakhir, keduanya saling berpelukan dengan erat, seolah-olah tidak ingin saling melepaskan lagi. Sesekali De Arya mengecup kening dan membelai rambut gadis itu. Dayu pun hanya menyambutnya dengan senyuman dan tetap membenamkan dirinya di dalam dekapan polisi tampan itu. Matahari akhirnya tenggelam. Suasana berubah menjadi gelap. De Arya menggandeng mesra tangan Dayu untuk menuj
Dengan mata yang masih mengantuk, polisi itu meneguk segelas air putih. Lalu ia duduk di pinggir tempat tidurnya."Aku benar-benar sedang jatuh cinta, bahkan di dalam mimpi pun, wajah Iluh Suci menjadi tambah mirip dengan Dayu.Ah sial! kenapa Pak Petrus harus ke Jawa hari ini? huuuh… Dayu!"Perwira muda itu berguling-guling dan menghentakkan kedua kakinya diatas kasur. Rasa jengkel menghinggapinya karena ia tidak dapat menemui kekasih barunya hari itu.Namun apa mau dikata, ketika tugas memanggil, tidak ada yang bisa dilakukan oleh perwira polisi itu. Ia pun bangkit dan mempersiapkan dirinya.Beberapa jam setelahnya, di kampus Sanjaya.
Melihat wajah wajah yang tidak ramah mendekat, De Raga dengan sigap menghalangi mereka."Mau apa kalian?!" teriak De Raga lantang."Kalau kamu tidak mau mati, jangan ikut campur!" jawab salah seorang dari mereka yang berkepala botak dan berbadan paling besar. Kemungkinan, ia adalah pemimpin kelompok preman itu."Orang ini sudah meminta bantuan kepadaku, sekarang, dia menjadi tanggung jawabku!" jawab De Raga sambil menghalangi mereka untuk mendekati pintu mobil Dayu.Melihat sikap De Raga yang protektif, pria berkepala botak itu memberikan isyarat kepada komplotannya agar menyingkirkan si penghalang itu.Tiga orang
"Terima kasih sudah menolong pacar saya," ucap De Arya yang berdiri di dekat ranjang De Raga."Ah biasa saja, ada orang yang sedang mengalami kesulitan, maka sudah menjadi kewajiban kita untuk menolong. Oh ya, apakah sudah mengetahui si pemilik mobil?"De Arya menggelengkan kepala, kemudian ia mendesah. Lalu ia berkata;"Menurut tim pelacak, plat nomor itu palsu. Akan sulit untuk memecahkan kasus ini. Tapi kita masih bisa mencoba mencari tersangka dengan sket wajah. Apabila kami membutuhkan bantuanmu, apakah kami bisa menghubungimu?""Pasti, saya siap membantu," jawab De Raga.Komandan Polisi itu terdiam sejenak, ia menyilangkan tangannya.