Kini Fiona berada di depan rumah Ayra dan Ibra. Wanita itu terlihat sangat gugup dan juga malu. Cemas jika permintaan maafnya tidak diterima. Ya, memang kesalahannya begitu besar. Jadi, wajar saja bila nantinya Ayra dan Ibra tidak memberikan pintu maaf tersebut kepada dirinya. Fiona juga hanya bisa pasrah jika hal demikian sampai terjadi. Dia tak akan marah apalagi sakit hati untuk respons yang akan diterima. Fiona mencoba menghilangkan rasa gugup dan cemasnya sebelum mengetuk pintu rumah Ayra dan Ibra. Ia menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan. Fiona lakukan berulang kali sampai sudah merasa jauh lebih baik dari sebelumnya. Walaupun permintaan maafnya diterima relatif kecil, ia tetap berusaha. Lagi pula, tidak ada salahnya bila Fiona mencoba. Karena bila tidak berusaha, dia tak akan tahu hasilnya.Fiona mengetuk pintu itu dengan dua ketukan. Selang beberapa menit, pintu segera terbuka. Pandangan pertama yang ia lihat adalah wajah cantik Ayra. Secara bersamaan, pasang
Ayra beranjak dari tempat duduknya, menghampiri wanita itu, lalu memeluknya. Ia berusaha penuh untuk membuat Fiona nyaman saat berada di keluarga ini. Ibra yang melihat pemandangan itu pun ikut bahagia. Ia senang karena Fiona sudah menyadari kekeliruannya dan berjanji untuk memperbaiki diri. “Fiona.” Panggil Ibra. “Iya?” “Kamu boleh tinggal di sini lagi jika berkenan,” tukas Ibra tulus. “Benarkah?” Fiona menatap tak percaya. Ini seperti sebuah kemustahilan. “Tentu saja. Karena kamu masih anak angkatku,” sahut Ibra seraya menganggukkan kepala. “Terima kasih, Papi.” Keesokan paginya, mereka semua bersiap-siap untuk pergi ke Rumah Sakit jiwa di mana bapak kandung Fiona berada. Sesampainya di sana, Fiona terlihat sedih melihat kondisi bapaknya yang masih dalam proses penyembuhan. Ibra menepuk pundak Fiona. “Sudah, jangan menangis lagi. Doakan yang terbaik untuk bapakmu.” “Iya, Papi. Aku hanya ingin bapakku sembuh. Itu saja.” Fiona menghapus air matanya. Di lain sisi, saat Fiona
KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMUBAB 1"Ayyara Kartika aku talak kamu, aku talak kamu, aku talak kamu. Mulai hari ini kamu bukan lagi istriku dan aku haramkan dirimu bagiku." Sakit? Jelas, siapa sih seorang istri yang tidak sakit jika dicerai tepat di depan gundik suaminya?Yah, istri yang malang itu adalah aku. Mas Fahri menceraikanku di depan gundiknya, Fiona Zea. "Mengapa kamu tega seperti ini padaku, Mas? Apa kesalahanku?" tanyaku dengan suara bergetar meski tidak sampai mengeluarkan air mata. Entah kenapa aku sudah sangat mengantisipasi akan hal ini. Sudah cukup banyak air mataku yang terbuang sia-sia karena menangisi mas Fahri yang tega mengkhianatiku dengan anak bosnya itu. Yah, Fiona Zea adalah anak dari bos tempat mas Fahri bekerja. Aku sangat tahu itu karena beberapa kali aku ikut mas Fahri dalam menghadiri acara besar yang diadakan perusahaan tempat mas Fahri bekerja. "Kamu tidak ada kesalahan, Ayra, tapi kamu memiliki kekurangan. Kekurangannya adalah kamu tak bisa me
KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMUBAB 2"Akhirnya kamu datang juga. Sini aku kenalin sama anakku. Fiona, kenalin ini Ayyara Kartika. Biasa dipanggil Ayra, dia adalah calon istri Papi." Aku menatap dengan seringaian puas pada Fiona dan Fahri yang tampak pias saat mas Ibrahim mengenalkanku sebagai calon istrinya. "Apa? C-calon istri Papi? Enggak! Papi jangan bercanda deh sama yang kayak beginian? Gak lucu tau, Pi!" hardik Fiona meski lirih tapi aku tahu dari cara dia menekankan ucapannya. Aku masih mencoba tersenyum dengan sangat manis. Terlebih lagi terhadap Fahri si mantan suamiku yang sialan itu. Aku sangat puas melihat reaksi mereka terhadap rencana yang kujalankan ini. Shock, terkejut, tidak percaya oh atau justru malah takut. Huuuu jelaslah mereka takut jika aku jadi menikah dengan mas Ibra, begitulah aku memanggilnya. Maka, aku pastikan mereka tak akan berkutik denganku. Yess, rupanya ideku ini selain gila juga sangat manjur. Selama hampir sebulan di saat mereka sibuk menyia
KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMUBAB 3Sudah pasti Papi akan mencincangnya hidup-hidup dan sampai mati Papi gak akan pernah merestui hubungan kalian," ucap mas Ibra dengan semangat seolah-olah dia tengah berorasi. Dan lucunya wajah Fiona maupun Fahri tentu saja sudah pucat seputih kapas. Yess, satu kata untuk mas Ibra. I love you full forever! Hahahaha. "Ah, y-ya jelas saja Mas Fahri enggak seperti itu dong. Kan Papi tahu kalau Mas Fahri istrinya meninggal. Lagian aku juga gak mau kalau Mas Fahri masih memiliki istri. Mana tega aku menghancurkan rumah tanga orang lain, Pi," jawab Fiona yang membuatku menggelengkan kepala samar.Bagaimana dia masih bisa bersandiwara padahal jelas di depannya sekarang ada aku mantan istri pria yang sekarang menjadi suaminya. Hemm, sangat menarik. Sepertinya permainan akan lebih menyenangkan kali ini. Baiklah kalau begitu aku akan ikuti cara bermain kalian. Dan akan aku pastikan kalian yang akan mendapatkan hadiah dari permainan yang kalian buat sned
KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMUBAB 4"Boleh banget dong Sayang, bahkan kalau perlu kamu ambil ini giginya Mas dan letakkan di samping tempat tidurmu biar bisa setiap hari liatin Mas tertawa di sampingmu." Eh …. Kok jadi horor? ***Pov 3Ibra senyum-senyum sendiri setelah bermanja-manja ria dengan Ayra di telepon tadi. serasa jiwa mudanya kembali setelah bertemu Ayra. "Oh Ayraku Sayang. Kenapa sih kita gak ketemu sejak dulu saat wajahku masih kinyis-kinyis kayak baby? Ho ho ho tentu tidak! Kalau aku ketemu Ayra saat wajahku masih mulus bak pantat bayi tentu saja wajah Ayra nya yang masih bayi. Hahahahaha!" Ibra tergelak dengan ocehan yang ia buat sendiri. Betapa lucu Ibra merasakan dirinya yang sedang dirundung puber ke-lima. Hahaha, ups. Ibra berjanji pada Ayra akan datang melamarnya secara resmi lusa. Di dalam otaknya sudah ada beberapa rencana yang akan dia lakukan agar acara lamarannya dapat berjalan dengan lancar. Yah, meskipun Ayra sebatang kara tapi tetap saja bagi Ib
KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMUBAB 5"Oke nanti malam kita kasih tau sama Papi soal ini ya?" Fahri mengangguk mantap sembari tersenyum yang disusul Fiona yang juga menarik kedua sudut bibirnya secara sempurna. ***"Pi! Fio mau ngomong sebentar sama Papi." Ibra mengernyitkan dahinya dan mengalihkan pandangan dari ponsel yang sedang dipegangnya ke wajah Fiona. Ibra membuka kacamata yang bertengger di hidung mancungnya dan bertanya pada Fiona. "Ada apa? Serius amat kelihatannya?""Ya serius lah, Pi, kalau enggak ya gak mungkin wajahku seperti ini," jawab Fiona sedikit ketus namun tetap ia tahan. Bagaimanapun Fiona masih sangat takut dengan Ibra karena hidup dan masa depannya benar-benar ada di tangan Ibra. Fiona memang anak Ibra satu-satunya tapi segala sesuatunya tetaplah atas persetujuan Ibra. Sekalipun itu masalah keuangan maupun perusahaan Ibra tidak pernah membiarkan Fiona memutuskannya sendirian. Entah kenapa Ibra selalu menganggap Fiona itu masih gadis kecilnya yang apa-apa
KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMUSetelah mengatakan itu Ibra pun pergi meninggalkan Fiona dan juga Fahri yang wajahnya sudah memucat dan memutih seputih dempul rumah tetangga. "Mas, gimana dong?!" tanya Fiona dengan wajah paniknya. Hening. Fahri tidak menjawab ucapan Fiona. "Mas! Kok diem aja sih?! Ngomong dong!" ucap Fiona lagi dengan sedikit memekik karena ia takut kalau terlalu keras akan terdengar di telinga Ibra. "Apaan sih? Aku lagi mikir nih!" ketus Fahri. "Mikir apa ngelamun? Dipanggil gak nyaut.""Ck! Mikir lah.""Mikir apa coba?" "Ya mikirin gimana caranya ngebatalin niat Papi untuk menikah dengan Ayra. Memangnya kamu mau kalau Ayra nanti jadi ibu tiri kamu dan jadi ibu tiri mertuaku?""Ya enggak lah enak aja!" "Yaiya makanya lagi mikir ini. Ah, sialan bener si Ayra itu. Aku gak pernah nyangka kalau dia begitu licik.""Itu kan mantan istri kamu, Mas, jadi kamu lah yang lebih paham bagaimana Ayra," sungut Fiona yang juga kesal dengan penuturan Fahri. "Ya makanya aku