Share

Sita di Rumah Mertua Hanin

"Ayaaaaaah." Rindu berteriak riang saat melihat Dimas turun dari mobil. Berlari kencang menyongsong kedatangan ayahnya.

Dimas tertawa. Lelaki itu segera berjongkok dan merentangkan tangan. Menyambut putrinya ke dalam pelukan.

"Tante Hanin." Rindu tersenyum menyadari ada Hanin di dekat mereka. Gadis manis berbando merah itu melepaskan pelukan Dimas, bergegas meraih tangan Hanin. Salim.

Hanin tertawa kecil melihat Rindu menggerak-gerakkan kepalanya. Gadis kecil itu terlihat sangat lucu dan menggemaskan.

Hanin dekat dengan Rindu, malah pernah mereka sangat dekat, melebihi kedekatan Rindu dan Sita. Beberapa kali Sita sempat menitipkan Rindu pada Hanin saat dia bekerja. Namun semenjak Sita merasa kedekatan mereka semakin intens, Sita membatasinya.

Sebagai sesama wanita Hanin menyadari Sita merasa sedikit tidak nyaman  Sejak saat itu Hanin sedikit menjaga jarak. Berinteraksi seadanya dengan anak sambungnya itu. Padahal bagi Hanin, anak Dimas adalah anaknya juga. Tetapi karena Sita kurang berkenan, Hanin menghormati perasaan wanita itu.

"Rindu sama siapa ke sini?" Dimas menggandeng anaknya berjalan masuk ke dalam rumah.

"Ibu." Gadis kecil itu tersenyum menampakkan gigi kelincinya. Dimas tertawa melihat ekspresi Rindu. Mencubit pipi gembul dan menggemaskan itu.

Sementara Hanin yang berjalan di belakang mereka mengernyitkan kening. Sita ada di sini? Kenapa?

Wanita berjilbab kuning gading itu berusaha mengingat-ingat percakapannya dengan Mama Desi di telepon tadi malam.

"Besok pagi ke rumah ya, Nin. Ajak Dimas juga. Sudah lama kita tidak kumpul-kumpul makan bersama." Suara Mama Desi terdengar riang di ujung telepon sana.

"Siap, Ma. Dalam rangka apa, nih?"

"Ah, cuma kumpul-kumpul biasa. Memangnya kamu tidak kangen masakan enak Mama?" Mertua Hanin terkekeh.

"Kangen doooong. Ini si dedek juga kangen katanya." Hanin ikut tertawa.

"Ya sudah, besok ke sini sama Dimas ya. Kamu istirahat yang cukup, Nin. Jangan terlalu kecapekan. Kalau tidak kuat masak, minta Dimas beli saja." Hanin mengangguk, padahal dia tahu mertuanya itu tidak akan bisa melihat anggukannya.

Hanin menggeleng. Tidak ada yang aneh dengan percakapannya dan Mama Desi di telepon tadi malam. Lalu, kenapa ada Sita di sini?

Perasaan Hanin mendadak basah. Mata bening itu berkabut. Bukankah dulu Sita menantu kebanggaan keluarga ini? Mbok Ti, ibunya, sering bercerita betapa serasi anak majikan dan istrinya itu. Yang satu tampan, sementara yang satu cantik. Karir keduanya bagus. Mereka juga baik. Pasangan ideal, andai keduanya tidak terpaksa berpisah.

Wanita yang menggunakan gamis panjang senada dengan warna jilbabnya itu menarik napas panjang. Tidak. Dia tidak boleh menangis lagi.

"Assalamualaikum." Dimas dan Hanin mengucap salam bersamaan.

"Waalaikumussalam, ayo ayo masuk." Papa Roy tersenyum lebar menyambut anak dan menantunya itu.

"Sehat, Nin?" Papa Roy bertanya saat Hanin salim.

"Alhamdulillah sehat, Pa." Hanin mengangguk.

"Itu Mama lagi di dapur menyiapkan makanan, kalau kamu capek, istirahat saja. Kasihan itu calon cucu Papa di perut." Lelaki yang rambutnya mulai sedikit beruban itu tertawa lebar.

Hanin ikut tertawa. Dia sangat bersyukur keluarga ini menerimanya dengan tangan terbuka walau status sosial mereka sangat jauh.

Wanita yang tengah berbadan dua itu segera berjalan ke dapur setelah sedikit berbasa-basi.

"Haniiiiin," seru Mama Desi begitu melihat menantunya itu memasuki dapur.

"Ma." Hanin tersenyum, menyambut pelukan Mama Desi.

"Bawa apa ini?" Mama Desi melihat kantong yang dibawa Hanin.

"Ayam masak rica-rica, Ma."

"Waaah, enak tuh. Tata di atas meja, ya. Mama ada perlu sebentar keluar." Mama Desi berlalu setelah sebelumnya mengelus perut Hanin yang membuncit.

"Ta," sapa Hanin pada perempuan yang tengah sibuk menata sesuatu di meja makan.

"Buat apa bawa-bawa lauk segala, Nin? Mau pamer kamu pintar masak?" Sita melihat tidak suka pada kantong yang dibawa Hanin.

Hanin tersenyum. Mengambil wadah dan segera memindahkan lauk ayam yang dibawanya.

"Ya wajar sih, kalau kamu pintar masak. Ibumu dulu kan pembantu di sini, pasti bakatnya menurun. Ups."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status