"Kamu ini gimana sih, dia itu kan bank berjalan kita, kalau gak ada dia gimana kita bisa melanjutkan hidup!" Bu Widya histeris karena telah kehilangan tambang uangnya."Ya gimana Bu, Aku gak nyangka jika Riana berani kabur seperti itu.""Memangnya kamu mau gugurin kandungan Riana dimana?""Di rumah dukun beranak Bu, Aku pernah dikasih tau temanku dulu kalau disana ada seorang dukun beranak yang juga menerima jasa aborsi.""Kamu ini bodoh sekali sih Mirza, kalau hanya menggugurkan kandungan ngapain mesti kesana, tinggal kamu beli saja obat penggugur kandungan, dan berikan pada Riana dengan dalih kalau itu vitamin untuknya.""Ya kalau gugur Bu, kalau tidak gimana? Kalau di tempat dukun itu sudah dijamin pasti akan hilang anaknya.""Terserah kamulah, pokoknya Ibu gak mau tau, kamu harus segera menemukan Riana, karena Ibu gak mau kelaparan, o iya Ibu minta duit dong!""Duit? Untuk apa? Bukannya baru kemarin Aku kasih Ibu uang 5 juta?""Sudah habis, Ibu belikan tas branded, dan sekarang Ib
"Dokter gimana keadaan teman saya?" tanya Lila pada Dokter yang baru saja keluar dari ruangan Riana."Alhamdulilah pasien tidak ada luka serius, hanya saja, Saya tidak bisa menyelamatkan anak yang dikandungnya." ucap Dokter dengan wajah sendu."Apa! Teman Saya sedang hamil Dok?" ucap Lila yang terkejut dengan penuturan Dokter."Ya, pasien sedang hamil kurang lebih 5 minggu, tapi janin tidak bisa bertahan didalam rahimnya, karena benturan yang sangat kuat, Saya sudah berusaha semaksimal mungkin, kalau begitu Saya permisi dulu."Lila hanya menganggukkan kepala menjawab ucapan sang Dokter."Jadi Riana sedang hamil, hamil anak siapa? Anak Mas Rian atau Mas Mirza?" gumam Lila dalam hati.Lila berjalan menuju ranjang yang dipakai Riana, Lila mengamati Riana dalam, banyak pikiran berkecamuk di dalam otaknya, gadis yang dulu sudah ia anggap sebagai Adiknya sendiri itulah yang tega menjadi duri dalam rumah tangganya.Ah… betapa Lila tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Riana, karena gadis itu mas
"Apa maksudmu gara-gara Mas Mirza, bukankah Kau sudah tidak bersamanya semenjak hari pernikahan itu?""Sebenarnya Aku sudah tinggal kembali bersama Mas Mirza dan keluarganya, tapi, tapi, hiks hiks hiks.""Ceritalah Riana, siapa tau Aku bisa membantumu."Kemudian mengalirlah cerita Riana mulai dari dirinya pertama datang ke rumah Desi, diminta untuk memenuhi semua keinginan Mirza dari bentuk permintaan maaf Riana, hingga akhirnya Mirza yang tega menjualnya pada pria hidung belang hanya untuk memenuhi gaya hidup Mirza dan keluarganya."Kurang ajar! Aku tidak menyangka jika Mas Mirza akan berbuat hal keji seperti itu, jadi kemarin kau kabur dari kejaran Mas Mirza hingga akhirnya menabrak mobilku yang sedang melaju?""Iya Mbak, kemarin itu Mas Mirza berniat menggugurkan kandunganku, karena menurutnya jika Aku hamil maka itu akan menghambat pekerjaanku sebagai pelacur," Riana menundukkan kepalanya lebih dalam, bahunya berguncang karena isak tangis yang dikeluarkannya.Betapa berat nasib ya
"Maafkan Aku Mbak, sungguh Aku menyesal.""Sudahlah lupakan itu, yang penting sekarang Kau dan Aku bersatu bersama-sama kita menghancurkan mereka, hancur, sehancur-hancurnya, lagian yang dilakukan Mirza dan keluarganya sudah termasuk tindakan kriminal, yakni human trafficking.""Baiklah Mbak, Aku setuju, Aku justru berterima kasih sekali karena Mbak Lila sangat baik padaku yang sudah terlalu jahat padamu, sekali lagi terimakasih Mbak." ucap Riana sembari memeluk Lila, sementara Lila hanya tersenyum mendengar ucapan Riana."Kali ini riwayatmu akan tamat Mas," gumam Riana dalam hati.****"Sayang, kamu sungguh hebat, Aku sangat puas," ucap sang Pria pada sang Wanita."Aku juga puas sayang, kamu juga hebat, tapi…""Tapi kenapa?""Kalau sampai kita ketahuan sama Desi gimana?""Ya jangan sampai ketahuan dong, emangnya kamu mau diusir dari rumahnya?" " Ya, ya enggak dong Mas.""Makanya itu, jika kita ingin melepaskan hasrat ya mending kita keluar cari hotel, maksudnya cari aman gitu, kayak
"Permisi," ucap Riana setelah mengetuk pintu ruang pribadi Lila."Masuk," sahut Lila dari dalam.Riana membuka pintu setelah mendapat persetujuan dari Lila, dan masuk kedalam ruang pribadi Lila."Masuklah, sini duduk disampingku, Aku mau bicara sama kamu," ucap Lila sembari menepuk sofa di sebelahnya."Iya Mbak.""Apa kamu sudah siap untuk bekerja sama denganku?" tanya Lila saat Riana sudah mendaratkan tubuhnya disofa."Aku siap Mbak, karena memang itu yang Aku nanti.""Baik, tapi rencana ini lumayan beresiko, tapi insyaallah Aku pastikan kalau Mirza dan keluarganya akan hancur.""Kalau boleh tau apa itu Mbak?""Kamu harus kembali ke tempat Mirza dan keluarganya, kamu buat seolah-olah kamu masih ingin terus bersama Mirza dan melakukan apapun yang Mirza minta termasuk menjualmu.""Tapi Mbak…""Dengar dulu, Aku belum selesai bicara.""Kamu mengikuti kemauan Mirza bukan lantas kamu betul-betul kembali menjadi pelacur, tapi dalam arti kita menjebaknya.""Maksudnya Mbak?""Kamu tau kan per
"Pagi katamu! Kamu gak lihat jam, ini sudah jam berapa Mirza! Jam 11 kamu bilang masih pagi! Mau Ibu guyur kamu!""Iya iya ah, apa sih Bu, ada apa?""Ada apa, ada apa, cari duit, jangan molor aja kerjanya, kamu kira duit bakal dateng dengan tidur ha!""Duh, Ibu mau kerja apa, sekarang ini susah cari kerjaan, selama ini Aku kerja kan hanya mengelola restoran milik Lila saja.""Mirza, Mirza, percuma Ibi sekolahin kamu tinggi-tinggi, tapi bodoh mu masih melekat, ya kamu kerja apa kek, kuli kek, tukang panggul pasar kek."" Dih, ogah, masa orang seganteng Aku mau kerja jadi kuli sih, gak level.""Terus kamu mau kerja apa, liat noh si Rian, meskipun dia bajingan tapi dia punya banyak uang karena dia bekerja, apalagi dia seorang pns sudah pasti hidupnya terjamin.""Iya iya ah, yaudah Aku mandi dulu, ntar cari kerja.""Yaudah sono cepetan!""Iya."Mirza pun mengikuti ucapan Ibunya, Mirza menyambar handuk yang tergeletak diatas bangku yang ada di kamarnya, lalu masuk ke kamar mandi.Semenjak
Riana kini sudah memeluk Mirza, Riana mendongakkan kepalanya menghadap wajah Mirza, seketika itu juga Riana mencium bibir mirza sekilas, ya, hanya sekilas, tapi dari perbuatan Riana itu justru malah membangkitkan gairah bagi Mirza, karena Mirza pun semenjak diketahuinya video Riana dengan Rian hingga saat ini tidak lagi pernah menyalurkan kebutuhan biologisnya, tapi kini, gadis polos nan lugu itu berubah seperti kupu-kupu. Ya, dimata Mirza Riana terlihat sangat cantik dan seksi hingga membuat jakun Mirza naik turun saat diperlakukan demikian oleh Riana."Kenapa kamu tiba-tiba berubah?""Aku sadar kalau Aku tak bisa hidup tanpamu, oleh sebab itu sebelum Aku kembali kesini Aku memutuskan untuk merubah diriku demi kamu Mas, Aku sangat mencintaimu."Lagi dan lagi hembusan nafas Riana kembali membangkitkan gairan Mirza, dan pada akhirnya Mirza pun menyerah, tanpa menunggu persetujuan dari Riana, Mirza lantas menggendong tubuh Riana dan membawanya masuk kedalam Kamar yang ia tempati.Mirza
Ternyata Azka hnya sendirian, dia tengah duduk di meja yang dekat dengan kolam ikan dan taman, memang meja sebelah sana menjadi tempat favorit bagi sebagian orang karena tempatnya yang enak untuk bersantai."Hei, maaf menunggu lama ya?" sapa Lila saat dirinya sudah berada di dekat meja yang Azka singgahi."Eh, enggak kok baru saja," jawab Azka sembari tersenyum kearah Lila."Maaf, Bapak ada perlu sama saya?""Iya sedikit, eh tapi tolong jangan panggil Bapak, Aku rasa kita hampir seumuran deh hanya tua Aku sedikit saja.""Oh, gitu ya, terus saya panggil apa dong enaknya?""Panggil nama, Mas atau kalau bisa sih panggil sayang," ucap Azka pada Lila tapi saat mengucapkan Kata sayang Azka memelankan suaranya, hanya saja Lila masih tetap bisa mendengarnya."Apa katamu?" ucap Lila sembari memelototkan matanya."Hehehe nggak kok bercanda, mari silahkan duduk.""Oke terimakasih Mas Azka.""Baik, jadi Aku kemari ingin memakai jasa catering di restoran mu untuk menu makan siang karyawan di kanto