"Ini, Mas, tadi aku tiduran terus spreinya jadi berantakan. Jadi sekarang aku beresin lagi," ujarku. Aku berkata bohong, kepada Mas Andre, suamiku. Supaya Mas Andre tidak curiga padaku.
"Tadi, kamu bilang, katanya kamu mau ke toilet. Tapi kenapa kamu nggak datang lagi, Nis? Aku tadi nungguin kamu lho, Nis. Tapi kamu nggak kembali, makanya Mas sengaja, menyusul kamu ke sini." Mas Andre pun bertanya, alasan kenapa aku tidak kembali ke taman.
"Iya, Mas, tadinya aku mau ke toilet yang ada di bawah, tapi nggak jadi. Tadi kepalaku merasa pusing, jadi aku kembali ke kamar saja, Mas. Aku juga malah tiduran untuk menghilangkan rasa pusing itu," ujarku. Aku beralasan karena malas berdebat.
Aku berbohong, supaya Mas Andre tidak tahu, tentang perasaanku yang sebenarnya. Karena aku merasa gengsi, jika dia tahu kalau aku cemburu padanya.
"Oh, begitu ya, Nisa. Terus bagaimana ke
Aku tidak menyangka, jika Mas Andre akan serius melakukannya. Andai dia tahu, kalau aku tidak dapat berenang dan mempunyai trauma kedalaman. Apa mungkin, dia akan tetap melakukannya? Dalam keadaanku, yang tenggelam dan kemudian muncul lagi ke permukaan aku berdoa, semoga aku bisa di selamatkan. Aku terus-terusan minta tolong. Sampai pada akhirnya, ada seseorang yang menceburkan diri ke kolam untuk menyelamatkanku.'Jburrr!' suara orang menceburkan diri, kedalam kolam.Ia kemudian mengangkat tubuhku, saat aku merasakan tubuhku ini mulai melemas karena kekurangan oksigen dan kebanyakan minum air kolam. Aku pun segera di bawa ke bibir kolam olehnya dan di tidurkan di pinggir kolam renang tersebut. Aku masih tersadar saat itu, walaupun tubuhku begitu lemas, aku masih dapat melihat siapa orang yang menceburkan diri tersebut, serta menyelamatkanku. Orang tersebut tiada lain dan tiada bukan adalah Mas Andre, suamiku yang telah tega menjatuhkanku ke dalam kol
"Iya, Nisa. Kamu tadi berada di pinggir kolam sebelum kamu pingsan. Mas, yang bawa kamu ke kamar. Maafin Mas ya, Nisa. Mas, nggak tahu, kalau akan seperti ini. Mas, nggak tahu, kalau kamu nggak bisa berenang. Tadinya, Mas cuma iseng ingin mengajak kamu bercanda, tapi malah membuatmu hampir celaka." Mas Andre memberitahukan alasannya, aku bisa sampai ada di dalam kamar."Maafin, Mas ya, Nisa! Terserah deh, kalau kamu mau ngapain saja untuk membalas kesalahan, Mas. Walaupun kamu mau pukul, Mas, silahkan, Nisa! Asalkan kamu mau memaafkan semua kesalahan Mas," ucap Mas Andre.Ia, meminta maaf kepadaku, sambil menggenggam tanganku. Permintaan maafnya pun begitu tulus kepadaku, hingga membuatku tidak bisa marah kepadanya. Rupanya, Mas Andre begitu mengkhawatirkan aku, saat melihat keadaanku saat ini. Nada bicaranya pun terdengar lembut, tidak seperti biasanya yang selalu sinis dan datar. Dia juga sudah menyebut dirinya, Mas. Tidak berkata aku seperti
"Em ... itu, anu, Nisa. Maafin, Mas ya, Nisa. Karena Mas nggak tega, saat melihat kamu pingsan, serta memakai pakaian yang basah. Jadi, pakaianmu Mas yang gantikan! Maaf Mas ya, Nisa. Karena Mas telah lancang," ucapnya.Mas Andre meminta maaf terus dan terus kepadaku. Ia berkata jujur, kalau dirinya lah yang telah mengganti pakaianku. Tapi aku merasa lucu, kenapa ia harus minta maaf. Toh kami sekarang telah resmi menjadi pasangan suami istri, yang sah menurut agama dan juga negara. Jangankan hanya mengganti pakaianku, bahkan kalau Mas Andre mau menuntut haknya dariku pun ia layak. Aku merasa jika di balik, sifat Mas Andre yang jutek dan juga sinis. Namun, ia memiliki hati yang lembut, jujur dan apa adanya."Tapi ... Mas, kamu nggak ngapa-ngapain aku 'kan? Awas saja ya, Mas, kalau sampai kamu memanfaatkan situasi. Aku nggak akan maafin kamu," ucapku mengancam. Aku bicara sambil, melihat wajah Mas Andre. Mataku awas menelisik w
"Lagian, kamu ini lucu. Aku harus bertanggung jawab bagaimana lagi, coba? Kamu itu sudah menjadi istriku halal bagiku, jika mau melakukan apapun, meskipun kamu menolaknya. Namun, aku tidak akan memaksamu karena, aku mau melakukan kewajiban itu, sampai kamu sudah merasa siap. Aku mau melakukan hubungan itu, atas dasar suka sama suka, bukan karena keterpaksaan." Mas Andre berkata dengan sangat gantleman. Ia mau menungguku, sampai aku sudah siap.Mendengar penuturan Mas Andre, membuat aku menjadi percaya padanya. Aku juga merasa lega, sebab Mas Andre tidak akan memaksakan kehendaknya, sebelum aku siap"Terima kasih ya, Mas, kalau kamu mau menungguku sampai aku siap." Aku berterima kasih kepada suamiku itu."Iya, Nisa, kamu tenang saja. Bagaimana keadaanmu sekarang? Apakah kamu sudah mendingan?" tanya Mas Andre.Mas Andre bertanya, kini ia menanyakan keadaanku sekarang. Aku merasa senang mendapat perhatian walaupun cuma sek
Dia bukannya menuruti mauku, malah terus-terusan ngomel padaku. Mas Andre membujukku, kalau memang aku mau menonton. Aku harus makan dulu, supaya akunya cepat sembuh. Aku sekarang, sudah dianggap anak kecil oleh Mas Andre."Ya, Mas, kok kamu begitu sih!" kataku tidak senang."Tunggu, Anisa, sampai kamu benar-benar pulih. Baru kita nonton," ucapnya. Mas Andre memberi keputusan, dan perkataannya itu tidak bisa diganggu gugat.Setelah sekian lama terdiam, aku pun teringat tentang Sonia. Aku penasaran dan ingin menanyakannya kepada Mas Andre, tentang siapa Sonia itu dan ada hubungan apa, antara Mas Andre dengannya. Sungguh aku merasa penasaran, serta hati ini merasa tidak tenang, sebab aku ingin mengetahui yang sebenarnya."Mas ... sebenarnya, Sonia, itu siapa sih? Apa hubungannya denganmu? Apa dia itu pacarmu ya, Mas?" Aku bertanya kepada Mas Andre, tentang Sonia. Perempuan yang tadi Pagi ketemu di taman.Ak
"Ada apa, Nis?" tanya Mas Andre, sambil datang tergopoh-gopoh menghampiriku. Mungkin Mas Andre kaget, saat mendengar teriakanku."Mas ... ini lho, kok di leher aku ada tanda merahnya! Ini kenapa ya, Mas? Perasaan tadi pagi nggak ada tanda merah seperti ini lho, Mas! Apa mungkin, saat aku terjebur ke dalam kolam tadi, terus ada serangga yang menggigitku?" tanyaku.Aku sangat panik, saat melihat leherku ada tanda merahnya."Mana, Nis, coba sini aku lihat?" Mas Andre meneliti leherku."Ini lho, Mas, kenapa ya kok bisa begini?" Aku bertanya sambil memiringkan kepala, supaya Mas Andre bisa melihatnya.Mas Andre pun menghampiriku, kemudian ia melihat leherku."Oh i-ini mu-mungkin alergi, Nis. Karena kamu salah makan kali, Nis." Mas Andre berkata dengan terbata, ia juga gugup saat bicara.Membuat aku menjadi curiga padanya. Mas Andre juga bilang, kalau aku ini terkena alergi m
Mas Andre memberikan solusi, tentang penyakit yang aku alami saat ini. Namun, aku merasa aneh, dengan sarannya ini. Aku merasa, kalau Mas Andre saat ini sedang menyembunyikan sesuatu. Kenapa bisa, ia malah menyuruhku minum susu, daripada membawaku bertobat ke dokter. 'Apakah Ada sesuatu, yang Mas Andre sembunyikan dariku?' Aku bertanya dalam hati*****Keesokan harinya, kami berniat untuk mengunjungi kediaman orang tuanya Mas Andre. Menurut dari ceritanya, kedua orang tua beserta kakak Mas Andre telah meninggal dunia. Sedangkan rumah peninggalan orang tuanya, kini di tempati oleh Kakak iparnya, yang bernama Maya dan juga anaknya Gio. Aku dan Mas Andre sengaja datang, buat memberitahu kakak iparnya itu, bahwa kami sekarang telah resmi, menjadi pasangan suami istri. Walaupun acara pernikahan ksmi berjalan secara mendad
Mas Andre tidak langsung menjawabnya, tetapi ia malah melangkahkan kaki, masuk ke dalam rumah sambil nenuntunku. Aku dan Mas Andre pun duduk di sofa, yang berada diruang tamu. Setelah berada di dalam, Mas Andre pun mengutarakan maksud dan tujuannya datang ke rumah ini."Mbak Maya, maafkan Andre. Andre datang kesini, cuma mau memberitahu, Mbak. Kalau sebenarnya Andre telah menikah, acara pernikahannya dua hari yang lalu. Nah ini, Mbak, istrinya Andre namanya Anisa." Mas Andre memberitahu Mbak Maya, maksud dan tujuan kami berdua datang ke rumah ini. Ia juga memperkenalkan aku sebagai istrinya."Apa kamu bilang, Andre? Kamu sudah menikah? Beneran kamu, Ndre, kalau kamu itu telah menikah? Kok tega banget sih kamu, Andre sama, Mbak. Sampai-sampai mau nikah pun nggak ngasih tahu, Mbak. Apa karena Mbak cuma Kakak iparmu, sehingga kamu tidak mau memberi kabar kepada, Mbak?" Mbak Maya memprotes tindakan Mas Andre, serta menyalahkannya."Maaf ya, M