Share

KEJUTAN UNTUK HARI PERNIKAHAN
KEJUTAN UNTUK HARI PERNIKAHAN
Penulis: Empat Siti Patonah

BAB 1

"Pagi, Mirna, Mas Bagasnya ada di dalam, 'kan?" Aku bertanya, kepada sekertaris Mas Bagas, yang sedang membereskan berkas di mejanya.

"Eh, I ... ibu Anisa. Tumben, Ibu datang kesini enggak konfirmasi dulu, sama aku! Biasanya, Ibu 'kan suka nelpon dulu, kalau mau datang kesini?" Mirna menyahut pertanyaanku, dengan agak tergagap.

"Kenapa, Mir? Kok, kamu melihat aku, sudah seperti melihat hantu saja!" Bukannya menjawab, aku malah balik bertanya kepada Mirna. Aku ingin tahu, apa alasan Mirna berbicara gagap.

"Enggak, kok, Bu, enggak apa-apa. Aku cuma kaget aja, saat melihat Ibu datang dengan tiba-tiba. Ibu, lagi bikin surprise, ya untuk Pak Bagas." Mirna berkilah, kalau ia gugup bukan karena ada apa-apa, tetapi karena kedatanganku yang tanpa konfirmasi.

"Iya Mirna, aku sengaja enggak ngasih kabar. Supaya menjadi surprise, buat kamu dan Mas Bagas." sahutku.

"Mas Bagasnya, ada di ruangannya, 'kan Mir?" Aku bertanya untuk yang kedua kalinya, menanyakan keberadaan Mas Bagas, kepada Mirna.

"Pak Bagas ... oh, Pak Bagasnya, ada kok Bu, di ruangannya! Tapi ...," Mirna menggantung ucapannya, ia seperti sedang berpikir untuk menjawab pertanyaanku, tentang Mas Bagas.

Sikap Mirna tidak seperti biasanya, pada saat aku datang ke kantor, dengan memberitahunya terlebih dulu. Biasanya Mirna selalu santai, menyambut kedatanganku. Tidak seperti sekarang, menyambutku, dengan sikapnya yang gelisah.

"Tapi, kenapa, Mirna? Kamu, kalau ngomong itu yang jelas, dong! Jangan bikin aku penasaran, atau jangan-jangan kamu sedang menyembunyikan sesuatu ya, dariku?" Aku bertanya, kepada Mirna, dengan apa yang sebenarnya terjadi. Aku menautkan alis karena heran, dengan kelakuan Mirna kali ini.

"Pak ... Pak Bagasnya, lagi ada miting, Bu? Iya, sekarang sedang miting di ruangannya, beserta kliennya." Mirna memberitahu, kalau Mas Bagas sedang miting.

Tetapi, ada yang membuatku curiga, kepada Mirna. Setiap kali aku bertanya tentang Mas Bagas,  ia selalu menjawab pertanyaanku dengan gugup. Seolah-olah ia sedang menyembunyikan sesuatu, tentang calon suamiku itu.

"Lho ... Mir, kenapa mitingnya di ruangan Mas Bagas? Kenapa, enggak di ruang miting, seperti biasanya?" Aku bertanya kepada Mirna, kenapa ada miting, kok malah diruangan kerja. Bukannya di ruangan khusus untuk miting, seperti biasanya.

"I ... ini, merupakan klien istimewa, Bu Anisa. Makanya, ia menginginkan rapatnya berada di ruangan Pak Bagas." Mirna menjawab pertanyaanku namun, jawabannya malah membuatku penasaran.

'Sebenarnya, siapa sih, klien istimewa ini?' gumamku dalam hati.

"Oh, begitu ya, Mir. Terus kliennya, perempuan atau laki-laki, Mirna? Ia, dari perusahaan mana?" tanyaku menyelidik.

Aku ingin tahu, klien Mas Bagas itu, seorang pria atau wanita.

"Perempuan, Bu Anisa. Ia dari perusahaan e ... em anu, Bu. Apa ya, aku lupa nama perusahaannya." Mirna menjawab pertanyaanku namun, jawabannya menurutku sangat tidak jelas.

"Mana ada, nama perusahaan anu, Mirna? Lagian, masa iya, ada tamu seorang klien istimewa, kamu malah lupa nama perusahaannya. Gak masuk akal," kilahku. Aku pun merasa kesal, mendengar ucapan Mirna yang bertele.

"Ya sudahlah, nanya sama kamu hanya muter-muter saja, bikin aku bingung! Udah ah, aku mau ketemu calon suamiku dulu." Aku pamit, kepada Mirna untuk langsung ke ruangan Mas Bagas.

"Ta ... tapi Bu,"

"Udah Mirna, kamu mending diam aja. Lebih baik, kamu beresin semua kerjaanmu. Kamu jangan berani melarangku, jika kamu, memang masih beta, buat bekerja di perusahaan ini." Mendengar ucapanku, Mirna pun langsung diam dan tidak berkata lagi.

Aku pun segera melangkahkan kaki, kearah ruangan Mas bagas. Tidak membutuhkan waktu lama, aku pun sampai di depan ruangan manager, yang merupakan ruangannya Mas Bagas.

Sesampai di depan pintu, ternyata pintu ruanganannya terbuka, sedikit. Tadinya, aku mau mengetuk pintu dulu sebelum masuk. Tetapi aku urungkan, saat aku mendengar Mas Bagas sedang membicarakanku, dengan seorang perempuan. Aku pikir, itu adalah klien istimewa yang disebut Mirna tadi.

Aku tidak dapat melihat wajahnya, dengan jelas karena posisinya membelakangiku. Namun, aku terkesiap, saat melihat perempuan itu duduk di kursi berdua dengan Mas Bagas. Posisinya saat ini, dia sedang berada di atas pangkuan Mas Bagas.

'Kurang ajar, kamu Bagas. Ternyata seperti ini, kelakuanmu di belakangku. Apa seperti ini, yang di sebut sedang miting, dengan klien istimewa? Bisa-bisanya, Mirna membantu b*j*ng*n ini. Pantas saja, tadi Mirna gugup, saat melihat kedatanganku yang tiba-tiba. Rupanya, ada yang sedang disembunyikannya, dariku.' gumamku.

Aku tidak membuang kesempatan baik ini, aku segera mengambil handphoneku untuk mengabadikan, momen langka ini. Aku segera membuka, aplikasi khusus untuk pembuatan Vidio dan merekamnya.

"Mas, kamu harus ingat, ya. Nanti, setelah Mas, berhasil menikahi si kacamata jelek, Mas jangan lupa padaku." perempuan itu berkata, sambil melingkarkan tangan di leher Mas Bagas.

Kemudian, Mas Bagas pun membalasnya, dengan mengecup Bibir si perempuan tadi. Perbuatan mereka, yang nyata ada didepan mata, membuat hatiku terasa terbakar. Jika saja aku tidak ingat, kalau aku sedang melakukan apa. Aku  sudah pasti akan melabrak mereka, dan mepermalukannya. Setelah itu Mas Bagas akan kupecat hari ini juga, tanpa ada pesangon secuil pun.

"Iya dong, Ratna sayang. Hanya kamu kok, yang ada di hatinya, Mas. Mana mungkin, Mas suka beneran sama, si Anisa, yang jelek itu. Wanita seperti, si Anisa itu, bukanlah tipenya Mas. Udah penampilannya katro, pakai kacamatanya aja tebalnya sampai lima senti." ucap Mas Bagas.

Rupanya, yang ada dipangkuannya Mas Bagas, adalah Ratna. Bukan klien istimewa, seperti ucapannya Mirna. Mendapati kenyataan ini, hatiku begitu hancur. Walaupun, aku telah menaruh curiga, kepada mereka berdua.

"Kamu tenang aja ya sayang, Mas gak akan mungkin berpaling darimu. Justru sebaliknya,  setelah, Mas berhasil menikahi, si Anisa. Mas, akan membuat dia sengsara, akan kubuat hidupnya seperti sedang berasa didalam neraka. Mas, tidak akan pernah, sekalipun menyentuhnya." imbuh Mas Raka.

Namun, ucapan yang keluar dari mulutnya,  Mas Bagas, membuat aku syok. Aku hampir saja menjatuhkan handphone, saking kagetnya. Aku membekap  mulutku, supaya tidak bersuara. Aku tidak ingin, kalau sampai mereka tahu, aku berada didepan pintu dan ketahuan sedang memvidio mereka.

"Haa ... haa ... ha, Mas bisa aja. Betul Mas, gituin aja si Anisa, biar dia tahu rasa." Ratna mengamini ucapan Mas Bagas, bahkan ia sampai tertawa begitu lepas. 

"Iya, dong sayang. Si Anisa memang harus digituin, tidak selamanya uang, dapat membeli segalanya. Termasuk cintanya, Mas," sahut Mas Bagas lagi.

Bersambung ...

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Nur Hidayati
ya kacamata tebal, penampilan katro, Betty la fea
goodnovel comment avatar
empat2887
Terima kasih
goodnovel comment avatar
Siti Supina
cakep, lanjut thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status