Share

BAB 2

"Iya, dong sayang. Si Anisa memang harus digituin, tidak selamanya uang, dapat membeli segalanya. Termasuk cintanya, Mas," sahut Mas Bagas lagi.

"Betul, Mas, yang penting kita sebentar lagi, akan mendapatkan apa yang kita mau. Setelah kamu berhasil menikahi si Anisa, kamu kuras harta benda Papanya. Kamu ganti semuanya, dengan atas nama kamu." Cerocos Ratna.

"Iya, sayang, iya. Kamu tenang aja, semua skenariomu, Mas sudah hapal diluar kepala." Mas Bagas menyahuti ucapan Ratna, sembari tangannya tidak diam. Menggasak semua aset, yang ada di tubuh Ratna.

Setelah berkata seperti itu, mereka pun tertawa bersama, seolah apa yang sedang mereka bicarakan adalah lelucon semata. Mereka sepertinya sangat menikmati, dengan apa yang sedang mereka bahas.

Ternyata, mereka berdua merupakan pasangan kekasih, yang dengan sengaja melakukan hal ini. Demi untuk menggerogoti harta Papaku.

'Dasar sahabat, dan pacar benalu. Seenaknya saja kalian ingin hidup enak, tanpa mau bersusah payah. Kalian pikir dengan melakukan jalan pintas, kalian akan hidup bahagia?' geramku.

"Jujur ya, Mas, aku tuh sebenarnya takut. Takut kalau kamu bakal jatuh cinta, sama Anisa. Sebab si Anisa itu sebenarnya cantik, namun ia tidak pandai merawat diri." Ratna berbicara, kepada Mas Bagas.

Ratna, mengungkapkan semua isi hatinya, kepada kekasihnya itu. Rupanya ia memiliki  ketakutan, jika Mas Bagas akan jatuh hati padaku.

"Tidak bakalan lah, sayang. Mas mau nikahin si Anisa,  juga buat nyenengin kamu. Jika nanti  Mas jadi nikah sama dia, otomatis Mas bakal jadi menantunya Pak Syamsul. Setelah itu, Mas akan minta sama Anisa, supaya Papanya  naikin jabatan lagi." terang Mas Bagas.

"Syukur-syukur, kalau nanti, Mas bisa dikasih wewenang, buat memimpin perusahaan. Itu adalah impian, Mas selama ini, sayang.  Setelah semuanya terpenuhi, Mas akan lebih gampang, buat menguasai semua harta keluarganya," imbuh Mas Bagas lagi.

Mas Bagas berkhayal, kalau Papa akan memintanya memimpin perusahaan. Jangan berharapbanyak, kamu Mas. Apalagi sudah ketahuan seperti ini.

"Iya sih, Mas. Cuma aku khawatir saja, kalau sampai kamu kebablasan cinta sama dia." ujar Ratna lagi.

"Kamu tenang saja, jangan khawatir. Cintaku hanya terpatri untukmu," ungkap Mas Bagas, setelah bercerita panjang lebar.

Ia merangkai skenario, di dalam khayalannya. Semua ucapannya membuat hatiku terluka, saat mendengarnya.

"Ok deh, Mas, kalau memang seperti itu. Aku setuju saja, dengan semua keputusanmu itu. Silakan, Mas menikahi Anisa, aku merestuinya!" Ratna akhirnya menyetujui, dengan keputusan Mas Bagas tersebut.

'Semuanya, tidak akan semudah yang dipikirkan. Mas bro! Aku akan menggagalkan semua rencana jahat kalian. Aku akan membuat kalian membayar, apa yang telah kalian lakukan padaku selama ini.' gumamku dalam hati.

"Gitu dong sayang, lagian kamu ini aneh. Bukankah semua ini, adalah rencanamu? Hingga kamu tega mengorbankanku, supaya mau mendekati si kacamata tebal itu! Kini, setelah selangkah lagi sampai tujuan, kok kamu malah seperti ini sih?" tanya Mas Bagas, kepada Ratna, sambil mencubit kedua pipi Ratna. Sepertinya, ia sangat gemas dengan perempuannya itu. Mas Bagas pun kembali mengecup bibir Ratna, malah kelihatannya semakin mesra.

Kini aku tahu, apa motif Ratna sebenarnya. Ia memperkenalkanku dengan Mas Bagas, yang ternyata adalah kekasihnya. Mereka berdua rupanya bersekongkol, hanya ingin menguasai harta keluargaku saja.

'Namun sayang, Mas. Semua itu tidak akan pernah terjadi, setelah apa yang kudengar dan kulihat barusan. Semuanya itu, telah membukakan mata dan telingaku, yang buta dan tuli karena cinta.' Aku bergumam dalam hati, merasa  kecewa karena telah salah memilih pasangan.

Ternyata, aku berada di depan ruangan Mas Bagas lumayan lama,  hampir dua puluh menit. Untung saja, tidak ada orang, yang melewati ruangan tersebut. Sehingga, saat aku berada di depan pintu Mas Bagas, tidak Ada yang mengetahui, kecuali satu orang, yaitu Mirna. 

Jika saja ada yang lewat, aku pasti sudah ketahuan. Memang pada dasarnya, orang yang berbuat jahat tidak akan selamanya berjaya. Seperti Mas Bagas, dan Ratna ini.

Dengan kecerobohan mereka berdua, saat tidak menutup pintu dengan benar. Membuatku menjadi tahu, dengan kebusukan mereka berdua

Kecerobohan mereka, kini membuatku menjadi memiliki barang bukti, atas ketidak setiaan calon suamiku, beserta temanku itu. Aku sangat bersyukur, karena sebelum semuanya terjadi. Aku telah dibukakan mata telingaku.

Ada manfaatnya juga, aku tidak menelpon Mirna terlebih dulu, sebelum aku akan datang ke kantor. Jika tadi aku menelponnya, pasti semua ini, tidak akan pernah aku saksikan dan aku tidak mengetahui semuanya. Akupun tidak akan memiliki bukti, atas semua perbuatan mereka.

'Lihat saja Mas, apa yang bisa aku lakukan, sama kalian berdua.' Aku berkata dalam hati.

Setelah itu aku pun segera pergi, sambil kembali membawa paper bag yang berisi makanan kesukaan Mas Bagas. Sesampainya ke meja Mirna, aku menghentikan langkahku.

"Mirna, makanan ini untukmu saja. Tapi awas ya, jangan sampai Mas Bagas atau Ratna tau kalau aku hari ini datang ke sini. Jika sampai  bocor, aku gak akan segan-segan, menyuruh Papa, supaya beliau mecat kamu! Camkan itu, Mirna!" Aku_berkata, sambil memberikan paper bag yang berisi makanan.

Untung saja, ruangan Mas Bagas dan Mirna berada di pojok dan terpencil. Jadi lumayan jauh, dari tempat karyawan yang lain. Makanan yang aku beli buat Mas Bagas pun, aku pakai buat menyogok dan mengancam Mirna, supaya ia tidak bilang sama siapa pun kalau aku datang ke kantor.

"Baik Bu," ucapnya. Mirna pun menerima paper bag dariku, dengan tangan gemetar. Rupanya, ia takut dengan ancamanku, sehingga Mirna menyetujui apa yang aku minta. Setelah itu aku bergegas pergi dari kantor tersebut

****

"Pak Danu, ada yang mesti saya bicarakan dengan Bapak." kataku, setelah sampai di kantor pusat Papa dan menemui Pak Danu. Pak Danu, merupakan orang kepercayaannya Papa, atau bahasa kerennya, tangan kanan Papa

"Ada apa, Non Nisa?" tanya Pak Danu.

"Jadi, begini Pak. Saya sedang butuh bantuan dari Bapak untuk melancarkan rencana saya. Tapi saya minta, supaya Papa jangan sampai tau." punya ku, kepada Pak Danu.

"Rencana, apa Non? Bapak jadi takut, apalagi Pak Syamsul tidak boleh tahu." Pak Danu bertanya padaku, tentang rencanaku itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status