"Iya, dong sayang. Si Anisa memang harus digituin, tidak selamanya uang, dapat membeli segalanya. Termasuk cintanya, Mas," sahut Mas Bagas lagi.
"Betul, Mas, yang penting kita sebentar lagi, akan mendapatkan apa yang kita mau. Setelah kamu berhasil menikahi si Anisa, kamu kuras harta benda Papanya. Kamu ganti semuanya, dengan atas nama kamu." Cerocos Ratna.
"Iya, sayang, iya. Kamu tenang aja, semua skenariomu, Mas sudah hapal diluar kepala." Mas Bagas menyahuti ucapan Ratna, sembari tangannya tidak diam. Menggasak semua aset, yang ada di tubuh Ratna.
Setelah berkata seperti itu, mereka pun tertawa bersama, seolah apa yang sedang mereka bicarakan adalah lelucon semata. Mereka sepertinya sangat menikmati, dengan apa yang sedang mereka bahas.
Ternyata, mereka berdua merupakan pasangan kekasih, yang dengan sengaja melakukan hal ini. Demi untuk menggerogoti harta Papaku.
'Dasar sahabat, dan pacar benalu. Seenaknya saja kalian ingin hidup enak, tanpa mau bersusah payah. Kalian pikir dengan melakukan jalan pintas, kalian akan hidup bahagia?' geramku.
"Jujur ya, Mas, aku tuh sebenarnya takut. Takut kalau kamu bakal jatuh cinta, sama Anisa. Sebab si Anisa itu sebenarnya cantik, namun ia tidak pandai merawat diri." Ratna berbicara, kepada Mas Bagas.
Ratna, mengungkapkan semua isi hatinya, kepada kekasihnya itu. Rupanya ia memiliki ketakutan, jika Mas Bagas akan jatuh hati padaku.
"Tidak bakalan lah, sayang. Mas mau nikahin si Anisa, juga buat nyenengin kamu. Jika nanti Mas jadi nikah sama dia, otomatis Mas bakal jadi menantunya Pak Syamsul. Setelah itu, Mas akan minta sama Anisa, supaya Papanya naikin jabatan lagi." terang Mas Bagas.
"Syukur-syukur, kalau nanti, Mas bisa dikasih wewenang, buat memimpin perusahaan. Itu adalah impian, Mas selama ini, sayang. Setelah semuanya terpenuhi, Mas akan lebih gampang, buat menguasai semua harta keluarganya," imbuh Mas Bagas lagi.
Mas Bagas berkhayal, kalau Papa akan memintanya memimpin perusahaan. Jangan berharapbanyak, kamu Mas. Apalagi sudah ketahuan seperti ini.
"Iya sih, Mas. Cuma aku khawatir saja, kalau sampai kamu kebablasan cinta sama dia." ujar Ratna lagi.
"Kamu tenang saja, jangan khawatir. Cintaku hanya terpatri untukmu," ungkap Mas Bagas, setelah bercerita panjang lebar.
Ia merangkai skenario, di dalam khayalannya. Semua ucapannya membuat hatiku terluka, saat mendengarnya.
"Ok deh, Mas, kalau memang seperti itu. Aku setuju saja, dengan semua keputusanmu itu. Silakan, Mas menikahi Anisa, aku merestuinya!" Ratna akhirnya menyetujui, dengan keputusan Mas Bagas tersebut.
'Semuanya, tidak akan semudah yang dipikirkan. Mas bro! Aku akan menggagalkan semua rencana jahat kalian. Aku akan membuat kalian membayar, apa yang telah kalian lakukan padaku selama ini.' gumamku dalam hati.
"Gitu dong sayang, lagian kamu ini aneh. Bukankah semua ini, adalah rencanamu? Hingga kamu tega mengorbankanku, supaya mau mendekati si kacamata tebal itu! Kini, setelah selangkah lagi sampai tujuan, kok kamu malah seperti ini sih?" tanya Mas Bagas, kepada Ratna, sambil mencubit kedua pipi Ratna. Sepertinya, ia sangat gemas dengan perempuannya itu. Mas Bagas pun kembali mengecup bibir Ratna, malah kelihatannya semakin mesra.
Kini aku tahu, apa motif Ratna sebenarnya. Ia memperkenalkanku dengan Mas Bagas, yang ternyata adalah kekasihnya. Mereka berdua rupanya bersekongkol, hanya ingin menguasai harta keluargaku saja.
'Namun sayang, Mas. Semua itu tidak akan pernah terjadi, setelah apa yang kudengar dan kulihat barusan. Semuanya itu, telah membukakan mata dan telingaku, yang buta dan tuli karena cinta.' Aku bergumam dalam hati, merasa kecewa karena telah salah memilih pasangan.
Ternyata, aku berada di depan ruangan Mas Bagas lumayan lama, hampir dua puluh menit. Untung saja, tidak ada orang, yang melewati ruangan tersebut. Sehingga, saat aku berada di depan pintu Mas Bagas, tidak Ada yang mengetahui, kecuali satu orang, yaitu Mirna.
Jika saja ada yang lewat, aku pasti sudah ketahuan. Memang pada dasarnya, orang yang berbuat jahat tidak akan selamanya berjaya. Seperti Mas Bagas, dan Ratna ini.
Dengan kecerobohan mereka berdua, saat tidak menutup pintu dengan benar. Membuatku menjadi tahu, dengan kebusukan mereka berdua
Kecerobohan mereka, kini membuatku menjadi memiliki barang bukti, atas ketidak setiaan calon suamiku, beserta temanku itu. Aku sangat bersyukur, karena sebelum semuanya terjadi. Aku telah dibukakan mata telingaku.
Ada manfaatnya juga, aku tidak menelpon Mirna terlebih dulu, sebelum aku akan datang ke kantor. Jika tadi aku menelponnya, pasti semua ini, tidak akan pernah aku saksikan dan aku tidak mengetahui semuanya. Akupun tidak akan memiliki bukti, atas semua perbuatan mereka.
'Lihat saja Mas, apa yang bisa aku lakukan, sama kalian berdua.' Aku berkata dalam hati.
Setelah itu aku pun segera pergi, sambil kembali membawa paper bag yang berisi makanan kesukaan Mas Bagas. Sesampainya ke meja Mirna, aku menghentikan langkahku.
"Mirna, makanan ini untukmu saja. Tapi awas ya, jangan sampai Mas Bagas atau Ratna tau kalau aku hari ini datang ke sini. Jika sampai bocor, aku gak akan segan-segan, menyuruh Papa, supaya beliau mecat kamu! Camkan itu, Mirna!" Aku_berkata, sambil memberikan paper bag yang berisi makanan.
Untung saja, ruangan Mas Bagas dan Mirna berada di pojok dan terpencil. Jadi lumayan jauh, dari tempat karyawan yang lain. Makanan yang aku beli buat Mas Bagas pun, aku pakai buat menyogok dan mengancam Mirna, supaya ia tidak bilang sama siapa pun kalau aku datang ke kantor.
"Baik Bu," ucapnya. Mirna pun menerima paper bag dariku, dengan tangan gemetar. Rupanya, ia takut dengan ancamanku, sehingga Mirna menyetujui apa yang aku minta. Setelah itu aku bergegas pergi dari kantor tersebut
*****
"Pak Danu, ada yang mesti saya bicarakan dengan Bapak." kataku, setelah sampai di kantor pusat Papa dan menemui Pak Danu. Pak Danu, merupakan orang kepercayaannya Papa, atau bahasa kerennya, tangan kanan Papa
"Ada apa, Non Nisa?" tanya Pak Danu.
"Jadi, begini Pak. Saya sedang butuh bantuan dari Bapak untuk melancarkan rencana saya. Tapi saya minta, supaya Papa jangan sampai tau." punya ku, kepada Pak Danu.
"Rencana, apa Non? Bapak jadi takut, apalagi Pak Syamsul tidak boleh tahu." Pak Danu bertanya padaku, tentang rencanaku itu.
"Rencana, apa Non? Bapak jadi takut, apalagi Pak Syamsul tidak boleh tahu." Pak Danu bertanya padaku, tentang rencanaku itu.Aku pun memberitahu, Pak Danu sedetail mungkin, semua yang menjadi rencanaku. Pak Danu mendengarkan, sambil manggut-manggut tanda mengerti. Setelah aku beritahu semuanya, Pak Danu pun menyetujui rencanaku dan akan membantuku."Oh, jadi begitu, ya Non. Baiklah, Bapak bersedia membantumu, walaupun harus tanpa sepengetahuan Papamu." ucap Pak Danu."Terima kasih, Pak, saya sangat bersyukur, kalau Bapak mau bantu saya." sahutku."Iya sama-sama, Non," ujarnya"Ya sudah, saya permisi dulu ya Pak! Saya takut mengganggu kerjaannya, nanti Bapak di marahin Papa, gara-gara saya." Aku pamit, kepada Pak Danu karena sudah cukup lama aku di sana. Takut mengganggu kerjaannya juga."Assalamualaikum," ucapku, setelah mencium punggung tanganny
"Ada apa, Pak Danu?" tanya Papa heran. Raut muka Papa mengkerut, sebab ia tidak mengerti maksud Pak Danu, menghentikan acara ijab kobul tersebut."Maafkan saya, Pak Syamsul. Saya, tidak bermaksud apa-apa. Lebih baik, Bapak saksikan Vidio ini dulu, sebelum Bapak menyesal." Pak Danu meminta Papa, supaya melihat sebuah vidio terlebih dulu."Apa-apaan ini Pak Danu, maksud ucapan Bapak itu apa? Apa, yang akan di sesali oleh calon mertua saya, kalau pernikahannya berlangsung? Vidio apa, maksudnya Pak Danu, tolong jelaskan sama saya! Jangan malah membuat masalah, di acara sakral ini." Mas Bagas memberondong pertanyaan, kepada Pak Danu. Mas Bagas, kelihatannya sangat jengkel, mungkin karena merasa terganggu. Pak Danu, yang merupakan tangan kanan Papa, telah berani menghentikan ijab kobul tersebut. Membuat rencana, yang telah disusunnya beserta kekasihnya Ratna harus menunggu. Pak Danu pun kemudian melanjutkan
"Ya sudah, kalau begitu, ayo ungkap saja. Siapa sebenarnya, yang telah membikin vidio ini?" Mereka semua berteriak, seakan sudah tidak sabar mengetahui siapa sebenarnya yang melakukannya."Baiklah, sebenarnya, yang telah membikin vidio itu, adalah ... aku sendiri!" Aku mengakui, kalau akulah yang sebenarnya membuat vidio itu. Mereka yang hadir pun langsung melongo, seakan tidak percaya, dengan apa yang mereka dengar. Namun ada pula yang geleng-geleng kepala, serta menghujat Mas Bagas serta Ratna. Setelah apa yang aku utarakan, Mas Bagas dan Ratna malah saling pandang. Mereka mungkin tak percaya, dengan apa yang aku ucapkan. Mereka mungkin berpikir, dari mana aku mendapat Vidio, tentang mereka berdua."Baiklah, akan aku beritahu alasanya, bagaimana aku sampai membuat Vidio ini." Aku menghela napas terlebih dulu, kemudian melanjutkan ceritaku."Saat itu aku dat
"Ada apa, Anisa, sayang? Apa kamu sudah berubah pikiran?" tanya Mas Bagas.Mas Bagas, sudah kegeeran karena aku menghentikan mereka. Mas Bagas mengira, kalau aku menyuruh mereka berhenti karena aku telah berubah pikiran. I am sorry, Mas Bro, itu tidak akan pernah lagi terjadi padaku. Karena aku sudah tidak sudi jika harus terus bersama dengannya."Nisa, maafin semua kesalahan, Mas, ya! Mas, berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Mas, menyesal, Anisa. Jika kamu meminta kepada, Mas, supaya Mas memutuskan Ratna. Mas akan lakukan semua permintaanmu itu, Nisa. Asalkan kamu bisa kembali lagi kepada, Mas." Mas Bagas memelas meminta maaf kepadaku, kalau ternyata ia tidak mau putus denganku.Dia bahkan berkata, kalau dia rela meninggalkan Ratna hanya demi aku. Padahal dulu dia jelas-jelas menghinaku, di hadapan kekasihnya itu. Mas Bagas berharap, kalau aku akan memintanya kembali. Padahal, bermimpi kembali padanya pun, aku sudah tid
"Ya sudahlah, Mas, ayo kita pergi! Nggak ada gunanya lagi, kita berlama-lama disini. " Ratna mengajak Mas Bagas untuk pergi.Tetapi sebelum mereka benar-benar pergi, aku segera menyuruhnya untuk tetap di tempat semula. Aku masih belum selesai bicara, masih ada hal yang ingin aku sampaikan lagi kepada mereka."Tunggu, kalian jangan pergi dulu! Aku belum selesai bicara, dasar pasangan tidak tahu etika! Kalian, jangan pernah meninggalkan tempat ini, sebelum aku perintahkan! Kalian berdua paham?" tanyaku. Aku meminta mereka, supaya tetap di tempat. Karena aku masih ada pembicaraan yang belum selesai."Apalagi sih, Anisa? Bukannya tadi kamu, yang menyuruh kami untuk segera pergi? Kenapa sekarang kamu malah melarang kami pergi?" Ratna bertanya kepadaku, ia juga malah membalikan semua ucapanku.Ratna, sekarang berubah menjadi sangat sinis, jika sedang berbicara denganku. Sangat berbeda dari biasanya, dulu ia selalu lemah lembut dala
"Kenapa kamu bilang begitu, Anisa? Apa kamu tidak menyukaiku? Padahal aku ini pria baik-baik lho, Nia. Berbeda sekali dengan mantan pacarmu tadi," ujar Mas Andre."Iya, Nis, kenapa kamu menolak Nak Andre? Apa alasan kamu menolak dia?" tanya Papa."Karena Mas Andre galak, Pah. Pasti kalau nanti kami sampai menikah, setiap hari aku akan dikasarin terus sama dia, Pah! Makanya, Anisa nggak mau nikah sama, Mas Andre. Pah, nggak usah dilanjut ya nikahnya! Biar nanti, Anisa sendiri yang mencari calon suami buat Anisa." Aku menolak keinginan Papa, aku pun meminta Papa, supaya membatalkan niatnya itu.Aku tidak mau, kalau sampai nanti setelah menikah. Rumah tangga kami berdua, hanya akan dihiasi dengan pertengkaran. Karena tidak didasari rasa cinta, yang tumbuh di dalam hati sanubari kami berdua."Anisa, sudah sejak lama Papa mau menjodohkanmu dengan Nak Andre, tetapi waktu itu kamu bilang sudah ada, Bagas. Makanya, Papa menurut
"Sah ...," ucap mereka serempak."Alhamdulillah," ucap Pak Penghulu. Kemudian, beliau melanjutkannya, dengan doa.Setelah itu, Mas Andre membaca sighat taklik pernikahan. Kemudian dilanjutkan dengan acara yang lainnya, serta di susul dengan acara resepsi pernikahan. Alhamdulillah, acara pernikahanku pun berlangsung khidmat dan lancar. Rupanya, mas kawin yang diberikan Mas Andre kepadaku. Tadinya untuk kado untukku, tetapi sekarang ia alih fungsikan, dengan menjadikan sebagai mas kawin untukku. Acara resepsi pernikahan, yang digelar pun dengan begitu mewah dan meriah. Walaupun kini berganti mempelai pria, tetapi semuanya tetap berjalan dengan lancar."Bu Anisa, Pak Andre selamat ya. Semoga kalian berdua, menjadi keluarga yang samawa." Mirna, mengucapkan selamat, kepadaku, saat acara resepsi berlangsung."Iya, Mirna, terima kasih ya," sahutku."Iya, Bu. Maafkan saya ya, Bu! Karena, saya telah menutupi kejahat
Saking capeknya, sehingga rasa kantuk datang begitu cepat. Tidak terasa aku pun terlelap, walaupun hanya tidur di sofa.Saat dalam tidur, aku bermimpi. Aku bertemu dengan seorang pangeran berkuda. Ia menjadikanku istrinya, aku diperlakukan seperti seorang putri raja. Ia begitu lembut, memperlakukanku. Sang Pangeran, meletakkanku ke atas kasur, yang sangat empuk dan juga indah . Ia pun mengecup keningku, hati ini merasa bahagia mendapat perlakuan romantis dari sang pangeran. Berbeda sekali, dengan kenyataannya. Aku, malah bersuamikan Mas Andre, yang menurutku paling jutek di dunia. Dia tidak memberikan keromantisan untukku, seperti yang Pangeran kakukan dalam mimpiku.*****"Aa ... aa ... a," jeritku, saat aku membuka mata saking kagetnya.Bugh!"Aduh," kataku. Aku mengaduh, saat sebuah bantal