KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 47
"Bagaimana, Ul? Apakah Mama boleh membelai anak kita?" tanyaku sekali lagi karena wanita yang semakin terlihat cantik itu tidak mau penjawab pertanyaan Mama.
Wanita itu tersenyum sehingga terlihat semakin manis karena adanya lekukan di pipinya.
"Boleh, kan?"
"Silahkan, masa iya cuma mau mengelus nggak boleh? Asal jangan sampai punya pikiran untuk mencelakakannya," jawab Ulfa.
"Aku hanya ingin membelainya agar ia tahu ada mamanya yang sangat menyayanginya. Eh, bukan Mama, tetapi Oma. Haha lucu juga, ya, sebentar lagi aku akan dipanggil Oma padahal sepertinya baru kemarin aku memakai seragam SMP." Mama tersenyum sendiri.
Mama menghela napas perlahan, kulihat tangannya gemetar saat terulur dan semakin dekat dengan perut Ulfa.
"Sekarang aku percaya kalau kamu memang hamil, Ul. Maafkan Mama yang tidak pernah percaya ucapanmu," ucap Mama dengan tangan masih menempel di perut Ulfa. Entah apa yang me
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 48"Aku mau kamu rujuk dengan Reyhan. Kamu menjadi istrinya lagi dan berhubung Reyhan ini anakku, otomatis kamu menjadi menantuku. Kamu mau kan?""Aku nggak mau, Ma. Rujuk kembali dengan Mas Reyhan sama artinya dengan menjilat ludah sendiri dan aku nggak mau jatuh di lubang yang sama." Ulfa menggeleng."Kamu nggak mau kembali dengan Reyhan dan menjadi menantuku lag? Tadi katanya sudah memaafkan?" ucap Mama kecewa."Aku memang sudah memaafkan Tante dan Reyhan, tetapi bukan berarti mau rujuk. Memaafkan dan rujuk itu beda, Tan," ucap Ulfa tegas."Mama mau kamu rujuk dengan Reyhan,""Aku nggak mau, Tan. Sekali sudah pisah, ya, pisah aja, enggak ada rujuk-rujukan. Pernikahan itu bukan permainan yang dibuang dan kemudian diambil lagi.""Tolonglah, Ul. Terima Reyhan kembali menjadi suamimu dan izinkan mama untuk tinggal di sini agar dapat menemani cucuku nanti. Kamu pikir mudah mendapatkan lelaki baik dan ga
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 49"Kamu memang bukan anak kecil, tetapi semua itu Mama lakukan karena sayang. Please izinkan Mama, ya?" Mama mengusap pundak Ulfa dengan mata berkaca-kaca seperti dalam serial animasi upin ipin sebagai pertanda ia memohon dengan sangat."Tante." Ulfa meralat ucapan Mama yang ingin dia memanggil wanita yang sudah melahirkanku itu seperti aku memanggilnya."Tante nggak usah khawatir. Aku pasti bisa jaga diri.""Tapi, Ul?""Tante punya Anisa dan dia juga sedang hamil. Kalau Tante tinggal di sini, Anisa bagaimana? Jangan bilang Tante akan mengajak untuk tinggal di rumah ini juga. Oh, ya kalau kalian ke sini hanya mau membuktikan kehamilanku, silahkan pulang? Kalian sudah percaya kalau aku hamil, kan?" ucap Ulfa seraya menyenderkan tubuhnya di kursi."Kamu mengusirku, Ul?" Mama melotot dan terlihat kesal rayuannya tidak mempan. Ya, mantan istriku itu memang selalu teguh pendirian. Sekali bilang tidak tetap tidak.
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 50Aku menggandeng tangan Mama setelah mendapatkan surat berharga yang kumaksud. Awalnya mama enggan ikut pulang denganku, tetapi Ulfa tetap menyuruh pulang."Ul, apa kamu tega sama Mama? Rumah itu sebenarnya sudah menjadi milik Gibran, jadi kita hanya nebeng di sana. Sebentar lagi adiknya Rey itu mau menikah dan kau tahu tidak?" tanya Mama dengan tatapan memelas."Aku enggak tahu dan enggak mau tahu dengan urusan kalian. Mau itu rumah Gibran atau bukan yang penting kalian pergi," jawab Ulfa dengan menggelengkan kepala."Gibran mau nikah, Ul!"Ulfa terdiam dan melengos. Ia tidak menanggapi ucapan Mama demgan wajah datar tanpa ekspresi. Sepertinya ia memang sudah tidak peduli lagi dengan urusan yang ada sangkut pautnya denganku. Kenapa ia tidak kaget Gibran akan menikah?"Tanya lah Ul atau setidaknya kaget adik iparmu itu akan menikah? Bukankah kamu tahu si Gibran itu orangnya dingin, tetapi kok pada akhirnya punya
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 51"Bella dan Anisa itu sama saja. Sebelas dua belas, lah. Mereka angkuh dan tidak pengertian sama Mama.""Bella dan Anisa berbeda banget dengan kamu, Ul. Kamu adalah menantu yang baik, sedangkan mereka berdua kuberi nilai nol sebagai menantu. Pokoknya tidak ada yang mampu menggeser kamu sebagai menantu di hati Mama."Ulfa masih diam, kini ia malah asyik dengan ponselnya, entah ia dengar ucapan Mama atau tidak."Mama jadi dilema jika Gibran sudah benar-benar menikah dengan Bella. Mau tetap tinggal di rumah itu kok sepertinya hanya dijadikan pembantu, tetapi jjka pergi, terus mau ke mana? Sedangkan itu hanya rumah kami satu-satunya yang kami punya." Mama masih saja mencerocos meskipun dari tadi tidak ada yang menanggapi. Itulah yang namanya berpidato, ada yang mendengar atau tidak, tetap saja dilanjutkan, tidak seperti dialog yang ada timbal balik."Ya, kata Gibran si Bella yang entah nama lengkapnya siapa itu katanya kay
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 52"Sudahlah, Ma. Ayo kita pulang!" Aku sudah menarik tangan Mama dari tadi, tetapi ia tetap tidak mau beranjak dari duduknya."Benar kata Mas Rey, sebaiknya Tante pulang karena sudah mendapatkan apa yang kalian inginkan."Mama menggeleng dan cemberut seperti anak kecil yang merajuk saat minta mainan tidak dituruti."Ayo kita pulang, Ma. Kita makan di restoran mewah langganan Mama dulu. Katanya sudah kangen?" Aku berbisik di telinganya."Benar?" Mama semringah dan bersemangat.Aku mengangguk."Kalau begitu Mama pulang dulu, ya? Besok minta dibawain apa kalau Mama datang lagi? Pisang goreng sejuta kenangan, mau?" tanya Mama saat sudah sampai di depan pintu."Enggak perlu, Ma. Lebih baik kalian nggak usah datang lagi ke rumah ini demi kewarasanku." Ulfa tersenyum tipis."Maksudnya kamu sudah mulai tidak waras ketika kami datang hanya sebentar? Mama, kan sudah bilang agar kalian rujuk saja biar b
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 53"Mama dirumah aja dan jangan bikin aku pusing dengan meminta mobil. Masa iya baru jual mobil terus beli lagi?" Aku mengacak rambut kasar, gemas dengan tingkah ibuku sendiri. Apa ini yang disebut orang sudah mulai pikun? Kemarin ia sendiri yang sudah setuju mobilnya dijual, kan?"Mama mau jalan-jalan, Rey. Bosan di tumah terus!" Mama merengek."Alah pakai bilang bosan segala. Selama ini nggak pernah ke mana-mana, baik-baik aja.""Saat nggak punya uang diam rumah memang nggak masalah, tetapi kalau ada uang kayak gini, ya, sebaiknya dinikmati, lah. Jalan-jalan, makan, dan belanja serta ke salon. Tangan ini gatal mau beli ini itu." "Ingat umur, Ma.""Usai boleh tua, tetapi jiwa harus tetap muda. Sini uangnya." Mama mengangsurkan tangan dan memaksa minta uang.Aku memutar bola mata dan mengambil uang yang seharusnya hendak kusimpan. Orang tua ini kalau nggak dituruti bakalan ngambek. Aku ju
"KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 54"Hellow, Mama lupa kalau yang menjadi istri Mas Rey itu aku bukan Ulfa?" tanya Anisa dengan nada tinggi."Ulfa memang bukan istri Rey lagi, tetapi dia juga mengandung anaknya, anak yang ada dalam kandungannya itu cucuku juga.""Mama sendiri, kan, yang bilang kalau si Ulfa itu mandul? Kenapa sekarang bisa hamil? Siapa tahu dia hanya pura-pura hamil untuk cari perhatian Mama?""Ulfa enggak mandul buktinya sekarang bisa hamil. Sudah, ini buat Ulfa. Kalau kamu mau beli saja sendiri!""Oke, oke, aku percaya Ulfa benar-benar hamil, tetapi Mama nggak perlu ngasih dia dusu, dia tinggal ambil di toko, kan?""Mama tetap mau ngasih susu ini pada Ulfa. Kamu jangan protes, kalau mau minum susu beli aja sendiri. Kamu, kan punya uang banyak pemberian orang tuamu!" Mama cemberut."Yang ada dalam kandunganku ini anak Mas Rey alias cucu Mama, kan?" Anisa menunjuk perutnya."Iya." Mama menga
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 55"Nis! Mama datang!" Aku berteriak tanpa mempersilahkan mertuaku itu masuk terlebih dahulu."Nis!" Panggilku sekali lagi."Enggak perlu panggil Ninis." Mama mertua menahan tanganku yang hendak menuju kamar untuk memanggil anaknya itu. Wanita yang sudah melahirkan istriku itu terlihat kesal denganku, ada apa ini?"Tetapi, Ma?" Aku menoleh."Aku ke sini mau bertemu denganmu dan mama kamu bukan mau ketemu Ninis," ucap wanita dengan rambut digelung itu dengan tangan bersedekap. Ninis adalah nama panggilan untuk Anisa--anak kesayangannya."Mau bertemu aku dan Mama? Tetapi ada apa?" tanyaku dengan mengerutkan dahi."Sekarang Mama kamu mana?" tanyanya celingukan.Aku beranjak dan mengetuk pintu kamar Mama agar ia keluar dan menemui besannya."Oh, ada Bu Besan. Kok nggak diambilkan minum, Rey? Anisa mana?" tanya mama tersenyum ramah."Nggak usah basa-basi, saya ke sini juga